4

43 9 0
                                    

"Fany!" Panggil Tania.

Fany yang sedang berjalan sendiri di koridor sekolah pun berhenti dan menoleh "ada apa Tania?".

"Umhh..aaa i..ii..tu ak-"

"Berbicaralah yang jelas Tania! Aku tidak mengerti" ucap Fany lalu menjitak kepala Tania.

"Uhh sakit tau! itu aku cuma ingin mengajakmu ke kantin. Umm apa kau mau?" ajak Tania ragu.

Yup Tania ragu karena Fany adalah manusia yang paling anti dengan kantin. Di kantin banyak para siswi-siswi Hardenzglow yang selalu menghabiskan waktu mereka untuk bergosip ria dan parahnya nama Fany akan selalu ada dalam pembicaraan tersebut.

Fany menaikan sebelah alisnya "ah aku tidak mau" jawab fany cuek.

Tania mengerucutkan bibirnya sebal "ayolah Fany! Sekali ini saja,aku mohon padamuuu.."

"Pergilah sendiri Tania! Aku tidak ingin menuju tempat terkutuk itu" jawab Fany malas.

Tania tidak menyerah,dia terus memohon sampai akhirnya Fany pun dengan terpaksa mau mengikuti Tania menuju kantin.
Setelah sampai dikantin mereka duduk di meja paling pojok karena memang hanya tempat itu yang tersisa.

"Kau ingin memesan apa Fany?" tanya Tania.

"Hmm aku ingin jus jeruk dan 2 sandwich" jawab Fany.

"Okayy,kau tunggulah dulu disini"

Selagi Tania memesan pesanan mereka,Fany menunggu sambil memperhatikan kesekitarnya. Saat dia melihat ke arah meja nomor 2 dari kiri depan,dia melihat tiga siswa yang duduk membelakanginya. Fany merasa tidak asing dengan tiga siswa yang duduk ditempat itu saat melihat postur tubuh mereka dari belakang. "Mereka siapa? Sepertinya aku pernah melihat mereka. Ah tapi entahlah tidak penting juga" acuh Fany.

Beberapa menit kemudian Tania datang dengan nampan penuh. Tentu saja itu berisi pesanan mereka berdua.

Saat mereka berdua sedang makan sambil bercerita tiba-tiba

BYURRRR

Seragam sekolah Fany basah saat ada orang yang dengan sengaja atau tidak menumpahkan minumannya ke arah Fany.

"Upss maaf! Aku tidak melihatmu tadi" ucap Charlotte dengan menyeringai.

"Apa-apaan kau?! Apa matamu buta? Atau aku kurang besar untuk bisa terlihat tepat didepan kedua matamu?!" Ucap Fany kesal.

"Oh tidak! Kau sangat terlihat jelas dikedua mataku Fany! Hanya saja kau seperti jalang yang tidak pantas untuk dilihat! Ya jadi beginilah entah kenapa saat lewat tadi tanganku yang sedang membawa minuman terjatuh kearah dirimu,hmm mungkin kau butuh siraman untuk membersihkan dirimu yang kotor!" Jawab Charlotte menusuk.

Mendengar ucapan Charlotte membuat seisi kantin tertawa mengejek ke arah Fany kecuali Tania beserta para siswa laki-laki. Sedangkan Fany hanya bisa diam mematung.

"Dan ya! Tumben sekali kau berani dan mau memasuki kantin ini? Biasanya tidak huh?!" Tanya Nelanaa sambil tersenyum miring.

"Siapapun punya hak untuk masuk kesini! Lagian juga kantin ini bukan milik leluhurmu huh! dasar nenek sihir bisa nya cuma banyak berbicara tapi otaknya kosong!" Bentak Tania yang sedari tadi sudah geram saat menyaksikan kakaknya beserta kawanannya menyindir dan membully Fany.

Charlotte menatap Tania tajam "Tania diamlah! Kenapa kau mau berteman dengannya? Apa kau tidak takut apa yang kau miliki akan direbut oleh Fany?! Apa kau mau posisimu tergeser seperti aku?" Tanya Charlotte.

Tania melihat ke arah kakaknya dan kawanannya itu "aku tidak sepertimu yang egois! Dan kalian terlalu mementingkan diri kalian sendiri! Kalian hanya haus dengan ketenaran sampai-sampai dengan teganya kalian mencampakkan Fany teman kalian sendiri!" Bentak Tania.

Layla tidak terima perkataan Tania terhadap mereka. Dengan geram Layla berjalan ke arah Fany dan langsung mendorong Fany sehingga Fany tersungkur ke lantai dan kepalanya membentur kaki meja yang ada disampingnya. Setelah itu Layla membungkuk dan menunjuk tepat dimuka Fany "apa?!! Dia teman kami kau bilang? Gadis seperti ini teman kami?! Hahah! Aku tidak sudi mempunyai teman seperti dia! Dengar itu Tania. Dan oh ya! Apa kau telah memberi ilmu hitam terhadap Tania agar dia menjadi sekutumu gadiss busuk?!" tutur Layla.

"Huu...ya! Dia itu tidak pantas ditemani atau pun dianggap sebagai teman!" Ucap salah satu siswi.

"Ya benar kata Layla"

"Kami setuju!"

"Huu!"

"Dasar gadis sombong!"

"Enyah sajalah kau dari sekolah ini!"

"Kami tidak suka melihatmu"

"Ya benar"

"Benar itu! Apakah dia telah bersekutu dengan seorang penyihir?!"

"Tania saja sudah sampai dipengaruhi olehnya!"

Sedangkan Fany? Fany hanya bisa terdiam kaku memendam sakit hati yang ditahannya dan juga sakit di sekujur tubuh beserta kepalanya yang memar saat didorong Layla tadi.

BRAKKK

Sorak-sorai dari seluruh penghuni kantin yang mengusir dan bahkan menghina Fany tiba-tiba terhenti saat mendengar seseorang memukul meja dengan kuat.

"Apa kalian tidak bisa diam?!" bentak seorang siswa laki-laki yang tidak Fany tau siapa namanya.

Hening. Tidak ada satupun yang berani menjawab bentakan dari laki-laki tersebut.

"Kenapa kalian tidak membiarkan saja gadis itu dengan tenang disitu daripada kalian membuat keributan tidak jelas seperti ini he?!!" Ucap laki-laki itu lagi.

Masih tetap hening.

"Arhh dasar kalian para wanita yang merepotkan! Aku rasa kalian yang pantas enyah dari sekolah ini daripada gadis itu!!" Kesal laki-laki itu.

Salah satu teman laki-laki itu yang berada dibelakang menepuk bahu laki-laki tersebut "sudahlah Marco!" Ucap lelaki itu.

"Arhh apakah mulut para wanita disini hanya bisa berdesis seperti ular licik Max? Tanya laki-laki itu yang ternyata bernama Marco kepada temannya yang bernama Max.

Fany yang mendengar hal itu sedari tadi tanpa tau wajah laki-laki yang telah berani membuat suasana disekitar hening pun secara perlahan mulai berusaha untuk berdiri walaupun sekujur tubuhnya masih sakit,setelah itu Fany langsung berlari melewati para siswa siswi disitu tapi saat hampir keluar dari kantin tangan Fany tertarik kebelakang dan langsung berhadapan dengan wajah Marco.

"Kau! kau ada masalah apa dengan mereka sehingga mereka membuat keributan tidak jelas saat kau berada di kantin ini?" Tanya Marco.

Seisi kantin terkejut mendengar pertanyaan Marco. Pasalnya Marco merupakan siswa yang jarang berbicara dengan wanita dan bahkan terkesan cuek dengan wanita apalagi peduli untuk menanyakan sesuatu. Marco beserta dua temannya Max dan Adam merupakan most wanted sekolah. Mereka terkenal dengan kenakalan,kecueekan,dan tentu saja ketampanan mereka bertiga.

Tersadar yang bertanya didepannya ini adalah Marco laki-laki yang telah membuat suasana menjadi hening ini pun Fany hanya bisa terdiam.

Marco pun mengacak rambutnya geram "hei jawab! Kenapa kau malah diam?".

"Aku tidak tau,tanya saja dengan mereka" jawab Fany datar dan segera melepaskan tangannya dari genggaman Marco untuk bergegas lari menjauhi tempat terkutuk ini.

Karena yang Fany butuhkan sekarang hanya waktu untuk sendiri. Fany merasa sangat tertekan akibat kejadian barusan. Dia menangis sejadi-jadinya,menjambak rambutnya sendiri serta memukul kepalanya sendiri dan mulai menyakiti dirinya sendiri.
Yup! Itulah Fany yang sesungguhnya. Sudah dibilang kan kalau Fany memiliki kekurangan? Ya! Jiwanya yang lemah dan mudah tertekan.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


Nextt...

I Want To (KILL) YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang