[9] Pain

131 16 15
                                    


Langkah kaki Soyoon terdengar ke penjuru koridor kelas satu. Dia datang lebih pagi karena mendapat giliran piket. Soyoon sedikit berlari menuju kelas sambil kedua tangannya memegang tali tas gendongnya. Wajahnya cerah, karena hari ini dia mendapatkan uang jajan tambahan dari ibunya. Soyoon memasuki kelas namun belum ada seorangpun yang datang. Soyoon lekas menyimpan tasnya di meja lalu bersiap untuk piket.

Soyoon terpaku melihat tulisan di papan tulis yang cukup besar. Tulisan itu tak asing bagi Soyoon. Tulisan yang sama dengan si pengirim surat tempo hari.

'Aku kehilanganmu, Soyoon-ah,'

By 'J'

Soyoon yakin orang yang menulis itu adalah anak yang sekelas dengannya namun Soyoon tak bisa menebak siapa orangnya. Terlalu banyak spekulasi yang ada di pikiran Soyoon.

"Aku bisa gila! Siapa sebenarnya dia? Kenapa dia tak terus terang saja padaku, kenapa harus membuatnya jadi misterius seperti ini sih," Soyoon bergegas menghapus tulisan tersebut, takut jika ada orang lain yang melihatnya dan jadi salah paham.

"Kau pagi sekali," seru Joochan saat memasuki kelas. Dia menaruh tasnya dan mulai membereskan meja yang berantakan.

"Oh, aku baru sampai," balas Soyoon setelah hampir menyelesaikan menghapus tulisan tersebut. Soyoon agak gugup, takut Joochan melihat tulisan yang dia hapus barusan. Tapi sepertinya Joochan tidak melihatnya.

Soyoon merasa ada yang aneh dari sikap Joochan. Sejak kemarin di perpustakaan, sikap Joochan jadi aneh dan sedikit bicara. Itu membuat Soyoon tak tenang. Soyoon tak bisa didiamkan oleh orang apalagi dia Joochan, lelaki yang dia sukai.

"Joochan-ah, pulang sekolah nanti kau ada waktu tidak? Aku ingin me-,"

"Mian, aku harus cepat pulang, ikan hiasku tak ada yang memberi makan," potong Joochan sebelum Soyoon menyelesaikan kalimatnya.

"Oh, geurae," Soyoon kecewa, padahal Soyoon ingin mengajak Joochan menonton sore ini. Lagipula sejak kapan dia pelihara ikan hias? Entah kenapa mulai detik ini aku benci ikan hias. Soyoon mencebikkan bibirnya di belakang Joochan.

Sementara itu, tanpa diketahui oleh Soyoon, Joochan menghela napas panjang. Ekspresinya terlihat seperti sedang menahan sakit hati sambil tangannya memegangi dada kirinya yang terasa nyeri.

"Aku tak bisa menjauh darimu, tapi tak ada yang bisa kulakukan," batin Joochan.

Tak berapa lama, anak-anak yang piket mulai berdatangan, mengusir suasana canggung antara Soyoon dan Joochan.


***


"Soyoon-ah, ayo kita ke kantin!" ajak Jaehyun saat jam istirahat tiba. Dia berdiri di depan meja Soyoon sambil tersenyum manis.

"Aku akan pergi dengan Arin, kau duluan saja Jaehyun-ah," balas Soyoon. Sebenarnya Soyoon merasa tak enak karena belum memberikan jawaban atas perasaan Jaehyun.

"Kalau begitu aku akan menunggu," kukuh Jaehyun.

"Joochan-ah, ayo ke kantin!" Soyoon mengajak Joochan untuk pergi bersama.

"Aku akan pergi dengan Jibeom, kau duluan saja dengan Jaehyun," balas Joochan.

Jelas sekali Joochan berusaha menghindar dari Soyoon. Mungkin orang lain tak akan tahu, tapi Soyoon jelas merasakannya.

Akhirnya Soyoon makan bersama dengan Arin dan Jaehyun. Tanpa mereka sadari, ada tiga hati yang terluka di sini. Joochan, Soyoon, dan Arin. Ya, sejak Jaehyun mengantar Arin dengan motornya, Arin mulai suka pada Jaehyun. Tapi kenyataan tak seperti yang dibayangakan, Jaehyun menyukai teman sebangkunya-Soyoon.

Teens of Love [Golden Child Fanfiction]Where stories live. Discover now