16- Yulaika Raihana

3K 92 23
                                    

"Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai."

Pagi itu, mentari pagi tampak begitu cerah, tak ada sengatan yang dihasilkan, bersamanya, angin sepoi-sepoi ikut membersamai proses pemakaman yulaika. Panjatan doa juga ikut mengiringi, Shiv yang kemarin sempat pingsan karena tak kuasa menerima kenyataan ini, pun kini memaksakan diri untuk mengantar Yulaika ke tempat peristirahatan terakhirnya, air matanya mulai mengering setelah semalam membanjir, sementara Adnan juga tampak mati rasa, Harapannya mempersunting Yulaika pupus membuatnya tak berdaya, sia-sia sekuat apapun usahanya untuk tidak mempercayai kematian yulaika, pada kenyataannya yulaika, perempuan yang telah begitu banyak mencuri perhatiannya memang telah tiada, ia mengingat keseluruhan kenangan singkatnya bersama yulaika, sejak awal bertemu, hingga senyuman terakhirnya kemarin. Juga imam, yang terlihat juga sangat berduka, air matanya tidak lagi menetes tapi air mata dihatinya tak henti-hentinya mengguyur perasaannya, mengaduk-aduk segala apapun yang ada.

Ketiganya tak sanggup menatap tubuh ilyana yang telah dililit, dimasukkan kedalam liang lahat, hingga akhirnya setelah semuah proses telah dilakukan, Aditya lalu memimpin doa untuk putri tercintanya yang lalu diaminkan oleh semuah yang menghadiri pemakaman itu. Pak saif, juga istri dan ketiga anak menantunya juga hadir pagi itu.

Fida, Humairah, dan juga Ibnu. Beserta pasangannya masing-masing, mereka tampak ikut berduka mengetahui Yulaika telah pergi untuk selama-lamanya.

"Dia telah pergi, untuk menemui Radit disana." Lirih pak saif, tak henti-hentinya terisak. Yulaika memang salah satu menantu yang paling dekat dengannya, selama 4 tahun pernikahan dengan anak bungsunya, bahkan hingga ia berstatus sebagai janda dari anaknya pun, yulaika masih sering mengunjunginya dan tak memutuskan hubungannya sedikitpun.

Setelah menyelesaikan doanya, beberapa orang yang menghadiri pemakaman pagi itupun, berbondong-bondong pulang, meninggalkan keluarga yulaika, dan juga keluarga raditya, beserta tiga lelaki asing itu.

"Tidak hanya liang lahat mereka yang bersanding, tapi disana juga mereka pasti sedang bersanding bersama. Insha Allah" ucap buk Shofi, menatap batu nisan anak bungsu dan juga menantunya secara bergantian,

Ulya tampak masih terisak, memeluk batu nisan putrinya, seolah memancing tangis yang lainnya.

"Ya Allah, aku ikhlas, aku ikhlas.." batinnya, setelah cukup lama memeluk batu nisan yulaika.

❤❤❤❤❤❤

Setahun kemudian..

Bayi perempuan yulaika, kini tumbuh dengan sehat, ia sudah lincah merangkak sekarang, dan kini tinggal bersama Tsurayah dan juga Raihan di Manado, bekas rumah Yulaika dan Raditya, sesekali bayi perempuan yulaika juga di biarkan bersama dengan kedua orangtua Raditya, pak saif dan buk Shofi.

Sementara Ulya dan Aditya, telah kembali ke Aceh, beberapa bulan yang lalu, awalnya mereka berat meninggalkan cucu mereka, tapi berkat bujukan Raihan, merekapun bersedia kembali ke Aceh.

"Ma, pa, ibu ayahnya kan ada disini, bagaimana bisa dia ikut bersama kalian. Ke Aceh?" Bujuk Raihan kala itu,

Selain itu, mereka juga telah sepakat menamai Bayi perempuan itu dengan nama persis dengan nama ibunya, Yulaika Raihana, dia juga telah mewarisi senyum manis sang ibu, bulu mata yang lentik juga warna bola mata berwarna abu-abu seperti ayahnya, membuat siapapun yang menatapnya serasa tak ingin berpaling. Hal yang sama juga dirasakan oleh Shiv, imam dan juga Adnan yang hingga tahun pertama sepeninggalan yulaika, masih setia mengunjungi bayi perempuan yulaika.

Tak jarang mereka meminta izin pada Raihan, dan juga pak saif untuk membawa yulaika jalan-jalan bersama mereka, dalam wajah mungil bayi itu, mereka seperti melihat yulaika yang telah membuat mereka jatuh cinta, hidup kembali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 25, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Malaikat berlesung Pipi 3 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang