Gadis itu menyenderkan badannya di sofa ruang rapat, ia sangat kelelahan.
Padatnya kegiatan hari ini berakhir pukul dua siang menjelang sore. Itu pun belum hari berikutnya yang biasanya akan tambah menguras tenaga untuk mengurus data dari komputer.
Yura menarik kepalanya ke atas. Ia memejamkan matanya menghadap ke langit-langit ruangan itu. Ia memijat sebelah kepalanya yang terasa sangat berat untuk digerakkan. Lehernya sudah hampir patah karena ia lupa mengoleskan minyak vanila miliknya sebelum berangkat ke kampus.
"Kau disini rupanya," seseorang mendatangi tempat duduk Yura, mendekat.
Yura yang mendengar suara itu lantas menarik kepalanya kembali ke depan meski tak ingin. Rupanya Inna.
Yura menghembuskan napas lelahnya ketika Inna perlahan duduk di sampingnya. Yura kembali memejamkan mata.
"Hari ini betul-betul meledak. Awalnya aku antusias, tapi aku masih bingung why are we chosen on duty, even our senior is more experienced right?" Inna memulai percakapan.
"In addition to training ourselves, all because of the value we get above the average from the previous year. Semua dosen membicarakan hal itu." Yura membalas.
"What? Benar begitu?" Inna terkejut tak percaya.
Yura mengangguk mengiyakan. "Apa kau belum mendengarnya?" kini Yura yang bertanya.
Inna menggeleng cepat. Ia sama sekali belum mendengar hal tersebut. Ia baru mendengarnya sekarang.
Yura hanya membalikkan badannya sebentar. Kemudian kembali ke posisi semula. "Semuanya sudah jelas, Inna. Kau saja yang kurang update,"
Inna menyikut lengan Yura, kesal.
Yura hanya tersenyum menang. Ia selalu senang menggoda temannya yang satu ini. Inna selalu mudah dijahili walaupun dalam keadaan seserius apapun.
***
Pukul empat sore, Yura akhirnya punya waktu untuk pulang. Ia telah menyelesaikan tanggung jawabnya hari ini dan mendapat izin untuk kembali ke kediamannya.
Ia kembali menggendong totebagnya yang tak sepenuh tadi. Hanya berisi botol minum juga beberapa peralatan alat tulis. Semua ia tinggalkan di meja rapatnya.
Yura berjalan beriringan dengan Inna. Mereka mengobrol ala kadarnya untuk meredakan kejenuhan. Yura menemani Inna mengambil mobilnya di parkiran belakang yang mengharuskan keduanya memutari area kampus.
"Yaa, fotokan aku disini." pinta Yura kepada Inna.
Ia berhenti di samping salah satu kelas dan melihat pajangan baru yang sebenarnya tak cukup menarik untuk dijadikan background foto. Tapi bukan Yura namanya kalau menjadikan foto aesthetic saja tidak bisa.
Inna dengan gesit mengambil ponsel yang dijulurkan Yura. Ia membuka locksreennya dan menekan icon kamera. Dalam hitungan satu, dua, dan tiga yang Inna ucapkan, ponsel itu sudah menjepret foto Yura tanpa flash. Yura segera menghampiri Inna dan melihat bagaimana hasilnya.
"Tanganmu memang da best," Yura mengacungkan jempolnya.
"Tapi gayamu disini tak cukup menarik, Yoo." Inna menjawab.
"But i'm still pretty," tawa Yura menggoda.
Keduanya akhirnya berpisah di tengah jalan karena Inna ternyata buru-buru kembali ke rumahnya. Ada urusan mendadak yang harus ia kerjakan. Yura mengangguk paham ketika Inna meminta maaf tak bisa menemani Yura bersantai di waktu sore hari itu.Sebelum Yura memutuskan mencari kendaraan untuk pulang, ia berpikir alangkah lebih baik untuk memanjakan perutnya. Mengingat sudah setengah hari ia belum menyantap makanan, ia hanya sarapan roti lapis yang tersisa di kulkas apartment.
Yura membelokkan haluan ke sebelah barat kampus tepatnya seberang pemberhentian mini bus. Ia menyeberang melewati zebra cross sambil berlari kecil. Anting-anting bulat yang ia kenakan juga ikut bergoyang seiring gerakan badannya.
Sampai di sebuah cafetaria yang cukup populer di daerah sana, Yura langsung mendorong pintu dan masuk mencari tempat duduk. Ia memutuskan untuk menempati tempat kosong dekat jendela agar dapat melihat jalanan, ia memiliki hobi itu sejak kecil.
Ia segera memesan makanan yang ingin disantap. Satu cappuccino milkshake dan satu porsi borsh—makanan khas Ukraina berupa campuran daging sapi dan juga sup sayuran yang diseduh jadi satu. Kemudian melambaikan tangan memanggil pelayan.
Tak lama, pesanannya datang. Ia dengan lahap menikmati kudapan di depan matanya tersebut. Sesekali ia melihat ke arah luar, menatap langit sore, manatap jalanan yang mulai ramai, menatap bangunan Kyiev Perchersk Larva yang terlihat dari sini meskipun hanya sedikit, salah satu destinasi wisata yang perlu dikunjungi di Ukraina.
Pukul 5 sore, Yura berkemas meninggalkan cafetaria setelah membayarnya dengan hryvnia—mata uang Ukraina. Ia kembali melangkahkan kakinya malas menyusuri kaki jalan. Ia tiba di sebuah pemberhentian mini bus untuk menunggu gilirannya mengambil antrean.
Tiba-tiba terdengar dari sebelah utara tempatnya berdiri, kendaraan terlihat sangat ramai. Banyak mobil-mobil hitam berjalan seperti sedang mengawal orang penting yang baru saja tiba. Mobil itu berasal dari arah bandara menuju kota. Setidaknya ada lima mobil yang yang telah melintas di depan Yura.
"Permisi, boleh kutahu siapa yang baru saja lewat?" Yura bertanya kepada salah satu orang di sebelahnya, orang itu nampak sangat kengirangan melihat mobil itu datang. Ada apa?
"Sebuah bintang grup asal Korea Selatan berkunjung kemari untuk melakukan shoot," jawabnya.
"Korea Selatan? Siapa?" Yura mengernyitkan alisnya.
"NCT! Grup itu sangat terkenal di negaranya!" orang itu berseru semangat.
Yura masih menatapnya bingung, "I'm from that country, but don't even know anything, nuguya?"
[...]
[◽◽◽◽◽]hai wankawan!
update baru lagi untuk malam minggu kali ini. semoga sukaabtw, disini udah ada perkenalan tokoh sebagai Yura, ada beberapa info mengenai Ukraina, semoga bermanfaat hehee.
supaya lebih jelas bisa googling ya siapa tahu ternyata aku ada salah info, tolong ingetin/:3
ohiya, ada yg nyadar ga itu fotonya pake hangul loh padahal kan di ukraine yap wkwkwk
xx, zilla.
KAMU SEDANG MEMBACA
pass | jaehyun
Fanfiction[NCTzen ZONE ALERT] Apa pernah terbayangkan tempat yang paling jauh di dunia ini? Tentu saja masa lalu, ketika semua sudah terjadi dan tidak bisa diulangi bahkan berusaha digapai lagi. Yang jadi tugas mereka saat ini hanya bersyukur atas apa yang di...