[17] Let Me Hold You Back

126 16 11
                                    

Let Me Hold You Back

Derap langkah kaki menggema ke seisi koridor. Soyoon masih berlari tanpa henti menuju ruang kepala sekolah. Di telinganya masih teringiang ucapan Arin dan Jibeom.

'Soyoon-ah, kau sudah dengar belum? Katanya Joochan akan pindah sekolah'

Pikiran Soyoon kacau. Perasaanya bercampur, ada sedih, marah, kecewa, dan terluka. Soyoon tak bisa tahu perasaan mana yang lebih mendominasi. Ia hanya tak habis pikir, kenapa Joochan tak bicara apapun padanya mengenai pindah sekolah.

Bukankah aku ini pacarmu? Kenapa kau tak menganggapku, Chan?

Soyoon terus bertanya-tanya dalam hati, walaupun tak menemukan jawaban. Soyoon belum bisa menangis sekarang. Ia terlalu penasaran dengan jawaban Joochan saat ia bertanya nanti.

BRUGH

Soyoon terjatuh saat menabrak seseorang, namun ia segera bangkit tanpa menoleh ke belakang. Soyoon melanjutkan larinya hingga sampai di depan ruangan kepala sekolah. Bersamaan dengan itu, Joochan keluar dari ruangan kepala sekolah seorang diri. Wajahnya terlihat murung, itu pasti.

Soyoon menghampiri Joochan perlahan. Ia sudah menyiapkan berbagai pertanyaan yang ingin disampaikan pada pemuda bermata sayu itu.

"Joochan-ah," panggil Soyoon.

"Soyoon-ah, kenapa kau di sini?"

Soyoon menatap mata Joochan, "Karena kau ada di sini, jadi aku juga di sini."

"Ayo kita masuk ke kelas, sebentar lagi pelajaran Pak Gyu," ajak Joochan. Ia berjalan melewati Soyoon di hadapannya.

"Katakan padaku, katakan apa kau benar akan pindah sekolah?" tanya Soyoon yang berhasil menghentikan langkah Joochan.

Joochan berbalik menatap Soyoon, menatap dalam mata seorang gadis yang ia sukai. "Dari mana kau tahu? Tadinya aku akan memberitahumu, hanya saja belum mempunyai waktu yang tepat."

"Maksudmu mau memberitahuku setelah semua orang tahu, kau akan menjadikanku orang terakhir yang mengetahuinya, begitu?" 

"Bukan begitu, maafkan aku, Yoon."

Soyoon tak habis pikir kenapa Joochan tak memberitahunya lebih awal. Seharusnya Soyoon tak mendengar kabar itu dari orang lain, itu malah terasa lebih menyakitkan.

Flashback

"Joochan-ah, setelah ujian nanti persiapkan dirimu, kau harus pindah sekolah."

Suasana makan malam itu menjadi hening setelah ayah Joochan mengatakan hal itu. Kalimat itu memang bukan pertama kali Joochan dengar. Sebelumnya Joochan juga pernah pindah sekolah saat duduk di bangku kelas IX Woollim Middle School. Saat itu Joochan hanya menurut pada orang tuanya, tapi tidak untuk sekarang. Joochan tidak ingin pindah sekolah, ia terlalu menyukai Golden High School. Joochan menyukai teman-temannya dan juga ada seseorang yang ia sukai, Joochan tak ingin pergi untuk kedua kalinya.

"Appa, kenapa harus pindah?" tanya Joochan, ia berusaha menahan diri.

"Appa dipromosikan ke cabang Busan. Jadi kalian harus ikut Appa, tak mungkin Appa bolak-balik Seoul-Busan setiap hari, kan?"

Joochan menunduk, genggaman tangannya pada sumpit semakin erat. Joochan tengah menahan diri untuk tidak membangkang.

"Tidak bisakah kita di Seoul saja? aku sudah nyaman di sekolah, jebalyeo," mohon Joochan.

"Channie, ayahmu akan dipromosikan di cabang Busan, itu kesempatan yang bagus untuk karir ayahmu. Ini demi masa depanmu, sayang," kata ibunya Joochan menjelaskan.

Teens of Love [Golden Child Fanfiction]Where stories live. Discover now