Chapter 3: bab 14 (Arthur Pendragon!)

72 4 0
                                    

*traak!

Pedang yang kuayunkan seakan hanya menimpasi sebuah angin, tarian pedang tidak berhenti pada titik tertentu, sebaliknya. Kekuatan dan ketajaman dalam gerakkanku menurun drastis.

"Haa-!"

Sekali lagi gadis itu menghindar dengan anggunnya.

"Cth!" tanganku mengankat pedang lalu menyorongnya seakan sedang memakai tombak.

Gadis bermata hijau permata itu segera menangkisnya, dengan mudah. Tapi itu adalah kesalahan, tanganku segera memutar kekiri lalu kekanan.

*Trak!
*Buark!

Sudut ujung pedang kayu jelas menusuknya. Tapi itu hanya ilusiku.
Dia berputar lalu menyerangku secara frontal.

Dengan segera aku menangkisnya, lalu mengarahkan pedang dengan cepat menuju arah kanan keatas lalu kebawah melalui kiri.

Angin berhembus kencang, pedangku seakan ingin terlepas dari tanganku. Apa dia ini benar-benar seorang gadis?

Pedang yang berada di dalam gengaman kedua tanganku ini seakan takut pada gadis yang kutahu sebaya denganku itu, tapi aku tidak akan menyerah.

Dengan segera aku meluruskan kakiku untuk mengambil posisi yang santai, sedang tangan kananku mengengam pedang kayu, dan tangan kiri terbebas dari gerakkan.

"... Apa kamu menganti teknik pedangmu...?" tanya gadis tersebut yang terdengar sangat formal dan termasuk dalam tata-ksatria.

"Yah, begitulah...."

Melihatku menatap dengan serius gadis tersebut juga siap dalam posisi menyerang.

Kali ini sorakkan lebih tinggi daripada sebelumnya, hawa yang sangat menakutkan menusuk tulangku. Jelas sekali bahwa yang sedang di dukung adalah gadis yang berada di depanku!

"Aku maju-!" tegasnya sambil melesat maju.

Dalam hitungan detik, dia sudah telak berada di depanku. Siap mengayunkan pedang dan meraih kemenangan.

Tapi-! Ini bukanlah teknik yang sama lagi...

"Haaa!"

*traakk!

Tanganku bereaksi, aku mengengam pedang searah lenganku, lalu memutarnya dan membuat gadis itu mundur.
Tidak menyiakan kesempatan aku segera melesat menerjangnya.

*Trak!
*trakk!
*taakk!
*kllaakk!

Serpihan demi serpihan berterbangan layaknya percikkan besi yang beradu, debu yang mengerubungi membuat para penonton penasaran.

Tapi kecepatanku yang semakin menurun akan sedikit membuatku ketinggalan dari kesempatan menyerang dan bertahan! Aku harus fokus pada satu cara...

"Haa!" dia dengan segera menghempasku mundur dari gumpalan debu.

Jika aku tidak menguatkan kedua kakiku mungkin aku akan pingsan jika menghantam tembok retak yang berada di belakangku.

".... Hahh ..." aku benar-benar capek.

"Kamu cukup trampil, tapi tenaga adalah masalah utamamu."
Ah... Tidak kau beritahu juga aku akan tahu, tapi terimakasih, kau telah mengakui kelemahanmu sendiri.

Ya! Dia memang tidak terlihat capek, bahkan itu adalah mustahil untuk seorang gadis. Tapi dari yang kurasakan kecepatannya terus menurun. Di sisi lain kekuatannya semakin bertambah .... Dan hal tersebutlah yang membuatku semakin capek. Dia membuat suatu teknik dimana dia mengambil satu tindakkan untuk melemahkanku dengan pertahanan dan kekuatan menyerang yang meningkat.

Maka kesimpulan yang simpel adalah... Aku akan melawannya dengan kecepatan!

"Hup!!"

Kakiku dengan sangat cepat menuntunku kearah gadis tersebut, "magic art..." gumanku sambil melengkungkan jari-jemariku seperti memengang sebuah pedang. Mungkin akan terbentuk sebuah pedang yang kurang bagus dalam komposisinya, hm! Itu karena Ricky baru saja mengajarkan magic art tiga hari yang lalu! Egeo mungkin berbakat tapi aku kurang dalam hal ini.

"Haa-!!"
*traak!* *krak!* dengan sangat keras aku memukul komposisi pedang kayu miliknya. Aku sadar jika dua pedang kayu telah terbentuk di tangan kiriku dengan kecepatan yang melebihi saat latihan-latihan beberapa hari yang lalu.

Beralih dengan gerakkan zig-zag aku menembusi setiap garis serangan darinya.

Segera berputar lalu berbalik secara vertikal, tanganku dengan cepat mengayunkan pedang yang berada di tangan kananku.
*traak!
Hal tersebut tentu di tangkis olehnya, tapi aku sudah mendugannya.
Maka aku berputar, membiarkan kakiku menyentuh tanah lalu meloncat secara frontal kekiri sambil memukul perut kirinya.
*burkk!
Lalu kembali mengayunkan pedang duplikat yang berada di tangan kiriku dan kanan secara berurutan.

"Uhugh!?" gadis itu memekik lalu mengengam cepat bekas memar di balik kemeja putihnya.

"... Ah! Apa kau baik-baik saja?!"
Aku merasa bersalah karena terlalu keras pada seorang gadis.

"Jangan khawatirkan aku!"

"Ah...." dia marah?

Gadis itu segera berdiri setelah merintih pelan. Dia mengambil jarak sekitar dua meter, lalu membuat posisi menyerang.

Kali ini kedua tangannya telah mengengam pedang kayu tersebut, pandangannya lurus menatap jauh pada diriku.

"Aku, akan serius bersiaplah!"

"........" aku mengerakkan postur tubuhku kesamping, dengan pedang yang berada di tangan kanan sebagai ujung kuda-kuda dan pedang duplikat berada di kiri sebagai tumpuan kuda-kuda.

*sruuftt!* gadis itu melesat dengan sangat cepat, mataku hampir hanya melihat bayangan dari angin yang bergerak.

*brugh!*
"Gah?!" bahu kananku terpukul, seharusnya aku sudah menangkisnya! Tapi pedang kayunya seolah-olah hanya menembusinya?!

"Cth!" aku dengan segera berbutar lalu menerapkan pertahanan, dengan memukul mundur pedang miliknya.

"Kena kau-!!"

#to be continued.

Sword And Destniy [Underworld Aliaztion]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang