Let's Start The Game!

9.3K 630 33
                                    

"Hm, Semoga saja." Jawab Harry singkat.
.
.
.
.
.
.
Di suatu tempat.....

Terlihat seorang pria tengah tidak sadarkan diri dengan kondisi terikat dengan kuku dan gigi yang sudah habis tercabut dari tempat seharusnya.

"Engg.." terdengar suara dari bibir penuh darah pria itu.

Matanya mengerjap melihat sekitar, seketika pria itu panik dengan keadaan tubuhnya sekarang. Tanpa mempedulikan rasa sakit disekujur tubuhnya pria itu mencoba melepaskan diri dari ikatan yang mengikat kencang tubuhnya.

"Lihatlah Mr J dia sudah sadar!"

Dia tersentak mendengar suara seseorang yang sepertinya telah menyiksanya beberapa waktu yang lalu. tubuhnya menegang saat pengelihatannya menangkap dua sosok pria tampan sekaligus berbahaya sedang bersandar di tembok ruangan itu.

"Jangan memanggilku seperti itu, dasar psyco!" Kesal Mr J karena pria yang sudah dianggapnya adik itu memanggilnya dengan nama samarannya sebagai ketua mafia.

"Hehe.. baik-baik kak." Kata pria yang dipanggil psyco itu sambil menggaruk belakang kepala yang tak gatal.

Kedua pria itu berjalan mendekat dengan tatapan datar kearah pria yang diikat itu membuat pria terikat itu semakin panik.

"Diamlah." Suara datar yang terkesan dingin dari Mr J membuat pria yang terikat kencang dikursi itu membatu.

"Jadi siapa yang menyuruhmu untuk membunuhku?" Lanjut Mr J pada pria terikat yang ternyata seorang pembunuh bayaran.

"Cih! sekalipun kau membunuhku, aku tidak akan mengatakan siapa yang menyuruhku!" pembunuh bayaran itu dengan angkuh.

"Hmm baiklah kalau itu yang kau mau." Kata Mr J datar sambil menodongkan Smith & Wessom 500 Magnum miliknya kearah pembunuh bayaran itu.

Belum sempat pria yang dipanggil Mr J itu mengeluarkan isi kepala si pembunuh, Suara si psyco yang sudah dianggap adiknya itu menghentikannya.

"tunggu kak!" Mr J menoleh kearahnya.

"Ck! Ada apa ?! kau menggangguku! RICK" Kesal Mr J itu pada psyco yang ternyata adalah Rick(lihat di chapter my rival.)

"Mm... tidak aku hanya ingin kau memberikan orang ini padaku yah...sebagai mainan." Kata Rick sambil menunjuk wajah si pembunuh.

"Ck! Baiklah lakukan sesukamu!" Kata Mr J kemudian meninggalkan ruangan tersebut.

Setelah kepergian Mr J, Rick dan si pembunuh itu bertatapan.

"Sekarang bagaimana jika kita bermain!" kata Rick riang seperti seorang anak kecil tapi terdengar seperti alunan melodi kematian bagi si pembunuh.

"hmm... tuan pembunuh apa yang akan kita mainkan ya?" Suara polos Rick membuat si pembunuh itu semakin berkeringat dingin.

"Nah! bagaimana jika kita menggunakan ini!" Suara Rick semangat sambil memainkan pisau tajam ditangannya.

"Brengsek! Apa yang akan kau lakukan?!" Maki si pembunuh dengan ketakutan.

"Ah~ah sepertinya tuan pembunuh kita ini takut benda tajam ya?" Ucap Rick sambil menggoyang-goyangkan pisau ditangannya.

"Jangan main-main denganku!" geram si pembunuh pada Rick yang sedari tadi memainkan pisau di tangannya.

"Wah~ jika tuan pembunuh takut pada benda tajam kalau begitu kita tidak akan bermain dengan ini." Belum sempat si pembunuh itu bersyukur atas ucapan Rick.

"kita akan bermain dengan ini saja!" Mata si pembunuh itu melotot melihat Rick yang memainkan pisau buah yang tumpul ditangannya.

"Ayo kita mulai permainannya!" Ucap Rick sambil mengarahkan pisaunya ke wajah si pembunuh.

Dan yang terdengar di ruangan itu hanya jeritan rasa sakit si pembunuh.

Di ruangan Mr J.....

Seorang pria tampan berumur sekitar 32 tahun tengah duduk menghadap jendela sedang memandang indahnya pemandangan malam kota London.

Kriet...

Pintu terbuka menampilkan sosok Rick dengan tubuh berlumuran noda darah.

"Hey bro! Sedang memikirkan apa?" Tanya Rick bingung membangunkan Mr J dari lamunannya.

"Rick? Kau sudah selesai?" Ucap Mr J bingung akan kedatangan Rick.

"Yah... kau tahu dia lebih cepat mati daripada apa yang aku pikirkan." Jelas Rick menjawab kebingungan Mr J.

"Lalu dimana kau membuang tubuhnya?" Tanya Mr J takut jika mereka ketahuan polisi.

"Tenang saja bro aku membuang semuanya ditempat yang terpisah, jadi kau tidak perlu khawatir." Ucap Rick menjelaskan.

Hening...

"Bro apa kau tahu jika Ella sudah bertemu mantan suaminya?" Tanya Rick yang hanya dibalas gumaman tidak peduli Mr J.

"Ya aku tahu kau percaya pada Ella, aku juga percaya padanya tapi aku tidak terlalu percaya pada........
eum... iblis kembar itu." Ucap Rick menjelaskan.

Seperti baru menyadari sesuatu Mr J bangkit dari duduknya kemudian dengan jelas berkata.

"Rick kita harus ke LA!" Ucap Rick langsung pergi keluar.

'Yah... dia tidak akan pernah percaya pada si kembar. Ck! Ck!' batin Rick, kemudian pergi menyusul Mr J.

Di sisi lain....

Ben dan Harry sedang bermain ps sampai.

'Hachuu...'

"Ada apa Har?" Tanya Ben melihat Harry yang tiba-tiba bersin.

"Entahlah Ben, sepertinya ada yang membicarakan kita?" Jawab Harry melanjutkan permainannya.

"Entah mengapa firasatku buruk." Kata Ben tiba-tiba membuat Harry berhenti bermain.

"Ben aku merasa paman Je-"
"Diamlah! aku tahu apa yang kau pikirkan." Ucap Ben memotong perkataan Harry.

'Dasar Ben bodoh! selalu saja memotong ucapanku, ck!' Batin Harry kesal.

"Sepertinya paman kesayangan kita akan berkunjung." Ucap Ben sambil menyeringai yang hanya dibalas gumaman singkat Harry.

Tbc.....
Voment ya....
Bye-bye.....

Love Is Not Just A Game!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang