Ex-Boyfriend

6.7K 324 19
                                    

Kemudian pria tampan dihadapan Ben membalikan tubuhnya untuk meminta maaf pada ibu sang anak. Kedua orang dewasa berbeda gender itu nampak kaget setelah melihat satu sama lain.

"Ella!" Kaget si pria.

"Kau!" Kaget Ella sambil menunjuk pria tersebut.
.
.
.
.
.
Mereka saling bertatapan cukup lama sampai suara Harry menyadarkan mereka dari pikiran mereka.

"MOM! kenapa kau hanya menatap pria ini?! Dia hampir mencelakai Ben!" Teriak Harry kesal karena di acuhkan.

"Oh! Ben are you okay?" Tanya Ella khawatir melihat lutut Ben.

"Hm.. Ella apa mereka anak-anakmu? Sungguh aku minta maaf karena hampir menabraknya." Ucap pria yang hampir menabrak Ben dengan rasa bersalah.

"Hmph! Jika aku tanpa sengaja membunuh saudaramu apa kau akan memaafkanku?!" Ucap Harry sinis yang mendapat pelototan tajam dari Ella dan Ben.

"Harry! Cukup!" Ucap Ella tegas tidak ingin dibantah.

"Tapi Mo-"
"Tenanglah Harry, ini hanya luka kecil kau tidak perlu terlalu berlebihan." Potong Ben menenangkan Harry.

"Nak kumohon maafkan aku, aku tidak melihat kalian tadi! Kumohon maafkan aku." Ucap pria tersebut menyesal.

"Tidak apa tuan aku yang tidak berhati-hati tadi, dan maaf karena saudaraku terlalu berlebihan." Jawab Ben pada pria itu, kemudian menoleh memandang Ella yang masih menatap pria yang tadi menabraknya.
"Mom! Ayo kita pulang!" Ajak Ben agar Harry tidak membuat masalah baru lagi.

"Eh! Hm! Ayo kita pulang!" Ajak Ella yang diangguki kedua anaknya. Sebelum Ella berbalik tangannya sudah dicekal pria tadi.
"Hm.. Ella aku-"
"Kita bicarakan ini lain waktu... ini kartu namaku kau bisa menghubungiku nanti, aku harus segera pulang mengobati luka Ben." Ucap Ella kemudian meninggalkan pria itu sendiri dengan menatap mobil yang menjauh dengan tatapan rumitnya.

Sesampainya di rumah...

Ella segera mengobati lutut Ben yang terluka, sedangkan Harry sendiri duduk disamping Ben dengan sebal karena tidak bisa membalas pria yang hampir menabrak Ben tadi.

"Lihat saja jika aku bertemu dengan orang itu aku akan mematahkan kakinya!" Gerutu Harry dengan wajah yang menyeramkan.

"Sudahlah Har ini hanya luka kecil dan orang itu juga sudah minta maaf." Ucap Ben mencoba menenangkan Harry.

"Bukan hanya itu! Apa kau lihat cara orang itu menatap Mom kita?! Dia seperti kekasih yang sudah berpisah bertahun-tahun! Hmph!" Ucap Harry tanpa menyadari tubuh Ella yang menegang mendengar pernyataan darinya.

"Hm.. Mom apa kau mengenal orang tadi? Apa kalian hm.. teman lama mungkin?" Tanya Ben pada Ella yang mulai gugup.

"Ah-eh! Mungkin saja ka-kami teman lama! Hahahaha kebetulan sekali bisa bertemu di jalan haha!" Jawab Ella gugup membuat Ben mengangkat alis curiga.

"Apa kalian benar-benar hanya teman lama, yang aku lihat Mom seperti punya hubungan khusus dengannya." Selidik Ben curiga melihat kegugupan Ella.

"Ahahaha.. apa seperti itu, ah! Mom lupa besok Mom ada meeting penting besok, kalian juga sebaiknya istirahat karena besok kalian sekolah." Jawab Ella langsung menuju kamarnya meninggalkan Harry dan Ben yang menatapnya menyelidik.

"Hey Ben! Menurutmu apa hibungan Mom dengan orang tadi?" Tanya Harry pada Ben yang juga penasaran.

"Aku juga tidak tahu Har. Tapi aku yakin mereka libih dari srkedar teman." Jawab Ben yang diangguki Harry.

"Haah..  untung Mom tidak bertanya kenapa kita berada disana ya?" Ucap Harry yang hamya dibalas gumaman singkat dari Ben.

Sementara si kembar sibuk menebak identitas orang yang hampir menabrak, Ella sedang gelisah setelah pertemuan mendadaknya dengan orang itu.

"Haah... bagaimana bisa dari sekian ribu orang di dunia ini sikembar malah bertemu dengannya? Bagaimana jika dia berkata yang aneh-aneh pada mereka?" Ungkapnya bingung dengan situasi saat ini, dengan hadirnya Jack, kedatangan Jean, dan sekarang orang itu juga ada di sini. Semakin banyak orang dari masa lalunya yang hadir kembali ke kehidupan damai keluarganya.

Lamunannya hancur setelah mendengar dering ponsel dari saku celananya dengan nama penelpon "Daren Bodoh" di layar ponselnya.

Dia menerima telepon dari Daren.
"Hay! Daren ada apa kau menghubungiku, apa ada masalah di sana?" Tanya Ella pada sang penelepon.

"Ah! Tidak-tidak! Aku hanya ingin memberitahumu sesuatu, aku mendapat kabar kalau Theo mantan kekasihmu itu sudah kembali ke LA, jika kau ingin bertemu dengannya aku bisa memberimu kontaknya?" Ucap Daren dari seberang.

"Haah.. tidak perlu, aku tidak sengaja bertemu dengannya tadi dan sudah memberinya kartu namaku." Ucap Ella malas sambil memijat pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut.

"Oh! Wow! Bukankah pertemuan kalian seperti terikat pada takdir, mungkin kalian berjodoh. El si kembar sudah besar saebaiknya kai memikirkan tentang pernika-"
'Tuuut'

Ella memutuskan telpon secara sepihak dan mematikan ponselnya kemudian berjalan menuju ranjang.

Dilain tempat...

Disebuah kasur berukuran king size sorang pria sedang berbaring sambil memandangi ponsel ditangannya.

"Haah.. apa aku harus menghubunginya ya?" pria itu sedang merasa dilema sambil menerawang pertemuannya dengan sang mantan kekasih yang masih sangat di cintainya.

"Dia semakin cantik sejak terakhir kami bertemu." Tanpa sadar senyum tulus terukir dibibirnya memikirkan pertemuan mendadaknya tadi, sedetik kemudian wajahnya menjadi sendu mengingat alasan perpisahan mereka.
"Ella, aku sangat merindukanmu." Ucapnya lirih sambil menutup matanya dan terlelap.

Tbc....
Voment ya....

Love Is Not Just A Game!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang