6. Vale's Birthday.

119 11 1
                                    


6. Vale's Birthday.

***

       Vale mengenakan jaket merah mudanya saat memasuki mall. Rok abu-abunya masih terpakai, karena Vale emang gak bawa baju ganti.
Lain dengan Deva, cowok itu malah sudah berpenampilan stylist. Deva jadi makin ganteng, batin Vale.

Oke, Vale mengakui bahwa Deva tuh ngerti Fashion. Terbukti dari outfitnya yang trendy dan tentunya mahal. Celana jeans medium-blue dengan sobekan di bagian lutut, dan sedikit di paha. Kaos kelabu Polo dengan list hijau stabilo di bagian bawah. Sepatu sneakers dengan paduan warna putih, abu-abu, dan light-blue. Desain modern dengan sedikit sulur yang trendy. Sepatu mencolok yang tak pernah bosan bila dipandang.

Vale terdiam.

Dalam hati, gadis berambut panjang itu terus menggerutu.

Kok, gue jadi salah kostum gini?! Kan jadi mirip pembantu kalo jalan sana si Deva ini mah.

Tanpa perintah, tiba-tiba saja Deva menggandeng tangan Vale. Vale tersentak kaget namun tak kentara. Sedangkan Deva sama sekali tak bisa menahan senyumnya, karena Vale tak menolak. Senyum pun tak pernah luntur dari wajah tampannya itu.

Saat mereka sudah sampai di toko baju wanita, Deva berkata, "lo pilih baju sana. Nanti gue yang nilai. Seleranya sama kok sama lo."

Vale kembali menggerutu saat melihat Deva dengan santainya pergi meninggalkannya ke sebuah Toko Sepatu.

"Gak usah peduliin Deva, Vale." Mantra Vale kembali diucapkan.

Kini dengan acak dia memilih berbagai macam gaun yang menuruknya cantik, tanpa melihat harganya.

Warna yang mendominasi sekitar 5 gaun itu adalah merah muda. Entah kenapa, warna itu jadi terlihat manis.

Pandangan Vale tidak terhenti pada gaun berwarna biru malam selutut, dengan bagian belakang yang sedikit panjang hingga ke mata kaki. Ditaburi manik-manik cantik di sisi bawah rok, dan penuh dengan mode domino di bagian belakang.

"Ih, kok cantik banget sih gaunnya?" gumam Vale sendiri.

Tangannya menyentuh bagian atas gaun yang dibuat agak mengkerut. Bagian atas warnanya agak lebih muda dari bagian bawah. Dengan pita berukuran sedang berwarna silver di pinggang, gaun itu benar-benar menarik perhatian. Walaupun bahu Vale jadi terekspos setengahnya, untung leher gaunnya agak tinggi.

"Ambil aja."

"Eh.... Kok gue kaget?"

"Telat, bego!"

"Yeee, biarin dong. Kan elu yang ngagetinnya gak berhasil, Deva geblek!"

Deva mengambil gaun yang berada di tangan Vale itu.

"Lo mau ini?" tanya Deva memastikan.

"Gak kok," Sumpah, gue mau banget. Vale mengalihkan pandangan. "Sayang ntar uang gue. Gue kan jarang make gaun." Sial, coba aja gue tadi bawa uang lebih yang dikasih Mama, kan bisa beli ini gaun.

Deva melirik harga gaun itu. Harganya, Rp 1.899.900 .

"Yaudah, gue simpen lagi. Padahal gue mau beliin kalo aja lu mau. Sebab daritadi tuh mata kagak mau kedip mandang gaun ini, mending mandangin Deva aja."

"Dih, pede gila kok dipelihara?! Udah ah, nih ada 5 gaun pilih aja yang paling bagus."

"Njir, Vale. Lu kagak liat harganya semua?"

Vale melirik harga ke lima gaun itu. Heh?! Bola matanya langsung membulat setelah menyadari, harga  gaun yang termurah itu Rp 999.000 !
Paling murah, masa!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 29, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DevaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang