"Dor!"
Aku terperanjat, mengerejap beberapa kali lalu tersenyum miring menatap tajam ke arah topeng dengan wajah menyebalkan.
Kikikan tawa terdengar begitu bahagia. Dia berbalik pergi begitu saja tanpa membuka topeng itu atau bertanya mengenai keberadaanku di sini.
Namun, bukan masalah besar, ini lebih baik bagiku. Setidaknya aku tak harus menjawab semua pertanyaan yang mungkin saja tidak bisa aku jawab. Terlebih orang itu memakai topeng.
Kutarik napas singkat lalu mengembuskannya kembali. "Huh."
Kubuka pintu besar itu dan berjalan lurus ke depan melewati meja panjang dengan kursi yang berjejer rapi di sampingnya. Tak ada seorangpun di ruang diskusi Action World's, jadi aku leluasa melihat dan mengingat semua penghuni rumah.
Langkahku terhenti ketika sampai di depan layar besar yang menunjukan daftar nama serta foto dari seluruh penghuni rumah Action World's.
Kuperhatikan satu persatu nama-nama tersebut dengan rupa yang beragam.
Hanya saja, kebenaran dari nama dan potret yang ada meragukan. Aku kesulitan dalah hal mengingat wajah disertai nama, lagipula kebanyakan mereka menggunakan foto palsu, atau potret orang lain.Mataku tertuju pada satu nama yang tampak baru muncul di bagian akhir. Itu tandanya dia adalah anggota baru atau lebih sering kami menyebutnya new mem.
"Adeeva Zahra, nama yang indah," gumamku seraya tersenyum singkat.
"New mem?" tanya Asni yang entah sejak kapan dia berada di sampingku.
Gadis kecil, putih, dengan rona manis di pipi dan matanya yang bulat serta tatapan tajam berbinar menatapku penuh tanda tanya.
"Emm, kurasa iya," jawabku singkat saja dan berbalik pergi meninggalkannya dengan tatapan aneh. Sungguh, aku merasa takut dengan tatapannya. Kudengar dia mampu menghipnotis seseorang dan membaca pikiran orang yang ia tatap. Dan aku, ya aku, aku tak mau itu terjadi.
Aku menarik satu kursi, mendudukinya sembari menatap layar besar. Detik waktu berlalu dan suara obrolan serta tawa kecil terdengar jelas di telingaku. Beberapa penghuni Action World's tiba-tiba memasuki ruangan diskusi lalu mengambil tempat duduk masing-masing.
Di depanku duduk seorang gadis manis dengan gaya rambut dan pakaian seperti anime atau tokoh dalam film Jepang. Aku lebih sering menyebutnya gaya Jejepangan. Yang kutahu dia bernama Agita, dia cukup akrab dengan teman-teman lainnya. Sedikit agak canggung dan takut saat aku ingin bertanya, tapi aku tetap melakukannya.
"Hi, bolehkah aku bertanya?"
"Tentu saja boleh," jawab seorang gadis berambut panjang dengan suara lembut dan ramah yang duduk di sampingku.
Aku mengerenyit seraya menoleh kepadanya. Aku bertanya kepada Agita, akan tetapi yang menjawab pertanyaaanku adalah Hyo. Tapi tak apa, aku tetap menyunggingkan seulas senyum.
"Kamu tau siapa saja pengurus di sini?"
"Kak Leon, kak Tiwi, Lintang, dan ..." Hyo terdiam sejenak, keningnya berkerut terlihat tengah berpikir. "Entahlah, aku lupa."
"Kak Al, dan Carroll." Agita menambahkan.
"Oh, tapi aku belum tau semua rupa mereka. Selain kak Tiwi dan beberapa orang lainya," ujarku seraya memutar tubuh menghadap layar besar itu.
"Tenang saja, sebentar lagi kamu akan tahu. Bahkan tahu tentang semua orang di sini dan pemateri yang akan hadir di tengah-tengah kita."
"Pengisi materi?" tanyaku, bingung.

KAMU SEDANG MEMBACA
29 Days With You
Teen Fiction"Percayalah, dia itu nyata dan hidup walau kehidupan tak bersamanya." *** Reva tidak pernah menjadi pengurus organisasi, atau menjadi orang penting di dalam lingkungannya, ia hanya penulis awam yang ingin belajar, menimba ilmu di Action World, menja...