6- Penjara dan Masalalu

2.5K 84 1
                                    

"Pertemuan yg seharusnya tidak terjadi itu, telah mengantarkan ku pada Perasaan di masa lalu, yg sejatinya telah lama ku Enyahkan dari hidupku."

❤❤

Angin senja berhembus, menerbangkan setiap dedaunan yg gugur. Jalanan kala itu tampak sepi, sebagian penghuni telah kembali pulang, mengunjungi Syurga Sederhana Masing-masing dari mereka. Mengakhiri segala bentuk kerinduan, dari benak para penghuninya.

Senja kala itu, hanya terlihat seorang lelaki berbadan kekar, dengan dada yg bidang berdiri tegak di samping sebuah Gerbang tinggi. Tampaknya ia sedang membuka kan pintu untuk sebuah mobil Avanza hitam yg akan segera keluar, meninggalkan Halaman universitas.

Lelaki berbadan kekar, yg mengenakan setelan seragam putih biru itu tampak tersenyum ramah, kearah kaca jendela mobil yg terbuka setengah.

"Sampai jumpa, hati-hati di jalan pak." Ucapnya, ramah.

Lelaki Ber Jaz, yg berada di dalam mobil tampak membalas sapaan ramah itu, dengan senyuman, dan lambaian tangan.

Setelah mobil Avanza itu berlalu, lelaki yg tak lain adalah satpam universitas itupun kembali ke pos nya.

Baru Beberapa detik, bokong menyentuh tempat duduk plastik, terlihat seorang lelaki tampan berlalu di hadapan nya dengan Mimik wajah bimbang.

"Sore pak dosen, mau pulang ya?" Sapa satpam itu ramah

Adnan mengangguk, tanpa menoleh sedikitpun. Ia terus melangkah kan kakinya menuju gerbang kampus,

"Loh, pak. Pulangnya ga pake mobil?" Ujar pak satpam heran berhasil membuat, Langkah Adnan terhenti mendengar pertanyaannya.

"Astaga, iya yah. Mobil kan ada di parkiran. Duh, kenapa jadi plin plan begini sih?" Batinnya,

Adnan kemudian berbalik, ia menatap sendu wajah satpam yg mengingatinya, lalu sesaat mematung. Angin sepoi masih terasa berhembus, meniup-niup ujung rambut hitamnya,

"Pak ada yg bisa saya bantu?"

Tawaran pak satpam kembali membuyarkan lamunan Adnan, tetiba terbesit dalam benak nya untuk mencoba menanyakan sesuatu yg membuatnya bimbang pada satpam itu. Sesuatu tentang perempuan bercadar yg akhir-akhir ini membuat ia tak bisa konsentrasi dengan benar.

Adnan kemudian mengangguk, lalu berjalan mendekati, "Pak, apa bapak kenal dengan salah Satu mahasiswi Bercadar yg ada di kampus ini?"

Satpam tsb mengarahkan pandangannya ke atas, seperti sedang mengingat-ngingat sesuatu, sementara Adnan menanti penuh harap.

"Maaf pak, di kampus ini mahasiswi Bercadar ada belasan orang. Apa bapak bisa menyebutkan ciri-ciri khusus nya?"

Adnan berfikir sejenak,
"Dia, mahasiswi semester akhir jurusan psikolog, dia pendiam, dan..."

"Sebentar," ucapan pak satpam sontak membuat kalimat Adnan terhenti,

"Perempuan bercadar, yg pendiam itu ada beberapa. Tapi kalau yg jurusan Psikologi semester akhir saya kenal pak."

Ucapan satpam tsb berhasil mengukir senyuman di wajah tampan Adnan.
"Namanya....."

Adnan mengukir senyum kemenangan, mendengar nama yg di sebutkan satpam itu.

"Nah, itu dia orangnya." Ucap satpam itu sambil menoleh ke arah 3 orang perempuan bercadar yg sedang berjalan melintasi taman Kampus. Adnan ikut menolehkan pandangannya kearah yg ditunjuk satpam itu.

"Nah, yg jurusan psikolog semester terakhir itu perempuan beransel pink. Namanya kan yg tadi bapak tanyakan?" Tanya pak satpam itu, dibalas anggukan oleh Adnan.

Malaikat berlesung Pipi 3 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang