#005

75 17 5
                                    

.....

"Nona Jeon !" Panggil pria tinggi dengan tas laptop di punggungnya. Aku yang tengah terburu-buru setelah menuju kantor pimpinan terhenti begitu ia memanggilku dengan suara berat khas. Menoleh ke belakang dan mendapati Mingyu yang sedang berlari kecil ke arahku.

Aku tersenyum kecil,ia membalas senyumanku.
"Jadi kau bekerja disini,eoh?" Tanya Mingyu begitu melihat name tagku yang terlilit di leher.

Aku mengangguk,aku ingin bertanya mengapa ia ada disini. Apakah mungkin dia adalah desainer grafis freelance yang dibicarakan Ms.Park itu tempo lalu? Kalau memang benar,Mingyu akan bekerja disini selama beberapa minggu menggantikan desainer grafis lain yang sedang mengambil cuti karena sakit keras.

Siang itu jam menunjukkan pukul setengah satu lebih sepuluh menit. Setelah selesai dari ruang pimpinan aku kembali ke mejaku untuk makan siang. Tadi aku sempat memasak untuk hari ini dan berencana memakannya saat jam makan siang.

Mingyu berkata ia adalah pegawai magang disini selama 2 minggu. Ini adalah kali pertamanya bekerja di dalam kantor besar. Ia juga bilang setiap harinya ia hanya bekerja didalam rumah karena harus mengurus ayahnya yang sakit.

Waktu itu aku belum peduli. Siapa yang sebenarnya sakit. Yang kutahu Ayahnya yang beranjak tua itu terlalu sering sakit-sakitan dan memaksa Mingyu bekerja keras untuk pengobatan ayahnya.

Kami makan disebuah taman di dekat kantor. Disana ada gazebo kecil tempat duduk-duduk di cuaca panas seperti ini sambil membawa bekal makananku. Mingyu hanya membeli dua bungkus roti dan nasi kepal serta latte instan yang dibeli di tempat penjual otomatis diseberang taman. Sedangkan aku,membawa bekal sehat hari ini.

"Kau pandai memasak ya?" Puji Mingyu begitu aku membuka tutup kotak bekal berwarna hijauku.

Sebenarnya ini adalah lauk sederhana. Hanya ada telur gulung,tumis sayuran serta nasi kepal yang sebelumnya dicampur dengan daging tuna kalengan dan rumput laut kering. Aku menyuapkan nasi kepalnya terlebih dahulu. Kemudian menawari pria itu yang sepertinya ingin mencicipi masakan simpelku.

"Sepertinya aku kurang menambahkan garam. Apa kau juga berfikir seperti itu Mingyu-ssi?" Tanyaku begitu ia selesai mengunyah.

Ia terdiam sebentar. Kemudian menggeleng.
"Enak kok. Kau termasuk orang yang pandai memasak." Pujinya dengan senyuman terang secerah matahari.

Sifatku sangat dingin. Semua orang berkata aku adalah hujan badai. Semua orang tidak mengharapkan hujan badai datang bukan? Makanya siapapun tak ingin dekat denganku. Setelah mencoba beberapa menu lauk buatanku Mingyu berkomentar bahwa ia juga sangat pandai memasak.

"Kalau kau senggang,aku bisa memasak untukmu dihari libur. Hahaha" pamer Mingyu ketika ia menunjukkan hasil masakannya yang ia foto beberapa hari lalu.

"Sombong sekali...." gumamku yang terlihat seperti sedang menyindirnya. Mingyu hanya tertawa melihat reaksi masamku. Sebenarnya apa yang ia tertawakan? Menyebalkan sekali,aku kan hanya memberikan fakta apa adanya. 

Ia menyuapkan nasi kepal bulat ke dalam mulutku. Aku menatapnya jengkel. Kim Mingyu,selain sombong ia juga pria yang jahil. Begitu pikirku ketika mendengar namanya.

Tapi entah mengapa menurutku ia adalah pria yang sangat menyenangkan disamping kekurangannya yang banyak itu. Setelah Kami selesai makan siang lalu kembali ke dalam kantor. Berpisah karena kami berbeda divisi.

....

Hujan salju di akhir bulan november turun perlahan. Aku keluar tepat pukul jam 9 malam dan menyadari pria yang tengah menggosok-gosokkan tangannya di depan taman dekat kantor adalah pria tinggi yang kutemui tadi siang .

Aku mencoba tak melihatnya karena yang kutahu  pegawai satu kantor tidak boleh ada yang menjalin hubungan. Tapi tunggu? Apakah aku dan Mingyu punya hubungan? Sepertinya tidak,aku hanya meluruskan saja sebelum kalian dan orang-orang kantor salah paham tentang hubungan kami.

Kami adalah teman yang bertemu disebuah kencan buta yang bertemu karena insiden ketumpahan jus jeruk.

Lalu apa yang ia lakukan disini?

Mingyu berjalan ke arahku lagi-lagi sambil tersenyum. Tolonglah,ketika ia tersenyum sangat lebar itu membuatku terkadang jantungan. Walaupun kami belum kenal dekat tapi entah mengapa rasanya aneh.

"Kau pulang selalu semalam ini Wonwoo-ssi?" Tanyanya sambil melirik jam tangan di tangannya.

Aku merapatkan syal merah karena udara dingin lalu menggangguk tanda mengiyakan. "Pantas saja ya,kau bisa meneleponku hanya baru diatas jam 10."

Mingyu menawarkan pulang bersama. Walaupun awalnya aku tolak mentah-mentah. Menakut-nakutiku karena banyak kasus pembunuhan wanita muda yang cantik akhir-akhir ini.

"Harusnya kau tidak perlu mengantarku sampai rumah,gyu..." ucapku.

Mingyu lalu tekekeh kecil,mengacak anak rambut milikku dengan lembut. "Orang sepertimu harus dilindungi...." kemudian ia pergi karena sebentar lagi hujan turun meninggalkanku secepat angin.

.....

Mingyu itu...
Seperti angin. Tanpa permisi ia datang,lalu pergi tanpa pamit. Begitulah dia.




....



Bersambung....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

When The Rain Meets The Sun | MeanieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang