"Lunar!!"
"LUNAR!!"
"IYAA BENTAR." Lunar menuruni tangga menuju ruang tamu rumahnya.
"Kenapa ma??"
"Ini Juna udah nungguin kamu dari tadi."
Ucap mama Lunar kemudian beranjak dari tempat itu menuju ke dapur membiarkan ruang untuk kedua anak muda itu. Lunar menatap Juna yang kini sedang duduk di salah satu sofa dalam ruang tamunya."Ada apa Jun?" Tanya Lunar santai seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Kini ia ikut duduk di sofa yang berhadapan dengan Juna.
"Kenapa telpon gw gak di angkat? Pesan gw gak di baca? Kenapa lo ngehindarin gw Lun?" Ucap Juna melemparkan pernyataan bertubi-tubi pada Lunar.
Lunar menarik napasnya kemudian membuangnya. "Sorry Jun gw gak angkat telpon lo dan ngebaca semua pesan dari lo, lo bener gw emang ngehindarin lo, gw punya alasan Juna."
"Tapi apa alasannya??"
"Tanpa gw harus bilang, gw harap lo udah tau seharusnya." Kini Lunar dapat menghadapi Juna dengan tenang.
"Seriusan Lun, gw gak ngerti maksud lo. Gw gak mau lo ngejauhin gw, kenapa sih lo harus berubah? Apa alasannya??"
"Lo alasannya!" Juna membisu. Sebenarnya apa maksud dari sahabatnya itu?
"Gw gak akan berubah kalo bukan karena lo Juna, sampe sekarang lo gak tau juga perasaan gw sama lo?? Gw sayang sama lo Jun bahkan lebih makanya gw gak rela lo jadi milik orang lain. Maaf kalo gw egois tapi lo tenang aja, gw bisa kok tanpa lo, gw gak mungkin ngelarang lo buat cinta sama siapa aja, maafin gw yah Juna gw emang egois, makanya gw ngejauhin lo gw berusaha buat gak tergantung sama lo. Dan lebih baik memang seperti ini, kita harus ada batas dan jarak agar salah satunya gak ada yang sampe bergantung, seperti gw yang dulu bergantung banget sama lo." Jelas Lunar panjang lebar, kini dadanya kembali terasa sesak tapi tidak separah yang sudah berlalu.
"Lunar." Panggil Juna lirih. Kini cowok itu mengambil tempat di sebelah sahabatnya kemudian merangkul sahabatnya itu.
"Maafin gw, gw gak tau kalo punya perasaan sama gw harusnya lo bilang dari du--"
"Kalo gw bilang emang apa?! Apa yang bakal terjadi kalo gw bilang?!" Juna mengeratkan pelukannya tak peduli jika mama Lunar melihatnya.
"Lunar gw mohon sama lo jangan ngejauhin gw, gw gak mau persahabatan kita rusak, persahabatan yang udah kita bangun bertahun-tahun, gw gak mau hubungan itu kandas."
〰〰〰
"Lun kalo lo mau pesen apa?"
"Gw minum aja deh Fe, teh kotak." Freya mengangguk kemudian pergi memesan makanan dan minuman untuk dirinya, Lunar dan Rara. Kini ketiganya tengah berada di salah satu kantin sekolah yang cukup ramai.
"Lun.."
"Lunar."
"Lunar!!"
"Apasih Ra?" Lunar mendongkakkan kepalanya menatap Rara yang kini mendengus kesal.
"Sibuk aja terus sama hp lo, gw di katjangin."
"Iya iya kenapa Rara??"
"Mantan lo ada berapa??" Tanya Rara yang membuat Lunar mengernyitkan keningnya.
"Gak ada." Jawab Lunar seadanya kemudian kembali mengotak-atik handphonenya.
"Ish! Gak asik lo! Padahal gw mau ngomong pasal mantan gw!" Lunar hanya mengendikkan bahunya acuh.
Di posisi lain di waktu yang sama.
"Gilak bosen bat!" Ucap seorang cowok bernama Azka.
"Ngapain ya enaknya??" Tanya Guntur dengan ekspresi badmoodnya.
"Sporhall yok! Basket!" Ajak Arnan.
"Ah! Bosen tau gak! Yang ada kita di jemur lagi sama sih Gersom, lo gak capek apa?!" Ucap Genta.
Sementara ke empat cowok itu sibuk berdebat apa yang akan mereka lakukan. Milo sedari tadi hanya fokus dengan handphonenya tak memperdulikan teman-temannya yang heboh sendiri.
"Double shit!!" Maki Milo saat ia kalah bermain suatu game online.
"Triple shit." Ledek Azka.
"AH!! Gw punya ide!" Ucap Guntur menggebrak meja.
"Anju ngagetin aja lo!! Paan?!" Genta kini mengusap-ngusap dadanya.
"Maen tod yok!!" Usul Guntur.
"Yaudah deh." Akhirnya mereka berempat sepakat bermain truth or dare. Tak terkecuali Milo yang di paksa untuk bergabung, dengan muka bersungut-sungut akhirnya Milo bergabung dengan permainan mereka.
Guntur memutar botol sprite yang masih berisi setengah. Botol itu berhenti dan mengarah pada Arnan.
"Oke Nan, jujur apa nekat?! Nekat aja deh!!"
"Karena gw orangnya jujur, jadi jujur aja deh."
"Cantikkan mana Syifa apa Ratu?!!"
"Ratulah!! Orang bagusan badannya Ratu, kek gitar spanyol tau gak!" Ucap Arnan cengengesan.
"Emang ya otak lo di taroh di dengkul." Celetuk Azka.
"Gw setuju Nan!!" Kini Genta ikut cengengesan tak jelas.
"Oke lanjut." Kini botol tersebut berhenti dan mengarah pada Azka.
"Hah! Mampus lo, cepetan jujur apa nekat?!!"
"Selow kali bro, emm.. gw suka kejujuran jadi gw milih nekat."
"Oke dugong, sekarang lo beli in kita cilok 5 porsi, menebus hutang lo yang dari dulu sok-sokan mau traktir padahal gak punya duit."
"Mana janji manismuu."
"Iya! Sekarang pan lo lagi banyak duit, tebusin hutang lo!"
"Gituh doang?! Kecil!!" Azka bangkit dari duduknya kemudian pergi memesan cilok permintaan teman-temannya. Sendangkan Milo hanya menatap malas teman-temannya.
Selesai kemauan mereka terpenuhi, kini Azka memutar botol tersebut. Dan kini botol itu mengarah pada Milo.
"Hahay! Mpus lo es batu!" Milo hanya membuang napas jengah.
"Jujur apa nekat??!" Milo agak sedikit menimbang-nimbang. Kalau dia memilih jujur pasti curut-curut akan menanyakan hal yang akan menjebak cowok itu, kalau nekat palingan yang keluar hanya duit sama seperti Azka. Mengingat teman-temannya yang mata duitan.
"Nekat." Mendengar itu teman-temannya saling melempar senyuman licik.
"Oke sekarang lo harus minta nomor salah satu cewek yang ada di sini!!"
"GUE SETUJU!"
"Gue gak." Milo berdecak kesal dengan permintaan teman-temannya yang begitu kampret. Kalau mereka tanpa di minta itu sudah menjadi hobby mereka. Tapi ini seorang Milo? Badboy yang begitu cuek setengah mampus yang memiliki gengsi tinggi selangit, tiba-tiba meminta nomor seorang cewek di kantin seramai ini? BIG NO.
"Udahlah sob! Kalo lo malu-malu tai anjing, kita temenin deh!" Kini mereka menarik lengan Milo kemudian memaksanya menentukan siapa targetnya.
"Harus sportif dong Mil!!"
"Arghh shit!"
Dengan amat sangat terpaksa Milo menuruti permintaan bedebah-bedebah ini. Kini Milo bingung siapa yang akan menjadi targetnya, ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kantin. Ia mendapati beberapa cewek yang ia kenal, tapi jika ia meminta nomor pada salah satu mereka. Pasti mereka akan ke gr an, apalagi dari setiap cewek yang Milo kenal, mereka semua mencoba mendekatinya.
Pandangan Milo kemudian tertuju pada seorang cewek yang tengah duduk sambil membaca buku. Entah setan apa yang merasuki cowok itu, kini ia berjalan menuju cewek yang tak lepas dari pandangannya itu. Di ikuti teman-teman kampretnya yang saat ini menggila melihat Milo si balok es akan melakukan hal konyol.
"Hei lo cewek aneh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
THANKYOU LUNAR
Short Story"I still fall for you everyday and that's the problem." -Lunara Alyadita Gwyneth [Update setiap sadnight]