#003 : knowing another side of his/her.

65 14 1
                                    

.....

"Kau bawa payung?" Tanya Wonwoo begitu mereka sampai didepan halte.

Rintik hujan terlihat cukup deras ketimbang beberapa menit lalu. Mingyu menoleh,ia menggeleng pelan. Kemudian menatap awan hitam pekat menghiasi langit kota Seoul siang ini. Ketika kau ingin bergantung dengan ramalan cuaca di televisi ataupun ponsel pintarmu,sebaiknya jangan. Karena ramalan hanyalah ramalan,tidak sepenuhnya benar seratus persen. Kalaupun itu benar,mungkin itu hanya kebetulan belaka. Wonwoo tak pernah percaya ramalan,yang ia percayai adalah menjalani hidup dengan baik hari ini dan berusaha lagi dihari esok. Tanpa ada penyesalan dan selalu berfikiran positif.

Hari ini tepat dihari minggu,sesuai janji Kim Mingyu ditelepon beberapa waktu lalu ia berkata akan mengajak gadis bernama Jeon Wonwoo pergi ke pameran buku impor yang diselenggarakan oleh distributor buku yang lumayan terkenal. Harganya yang sangat miring tentu saja membuat semua pecinta buku tertarik membeli banyak-banyak.

Bisa dikatakan seorang Jeon Wonwoo adalah wanita yang sangat mencintai buku daripada dirinya sendiri. Ahh,dan jangan lupa segelas latte dan kucing yang menemaninya di minggu sore atau di waktu luang. Hanya begitu,sudah memenuhi waktu santai Wonwoo selepas penat bekerja.

Ia memang orang yang sederhana. Sesederhana kebahagiaannya jika bertemu buku.

Wonwoo menghela nafas. Ia berharap tidak telat dan bisa segera mengantre tiket masuk karena pengunjung sangat di batasi. Ia berharap bisa tepat waktu sampai disana. Mingyu yang sepertinya tahu ekspresi Wonwoo kemudian berkata,

"Bagaimana kalau kita lari saja?" Ajak Mingyu.

Wonwoo menoleh ketika sedang asyik dengan pikirannya.

"Kau serius? Aku tak mau basah-bas-------- yak KIM MINGYU !!!!!"

Jaket tebal miliknya ia lepaskan kemudian menaruhnya tepat di kepala gadis itu dan tanpa permisi Mingyu mengamit lengannya untuk berlari bersama menembus hujan deras siang ini.

Tak peduli mau basah ataupun tidak. Mingyu berhasil membawa Wonwoo tepat waktu untuk mengantre. Walaupun sudah hampir tidak bisa masuk karena antrian mereka hanya berjarak 5 orang lagi sebelum pengunjung hari ini dibatasi.

Wonwoo harusnya berterima kasih,tapi rasanya ia masih sulit mengucap kata itu pada lelaki tinggi yang kini mengantri dibelakangnya.

Ia melirik dengan ekor matanya,Mingyu tengah mengusak-usak rambut kecokelatannya yang lepek terkena air hujan serta bagian atas kausnya yang basah kuyup.

Setelah masuk dan membeli tiket. Gadis dengan surai hitam itu sudah mengacir entah kemana,menyisakan Mingyu yang malah terdiam di dekat pintu masuk.

Toh biarlah,ia juga tak mau mengganggu gadis itu yang pasti sedang asyik memilah buku mana yang mau ia baca.

Mingyu bukanlah pria yang suka membaca bacaan berat seperti novel klasik. Ia hanyalah seorang desainer grafis yang lebih banyak bekerja di rumah daripada di kantor. Hingga waktunya dihabiskan cukup banyak di apartemen kecilnya. Menggambar sepanjang malam hingga suntuk dan ditemani kopi pahit serta lagu-lagu bertema hip-hop yang beatnya sungguh membuat mata enggan terpejam. Seperti itulah pekerjaan dari seorang Kim Mingyu setiap harinya,namun entah kenapa beberapa hari ini ia sedang sepi proyek.

Mingyu pergi ke deretan buku-buku resep memasak setelah dari deretan tentang seni. Selain suka menggambar,ia juga suka memasak. Bahkan ia mungkin lebih jago daripada Ibunya tentang hal masak-memasak. Sudah tak terhitung berapa banyak resep yang telah ia praktekan sendiri selama ia memutuskan untuk merantau dari kampung halamannya ke Seoul saat mulai kuliah.

Tak terasa sudah satu jam Mingyu memutar-mutar mencari Wonwoo. Hingga matanya menangkap seorang wanita dengan wajah khas asia tengah duduk di antara rak-rak novel berbahasa inggris.

When The Rain Meets The Sun | MeanieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang