"I-nhi rumah?" Tanya Niel saat mereka berdua telah sampai di sebuah rumah berlantai dua berbentuk segitiga
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Iya. Tempat tinggal kita" ucap Febri sambil tersenyum manis pada Niel lalu mengecup pipi kanan Niel sekilas
"Mak-maksudnya?" Tanya Niel heran. Apa maksudnya tempat tinggal 'kita'. Tempat tinggal dirinya dengan Febri. Hanya berdua?
"Tentu saja. Kamu kan istriku" ucap Febri lalu menjawil pipi Niel gemas
Melihat kebingungan di wajah Niel. Febri langsung menarik tangan Niel masuk kedalam rumah tersebut
"Sudah tidak usah dipikirkan. Sekarang kamu mandi setelah itu aku akan menjelaskan semuanya" ucap Febri sambil mendorong Niel menuju kamar mandi
Cukup 30menit Niel menyelesaikan mandinya. Ia berjalan mendekati Febri yang sedang duduk di pinggir kasur
"Kita akan tinggal berdua disini?" Tanya Niel setelah bokongnya telah mendarat sempurna di kasur
"Tentu. Aku sudah izin pada ibumu. Kau tak perlu kuatir" jawab Febri sembari menatap intens mata Niel
"Kita kan belum menikah. Kalau tinggal satu atap namanya kumpul kebo. Kalau ada yang tau bagaimana?" Tanya Niel khawatir takutnya ada yang tau mereka hanya tinggal berdua seatap tanpa ada hubungan resmi
"Tidak akan pernah. Karna rumah ini hanya aku dan kamu yang bisa melihatnya. Kau lupa siapa aku honey?" Tanya Febri gemas melihat wanita didepannya ini. Bagaimana ia lupa bahwa dirinya adalah seorang pangeran
"Oh iya ya. Lupa hehe" jawab Niel kikuk sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal
"Sekarang kita harus ke mall untuk membeli keperluan kita sehari-hari" ucap Febri pada Niel
Niel mengangguk lalu berganti pakaian dan bersiap menuju mall
Kini Niel dan Febri telah sampai di salah satu pusat pembelanjaan di jakarta. Mereka memutuskan ke toko pakaian terlebih dahulu karna Febri yang memaksanya. Febri memaksanya membeli banyak pakaian dan memaksa membawakannya
"Sini Feb aku aja yang bawa. Itu kan punya aku" ucap Niel sambil mencoba meraih kantong plastik dari tangan Febri namun gagal karna Febri memindahkan tangannya
"Biarin aja. Aku suka ko" ucap Febri sambil tersenyum manis pada Niel
"Kamu ga malu apa bawa barang belanjaan sebanyak itu?" Tanya Niel penasaran apakah Febri tidak malu membawa barang belanjaan sebanyak itu
Febri menggeleng "Engga. Malah aku seneng. Aku kaya suami yang lagi bawain belanjaan istrinya" ucap Febri santai membuat Niel menggelengkan kepalanya tidak peraya. Febri memang luar biasa
Niel menyerah dan mengikuti Febri menuju tempat kehutuhan sehari-hari seperti shampo sabun dan lain-lain
Febri hendak menjalankan troley nya tapi Niel memberhentikannya. Febri menoleh ke Niel dengan alis mengkerut bingung. Niel tidak menjawab Febri. Ia langsung naik menaiki troley dan duduk di dalam troley lalu menyuruh Febri jalan mendorong troley. Febri mengangguk lalu mulai mendorong troley tersebut
Mereka berdua telah selesai berbelanja kebutuhannya. Ternyata sekarang sudah malam. Mereka kini kembali menuju rumah segitiga
Setelah sampai rumah. Niel dan Febri membersihkan dirinya lalu membereskan yang tadi mereka beli dan bergegas tidur
Febrik memeluk pinggang Niel dan mengalunkan kakinya di paha Niel seperti memeluk bangal guling. Menaru kepala Niel di atas tangannya.
"Good night swety" ucap Febri mengecup kedua mata Niel dan puncuk rambut Niel lalu menyusul Niel ke alam mimpi