[8] Kecewa

10 2 0
                                    

"Misi pertama itu membuat Aerys penasaran dengan kisah ini."

Aerys mengembuskan napasnya kasar. "huh, Aerys pikir ada yang terlewat saat membacanya."

Ada perasaan lega di dada. Rasanya tumbuh beberapa bunga pula di hati ini, sangat menenangkan bila semua janjiku telah aku tetapati, akan tetapi cerita ini masih panjang. Namun, kupikir tidak akan terlalu berat seperti sebelumnya. Ceritaku lebih mengalir dan tidak terlalu sakit ketika semua bayang-bayang gadis menyebalkan itu terlihat di mata Aerys.

"Bagaimana, Aerys? Apa aku boleh melanjutkan ceritanya?"

"Ya, tentu saja. Ayok kak, Aerys siap."

***

"kecewa itu fakta bahwa kita telah berharap dan percaya akan suatu hal yang belum tentu kebenarannya."

Kedua pipiku mengembang, sesekali keningku berkerut, pikirku melayang, terkagum. Membaca sembari mengamati dan menikmati itu cukup menyenangkan. Terlebih ketika aku membaca cerita yang menarik dengan genre yang aku suka, serasa menjadi salah satu tokoh di dalamnya.

Sudah cukup puas membaca beberapa cerita dari penulis-penulis yang tak lain anggota Action World, aku pun menjalankan rencanaku untuk mulai mengorek informasi mengenai Adeva. Namun, apa yang aku dapat lebih dari yang aku ingin tahu.

Deretan komentar pedas netizen mengalir deras untuk Adeva di salah satu akun dengan tulisan khusus dewasa.

Aku membaca tulisan yang kurang lebih hanya 300kata tapi membuat tak percaya jika dia yang menulisnya. Bagaimana tidak? Sebelumnya aku membaca beberapa karyanya nggak cuma puisi, tapi novel miliknya. Cara penulisannya, bahasanya itu tanpak berbeda.

Kecewa campur kagum, bagaimana menjelaskannya ya? Kecewa, karena tak kusangka gadis muda sepertinya bisa menulis adegan demi adegan dan percakapan secara inplisit. Kagum dengan caranya menulis, tidak hanya rapi, sesuai dengan Eyd, rasanya pun ada di dalamnya. Tapi, yang membuatku amat sangat kecewa dan menyiratkan tanda tanya adalah, dia masih muda, kenapa berani menulis cerita seperti itu?

Sudut bibir kiriku terangkat, senyum singkat dengan tatap sarkas memancar. Aku tidak bisa menyembunyikan raut wajahku. Untung saja tak ada yang melihatnya selain diriku dari pantulan jendela kaca.

Kedua jempolku menari di layar ponsel. "Waw, tulisannya bagus dek, nggak nyangka kamu nulis cesum juga."

Tak butuh waktu lama tuk menunggu. Adeva membalas komentar yang aku berikan. "Maaf kakak."

Aku ingin membalasnya kembali tetapi urung, kulihat semakin banyak yang berkomentar. Seketika teringat kejadian beberapa bulan lalu yang pernah melibatkan diriku di sana.

Saat itu ada seorang penulis muda di buly oleh banyak penulis lain dan pembaca dari cerita lainnya karena tulisannya yang terlalu jujur juga sedikit prontal. Tidak hanya penulis biasa, bahkan ada para seleb yang dengan angkuhnya ikut serta berkomentar tidak baik kepada remaja tersebut, padahal dia telah meminta maaf berulang kali. Sungguh, itu membuatku teramat kecewa kepada mereka para seleb.

Seorang remaja melakukan kesalahan dan mau mengakui kesalahannya, meminta maaf pula. Bukankah sudah selayaknya kita yang lebih dewasa memaafkan juga memberi bimbingan kepada remaja tersebut. Tapi kenyataanya pernyataanku saat itu malah diperdebatkan. Dan apalah dayaku hanya seorang penulis awam, masih newbie di dunia literasi, hanya segelintir orang yang mengrti, kebanyakan mengerti tapi tak menghargai.

Pada akhirnya si penulis remaja di bawah umur itu menghapus work tulisannya karena satu bab salah tulis dan membuat dia merasa terpuruk.

Aku tidak ingin kejadian itu terulang kembali. Apalagi kalau Adeva mengalaminya. Segera kututup aplikasi wattpad dan beralih ke grup chat Action World, ternyata Adeva telah keluar.

Prasaanku berkecamuk. Kecewa, iya. Kagum iya, kesel iya, khawatir iya.

Setelah pekerjaanku selesai, aku bergegas pulang menuju rumah Action World, tujuanku menemui Adeva. Hanya ingin menenangkannya, memberikan penjelasan juga berharap dapat penjelasan darinya.

Apa yang terjadi? Mengapa dia bisa ikut menulis cesum? Siapa orang-orang itu, orang-orang yang ikut berkomentar juga membelanya sepertiku. ada beberapa orang sepertinya sama denganku, ingin memperingatkannya, ingin Adeva kembali seperti remaja yang dikenaln sebelumnya, meski aku tak tahu sebenarnya Adeva seperti apa. Yang pasti maksudku sama dengan mereka yang menyayanginya, hanya saja caraku berbeda.

Aku lebih suka menegurnya langsung, daripada menegur di depan umum.

***

"Aerys juga nggak suka."

"Mom lebih nggak suka." Mrs. Xander mengedipkan sebelah matanya padaku. Ia bangkit dan pergi meninggalkan aku dengan Aerys.

Seketika Aerys mengerucutkan bibirnya, nampaknya iya menyadari kesalahannya yang membuat Mrs. Xander dengan sengaja menyindirnya.

Aku bangkit berdiri dan kugeser kursi agar lebih dekat kepada Aerys. Kini aku duduk di sampingnya. Kuusap bahunya, "Ada apa? Katakan saja apa yang ingin kamu katakan."

Aerys menoleh ke arahku, memandangku dengan tatapan tak terbacanya, hanya ada sedikit guratan juga kilatan air mata yang tertahan sekejap saja. Urung dia keluarkan, entah kenapa.

"Kakak."

"Ya,"

"Kecewa menurut kakak seperti apa?"

Dahiku berkerut seketika mendengar pertanyaanya. "emm .. kecewa itu, ketika apa yang kita percaya ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya. Kecewa itu levelnya di atas marah. Ada rasa sakit seperti tertusuk pisau bergerigi yang berkarat, bagai digrogoti hewan pengerat."

"Aerys masih belum mengerti, kak."

"Intinya, jangan berharap kepada manusia jika kamu tidak ingin kecewa, jangan pula menaruh pengharapan terlalu tinggi pada suatu hal yang belum pasti. Tapi, bukan berarti tidak boleh berani tuk bermimpi juga berharap untuk masa depan yang lebih baik."

Kujelaskan apa adanya, semakin lama aku berbincang dengan Aerys, semakin banyak kemiripan dengannya. Fakta yang sama bahwa gadis ini begitu haus akan pengetahuan juga tidak sabaran. Dan fakta lainnya akan kuungkap setelah Mrs. Xander kembali.

***

[29]
~{D.W.Y}~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

29 Days With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang