[8] Joochan's Heart

105 14 14
                                    

Joochan membeku mendengar Jaehyun mengatakan suka pada Soyoon. Joochan yang tadinya ingin segera mengajak Soyoon ke kantin mengurungkan niatnya. Joochan berbalik menjauh dari mereka. Lelaki bermata sayu itu pergi ke tempat yang sepi untuk menenangkan diri, perutnya juga seketika tak lagi merasa lapar.

Perpustakaan. Ya, Joochan kembali lagi ke perpustakaan karena saat jam istirahat perpustakaan lumayan sepi. Joochan mengambil sebuah buku sembarang lalu duduk di salah satu kursi. Buku itu bukan untuk dia baca melainkan dijadikannya teman merenung. Ingatan Joochan kembali ke masa lalu di mana dia masih sekolah di Woollim Middle School.

Flashback.

Hari itu cerah sekali. Joochan dan Soyoon duduk di salah satu bangku taman tepat di bawah pohon maple. Mereka sahabat sejak kelas satu dan mereka juga tetangga. Hari-hari mereka dipenuhi canda tawa. Namun beberapa hari ini Soyoon sedikit berubah. Dia seperti menjaga jarak dengan Joochan.

"Soyoon-ah, ada ulat di pundakmu!" pekik Joochan sambil menunjuk ke pundak kiri Soyoon.

"Hwaa! Jinjja? Eodie? Joochan tolong jauhkan ulatnya, hwaa!!!" Soyoon panik, dia memang takut dengan makhluk lembek yang membuat gatal itu.

Soyoon berdiri sambil mengebaskan pundaknya dengan tangan. Bisa dibayangkan bagaimana wajah ketakutan Soyoon saat itu. Joochan hanya tertawa. Dia puas mengerjai Soyoon, baginya wajah panik Soyoon itu sangat menggemaskan.

"Tenanglah, tak ada ulat di bajumu. Aku hanya bercanda," tukasnya.

"Apa? Yak awas kau Hong Joochan!" geram Soyoon.

"Awas kenapa?" tanya Joochan sambil wajahnya mendekat ke arah Soyoon hingga berjarak sekita lima centi saja. Dekat sekali.

Joochan terus memandangi wajah Soyoon tanpa berkedip. Memandangi kedua bola mata bebinar milik Soyoon, memandangi lekuk indah hidung Soyoon dan tersenyum memandangi bibir tipis gadis itu. Saat itu Joochan tak mengerti kenapa Soyoon memejamkan matanya. Yang jelas ada satu hal yang terlintas di benak Joochan saat itu.

Soyoon-ah, aku menyukaimu. Haruskah kukatakan sekarang? Tapi aku belum siap dengan jawabanmu jika kau tak memiliki perasaan yang sama. Lagipula aku masih terikat dengan Nancy.

Jantungnya berdegup kencang saat menatap Soyoon. Perasaan seperti ini sudah dialami Joochan sejak lama, mungkin sejak kelas satu.

Joochan mengurungkan niatnya untuk menyatakan perasaan. Joochan kembali ke posisi aman, sedikit menjauh dari jarak super dekat tadi.

"Soyoon-ah kenapa kau memejamkan matamu, aku hanya ingin mengambil bulu mata yang terjatuh di sudut matamu," kata Joochan.

Soyoon terkejut lalu mengucek matanya. Joochan menghentikan tangan Soyoon untuk mengucek matanya hingga mata mereka saling berpandangan lagi. Namun sayang, Soyoon mengalihkan pandangannya ke arah lain sehingga Joochan berpikir kalau Soyoon tak punya perasaan apapun padanya.

"Wae? kenapa kau mengalihkan pandanganmu?"

"Anniya,"

"Ya sudah, aku pergi dulu, ada janji dengan Nancy."

Mengenai Joochan dan Nancy, memang status mereka baru pacaran satu bulan, namun Joochan sama sekali tak ada perasaan apapun pada Nancy. Joochan hanya tak bisa menolak mentah-mentah saat ada seorang gadis yang menyatakan perasaan padanya. Menurut Joochan, untuk berani mengungkapkan perasaan itu butuh keberanian yang besar. Joochan tak mau menyakiti perasaan Nancy jadi Joochan memutuskan menerimanya.

Hubungan yang tak didasari perasaan suka memang akhirnya tak bertahan lama. Nancy menyadari hal itu dan memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Joochan. Ya, Nancy saat itu memang terluka, tapi itu lebih baik daripada hubungan tersebut terus dilanjutkan.

***

Joochan ingat saat hari pertama masuk sekolah Golden High School, itu juga pertama kalinya Joochan bertemu dengan Soyoon setelah pindah sekolah. Saat itu Joochan senang tak kepalang. Sampai detik ini pun Joochan masih menyimpan rasa pada Soyoon.

Ini sebuah keajaiban bagiku bisa bertemu lagi denganmu. Hatiku berdebar lagi saat melihat matamu. Aku menyukai senyumanmu, indah.

Saat Soyoon menyayikan lagu 'No One Like You' entah kenapa Joochan merasa lagu itu untuknya. Akhirnya Joochan juga menyanyikan lagu yang sama saat perkenalan di kelas. Joochan ingin sekali menyatakan perasaannya pada Soyoon, jadi Joochan memberikan surat pada Soyoon secara diam-diam.

'Jangan lupa tersenyum karena aku menyukainya, Soyoon-ah'

Kalimat itu yang pertama kali Joochan tulis dalam suratnya. Walaupun tidak terus terang menyatakan suka pada Soyoon, tapi kalimat itu mewakili perasaan Joochan.

Ingatan Joochan terus melayang pada beberapa hari lalu.

Joochan ingat saat dia mengantar Soyoon pulang dengan bus padahal rumahnya sudah terlewat di halte sebelumnya. Tapi Joochan senang melakukannya. Dia rindu saat dulu menjadi tetangga Soyoon. Saat itu mereka berteman sangat dekat lebih dekat dari saudara.

Joochan bahkan rela berkorban untuk Soyoon saat gadis itu kehilangan buku matematikanya. Joochan tak tega membiarkan orang yang dia sukai harus lari keliling lapangan sendirian. Saat itu keputusan yang Joochan buat memang konyol, tapi itu sangat berkesan untuknya.

Namun belakangan Joochan merasa resah. Dimulai dari Soyoon yang mengenal seniornya yang bernama Sungyoon, gerak gerik Jaehyun saat mengajak Soyoon menonton sampai Jibeom yang terang-terangan meminta ID Line Soyoon pada dirinya. Ya, siapa yang tak resah jika orang yang kau sukai juga disukai banyak orang.

Akhrinya Joochan menulis surat kedua.

"Khajima!"

Hanya itu yang sanggup Joochan tuliskan. Mungkin Joochan memang pengecut, tapi dia memikirkan banyak hal untuk bisa mengungkapkan perasaannya.

Flashback off

***

Joochan masih betah sendirian di perpustakaan. Buku yang tadi diambilnya tak dia baca satu katapun. Jika boleh menangis, Joochan ingin menangis saat ini. Joochan dilanda gelisah yang tak bisa diungkapkan. Belum lagi dada kirinya yang terasa nyeri mendengar ucapan Jaehyun barusan.

"Joochan-ah!" panggil Soyoon di ambang pintu. Gadis itu lalu duduk di hadapan Joochan.

"Wae?" tanya Joochan, berusaha bersikap biasa.

"Kenapa kau ke perpustakaan, bukannya tadi kau bilang mau ke kantin. Aku mencarimu di kantin, tapi hanya ada Arin di sana,"

"Aku tidak lapar,"

"Begitukah? Jangan berbohong padaku, kau belum makan apapun sejak pagi kan?" tanya Soyoon, dia mencium bau kebohongan di mata Joochan.

"Aku memang tak lapar, Soyoon-ah," ucapnya sambil membaca buku di hadapannya.

"Maafkan aku, apa kau begini karena aku terlalu lama bicara dengan Jaehyun?" sesal Soyoon. Soyoon tahu gelagat Joochan jika sedang marah, dia tak mau menatap mata lawan bicaranya.

"Memangnya apa yang kalian bicarakan?"

Soyoon terdiam. Dia ragu apakah harus memberitahu Joochan atau tidak. Soyoon berpikir sejenak.

"Bukan apa-apa, ayo kita ke kantin!" ajak Soyoon sambil menarik tangan Joochan.

"Kau sendiri saja,"

"Tidak mau!"

"Aku tidak lapar,"

"Kalau begitu aku juga tak mau makan,"

"Yaak, mana bisa begitu, kau harus makan, kau kan sering sakit perut,"

"Tidak, kalau kau juga tak makan,"

"Haish, yasudah. Kita makan!"

.

.

.

Suatu hari jika aku menyatakan perasaanku, apakah semuanya akan baik-baik saja? Akankah semua sesuai dengan harapanku? Sebenarnya aku tak tahan lebih lama memendam perasaan ini, sungguh sangat menyiksaku. Bisakah orang sepertiku mendapatkan cinta yang kuinginkan?

Yoon Soyoon aku menyukaimu. Jangan pergi dan berpaling dariku. Tetaplah di sisiku. Kumohon.


Teens of Love [Golden Child Fanfiction]Where stories live. Discover now