June, 4th
Sialan, gara-gara kemarin terlalu banyak bernyanyi, tenggorokanku jadi sakit, kataku dalam hati sambil memegang leherku.
Aku berjalan dipinggir lapangan, sekolah telah usai. Aku melihat club futsal sedang latihan, aku tersenyum.
Coba Harry masih ada, dia pasti masih menjadi ketua futsal, batinku.
"Hai, Shelly!" aku melihat ke belakang, dan mendapati Louis sedang berlari ke arahku.
"Hai, Louis," kataku sambil tersenyum.
"Mau melihat latihan kita tidak?" tanya Louis.
"Memangnya aku siapa? Sampai harus melihat latihan kalian," balasku sambil menatap ke arah lapangan.
"Kau itu kan asisten club futsal," jawabnya.
"Mantan Louis, itupun sudah dua tahun yang lalu," kataku.
"Ah, sudah dua tahun ya. Sudah dua tahun Harry tiada, sudah dua tahun kau berhenti menjadi asisten futsal, sudah dua tahun aku mengganti Harry menjadi ketua futsal," ujarnya.
"Ya, banyak perubahan ya. Selama dua tahun," kataku.
"Seshyline, dengar aku. Sudah dua tahun, semenjak kejadian itu. Dan, apa kau yakin masih ingin terus seperti ini? Berperilaku dingin dan terus mengirim email kepadanya? Padahal kau tau, dia tak akan pernah membalasnya," kata Louis.
"Itu bukan urusanmu, Louis," kataku sambil tersenyum sedih.
"Itu urusanku juga, Shelly. Aku dan Taya sudah berjanji kepada Harry agar selaly menjagamu," jelasnya.
"Makanya Louis, kau tak usah terlalu banyak janji," kataku.
Louis memutar kedua matanya, "Terserah kau, Shelly. Tapi pikirkan baik-baik, apa Harry bahagia di sana? Saat melihatmu seperti ini?" tanya Louis.
Aku hanya diam, Louispun menghela nafas, "Sudahya, Shelly. Aku ingin latihan, bye!" katanya lalu berlari meninggalkanku.
Akupun melanjutkan perjalananku kerumah dengan berjalan kaki, sambil memikirkan pertanyaan Louis tadi. Sialan kau Louis, pertanyaanmu membuatku menjadi merasa bersalah.
Karena terlalu banyak berfikir, aku menabrak orang. Sialnya, aku jatuh dan lututku berdarah.
Aku segera berdiri, "Maaf, aku tak sengaja," kataku sambil menunduk karena malu. Tampaknya ia laki-laki, karena memakai celana sekolah panjang.
"Hei, kau gadis yang mengikuti acara blind date kemarin?" tanya orang yang kutabrak.
Aku mendongakkan kepalaku, agar dapat melihat wajah orang itu.
Aku terkejut, lebih tepatnya sangat terkejut dengan wajah orang itu.
Tidak mungkin, Harry sudah meninggal. Tapi, mengapa dia ada tepat didepanku? tanyaku dalam hati.
"Kau siapa?" tanyaku masih menunjukkan wajah kagetku.
Dia terkekeh, "Sudah kuduga, kau tak ingat aku. Aku Edward, orang yang duduk disebelahmu kemarin saat blind date, dan kau juga tak mau melihat wajahku saat berbicara kepadaku. Oh ya, pantas kau tak tau, orang kemarin kau tak melihat wajahku," jelasnya.
Aku berusaha menetralkan wajahku, "Oh, yasudah aku ingin pulang, permisi." kataku lalu meninggalkan dia.
"Hei, lututmu berdarah. Lebih baik, kau kuantar pulang." katanya sambil menarik tanganku, membawaku ketempat mobilnya diparkir, lalu memaksaku masuk kedalam mobil.
*
Saat kami berada di mobil, tak ada yang berbicara sampai dia memecahkan keheningan ini, "Hei, lututmu tak apa?" tanyanya.
"Kau buta atau apa? Sudah jelas ini berdarah," ujarku kesal.
"Nanti saat sampai dirumahmu, biar aku obati," katanya sambil tersenyum.
"Tak perlu, aku bisa sendiri," kataku tajam.
"Baiklah, Ms.Sassy," katanya sambil tersenyum jahil, aku hanya memutar kedua mataku.
Ia terus menanyakan namaku, dan aku tak mau menjawabnya. Ia menyebalkan.
Saat kami sudah sampai dideoan rumahku, ia membukakan pintu mobil untukku.
"Tidak perlu," kataku tajam, ia hanya tersenyum.
Saat aku sampai di depan pintu rumahku, aku memutar badanku.
"Terimakasih, atas tumpangannya," kataku.
"Tak masalah," katanya sambil tersenyum.
Aku menatap wajahnya ragu, aku masih takut dengannya, lebih tepatnya dengan wajahnya, karena wajahnya sungguh sama persis dengan Harry.
"Uhm, Seshyline Gray," kataku akhirnya sambil menjulurkan tanganku.
Ia menjabat tanganku, "Edward, Edward Dyson," katanya sambil tersenyum.
"Terimakasih, Edward. Bye." kataku lalu masuk ke rumah.
Sialan, aku tak bisa lama-lama menatap wajahnya. Nanti, aku malah berpikir bahwa dia Harry, batinku.
*
Seahyline Gray: Astaga Harry, kau harus tau! Tadi aku bertemu dengan orang yang wajahnya sama sepertimu, namanya Edward, Edward Dyson. Dia juga mengantarkanku pulang ke rumah, dan dia menyebalkan sepertimu, sudah ya Harry, bye xx.
**
YOU ARE READING
Email // h.s {sequel of: Moon}
FanfictionKisah tentang Edward yang sedang berusaha untuk mendapatkan alamat e-mail Seshyline, di bulan Juni. Sequel of Moon. Copyright © 2014 by queenkylie.