Dari semua itu, kau lupa hal klise yang sangat penting. Kau butuh lelaki yang kuat hati. Yang pernah jatuh cinta dan patah ribuan kali. Jika yang kau dambakan selama ini dapat bertahan dan bangkit dari semua masalalunya dan akhirnya bertemu denganmu. Bukankah dia lelaki paling kuat?
—Niko Astrajingga.
----------------------------------------------------------------
Astaga, benar kata Niko. Aku lebih memilih ambisi, bukan lebih memihak apa yang hati butuhkan. Lumayan, sebuah perdebatan satu arah yang membuatku semangat untuk mencari siapa pemilik buku ini.
Aku tutup buku usang berkhasiat ini, dan aku melanjutkan tugas akhirku. Agar setidaknya meraih toga, apa yang aku dambakan selama ini. Kusimpan di rak buku paling depan.
Beberapa jam berlalu, aku semakin tertarik membaca buku usang tadi di halaman selanjutnya. Maafkan aku Niko, aku bukan bermaksud lancang. Aku termakan penasaran atas diksimu yang tam terduga olehku.
