#001 | Wonwoo : Orange Juice

169 20 0
                                    

....

Matanya,hidungnya,suaranya,bahkan ketika ku mengingat sentuhan hangatnya merangkul tubuhku erat masih teringat jelas. Bahkan kupikir itu baru terjadi kemarin.

Lelaki yang kubicarakan adalah seorang lelaki berisik dan juga cerewet tentu jauh beda sekali dengan pria kebanyakan yang selalu tidak peduli terhadap sekitar.

Aku baru mengenalnya setahun yang lalu. Ia datang kesebuah kencan buta yang aku ikuti karena di paksa oleh Seungkwan,gadis berpipi gembil itu sering sekali ikut kencan seperti itu. Aku sih sebenarnya tak masalah,namun hari itu atensiku terhadap naskah yang kuketik di kencan buta (katakan saja aku gila,tapi memang begitu keadaanya)  mulai menyusut karena pria yang menumpahkan jus orangenya di baju baruku.

Pertemuan kami berjalan tidak baik. Tentu saja. Karena aku benci orang yang sangat berisik dan juga berlebihan. Kesanku terhadapnya pertama kali adalah dia mungkin saja tidak cocok dijadikan sebagai kekasih. Benar-benar tidak cocok karena dia sangat berisik.

Tapi Kim Mingyu berhenti membuatku terus berfikiran seperti itu. Ia selalu membuatku penasaran dan kerap kali kefikiran setiap malam. Awalnya sungguh mengganggu,tapi lama kelamaan aku menyadari juga bahwa itu bahwasannya aku tengah jatuh cinta.

Konyol memang kalau aku baru tahu rasanya jatuh cinta. Di usia gadis seumuran sangat langka menemukan orang yang seperti itu. Bahkan mungkin tidak pernah? Haha. 

....

[2  november 2017]

["Berdandanlah yang cantik, oke Wonwoo?"]  Ujar Seungkwan di telepon. Ia tadi sudah mengirim pesan di SNS namun aku tidak membacanya karena sibuk oleh naskah novel yang harus di edit.

Aku menjawab iya dengan malas,ia tahu persis diriku yang sangat anti terhadap acara seperti itu . Seungkwan tetaplah Seungkwan,ia akan terus memaksa hingga ajal menjemputnya dan aku akan terus menolaknya hingga ajalku tiba juga. Terus seperti itu,hingga aku bilang iya.

Gadis itu menutup teleponnya secara sepihak. Acaranya masih besok malam dan mungkin aku akan segera menyelesaikan naskah ini secepat mungkin. Mana mungkin kubawa laptop ini ke tempat kencan buta kan? Aku memang gila,tapi aku tahu batasan itu. 

Aku akhirnya memenuhi permintaan teman baikku karena tak enak sudah menolaknya beberapa kali setiap dia ajak ke acara itu. Aku hanya berpakaian seadanya,blus biru muda dengan rok hitam pendek 2 cm diatas lutut serta high heels biru dongker,jangan lupa riasan tipis karena aku malas berdandan. Bahkan rambutku saja hanya kusisir dengan rapi.

Kami janjian disebuah kafe yang menjual kopi dam beragam kue-kue bergaya eropa dengan interior simple. Serta ada rak buku besar yang menjulang ke atas. Mungkin sesekali aku akan bersantai sambil membaca buku disini. Aku melangkahkan kakiku ke dalam kafe,suara musik dari band indie bergema dalam kedua telingaku. Suasana kafe sungguh tentram bahkan sangat sepi.

Pada akhirnya aku melihat Seungkwan dan Minghao yang sudah duduk di kursi sofa serta dua pria lain yang sepertinya juga ikut acara ini.

Aku segera membungkuk dalam begitu Seungkwan memanggilku dari jauh lalu tersenyum tipis sebagai formalitas. Pokoknya jika aku tidak tertarik aku hanya perlu senyum seadanya  begitu usul Seungkwan sebelum aku menuju kemari.

Dua pria lain duduk dihadapan Minghao dan Seungkwan sedangkan aku,didepanku tidak ada siapa-siapa. Seungkwan bilang pria yang ketiga sepertinya terlambat karena ada urusan.

Kami sembari kencan buta juga merangkap makan malam. Aku bahkan sibuk sendiri dengan makanan didepanku. Tanpa memedulikan Minghao,Seungkwan bahkan dua pria yang di depan mereka.

When The Rain Meets The Sun | MeanieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang