epilogue

85 24 0
                                    

June, 30th

Aku tidak mau sedih dan menderita

untuk yang kedua kalinya.

"Tapi, dia meninggal karena ditabrak oleh mobil di musim panas dua tahun yang lalu. Ia meninggal karena hendak mengejarku yang yang sedang marah dengan nya."

"Astaga, Harry!" teriakku saat melihat Harry sudah terbaring di aspal dengan berlumuran darah.

Aku panik, apa yang harus kulakukan?

Aku berlari menghampirinya, darah yang keluar sangat banyak. Aku segera mengambil iphone ku, dan menelfon rumah sakit dan memberitahu bahwa ada yang kecalakaan.

"Omg, Harry. This is all my fault, i'm so sorry. Aku tidak bermaksud untuk membuatmu seperti ini," kataku, tangisku mulai pecah, aku tak sanggup melihat Harry dengan keadaan seperti ini.

Sungguh, aku tidak bermaksud untuk melukainya. Untuk apa aku melukai orang yang aku cintai?

"Harry, please wake up. Please, open your eyes. Omg, Harry. I really really love you. Please, just open your eyes," isakku sambil memeluk Harry.

"Aku tidak bisa menyatakan perasaanku dengan berani."

"H-Harry, d-dia ... Dia meninggal." kata ibu Harry yang masih menangis.

Shelly tak menjawab ibu Harry, ia langsung mematikan iphone nya. Ia segera mengambil tas, dan sepatunya, lalu pergi ke rumah sakit.

Setelah sampai di rumah sakit, gadis itu segera menemui kedua orang tua Harry, dan kedua orang tuanya. Ia masuk ke ruangan Harry, lalu melihat sahabat, sekaligus orang yang dicintainya sudah berbaring tak bernyawa.

Shelly tak dapat menahan tangisnya, ia menangis begitu keras. Ia tak dapat percaya, mimpi buruknya akan terjadi juga. Kehilangan sahabat sekaligus orang yang ia cintai dari dulu.

Pupus sudah harapan Shelly, ia tak melihat detik-detik terakhir saat Harry menghembuskan nafasnya. Dan, ia juga belum mengungkapkan perasaan yang ia pendam dari dulu terhadap Harry.

"H-Harry, can you wake up? Aku sudah berada disini, bisakah kau membuka matamu untukku?" kata Shelly sambil menangis.

Namun, laki-laki itu tak menjawabnya. Bibirnya terkatup rapat, wajahnya terlihat pucat. Dia tak akan menjawabnya, karena ia sudah berada di atas sana, berasama para malaikat.

"H-Harry, I-I love you ..." kata gadis itu.

"Harry, aku sedang mengungkapkan perasaanku terhadapmu. Bisakah kau bangun? Aku tidak mau menunggu," kata Shelly frustasi, sambil menangis.

"Aku mencintaimu, Harry," kata Shelly.

"Sejak saat itu, aku selalu e-mail yang tidak akan sampai padanya," isak Seshyline, "Padahal, aku tahu dia tidak mungkin menjawab."

"Kau," Seshyline menatap wajah Edward kali ini, "kau mirip sekali dengan dia. Wajahmu sangat mirip dengan nya, itu yang membuatku tidak mau menatap wajahmu disaat kita berbicara."

"Namun, suaramu beda dengan nya. Tetapi kepedulian, dan caramu menghiburku, mirip. Perasaan yang menyenangkan disaat aku bersamamu juga mirip. Sikap mu yang seenaknya, santai, suka menggoda, dan benar-benar menyebalkan, sama persis dengannya."

"Kau-"

Tiba-tiba Edward menarik tangan Seshyline dan membawanya ke sepedanya, "Naik!"

Seshyline naik, dan Edward membawa nya pergi dari teman-teman nya.

"Hey, Edward!" teriak salah satu teman nya.

*

Edward membawanya ke sebuah tempat dimana mereka bisa melihat seluruh kota ini.

"Aku sudah sering berlari, setiap aku berlari pasti aku akan kesini. Melihat kota ini dari atas, ingin sekali meninggalkan kota ini. Namun, entah mengapa diriku berkata jangan melakukan hal yang bodoh," ia terkekeh.

Ia melihat wajah Seshyline dengan wajah serius, "Shelly, aku tahu kau sudah sering berlari. Lari dari kenyataan, dimana kau tidak bisa menerima kenyataan bahwa Harry sudah tidak ada, kau terus mengirim nya e-mail yang tidak akan pernah ia terima."

Seshyline diam menahan tangisnya. Ia tidak boleh menangis lagi.

"Mungkin aku mirip dengan Harry, dan apabila nanti kau menyukai ku, mungkin kau akan melihat diriku sebagai Harry, bukan Edward."

"Edward, ak-"

"Tapi aku tidak peduli," potong Edward, "aku tetap menyukaimu. Aku akan tetap disini, dan tidak akan pernah meninggalkanmu. Karena sejak awal kita bertemu, aku sudah tertarik denganmu."

"Aku terikat dengan masa lalu ku, dan aku ingin melupakannya," ujar Seshyline.

"Maka aku akan membuatmu melupakannya. Sungguh aku rela melakukan apa saja untuk mu, karena aku benar-benar menyukaimu."

Seshyline memeluk tubuh Edward dengan erat, ia tidak menyangka akan bertemu dengan orang seperti ini. Edward mebalas pelukan nya, dan mencium kepala Seshyline, "Aku menyukaimu."

Seshyline tersenyum mendengarnya, "Aku tahu."

*

"Hey, Shelly! Aku benar-benar tidak bisa mendapat e-mail mu?" tanya Edward kesal, sambil berjalan mengantar Seshyline pulang.

"Tidak," jawab Seshyline sambil tersenyum.

"Kau menyebalkan," ucap Edward, raut wajah nya terlihat sangat kesal dengan Seshyline.

Seshyline mengambil iphone nya dan membuka e-mail nya, mencari kontak Harry, lalu menekan gambar tempat sampah.

"Kau yakin ingin menghapusnya?" tanya Edward kaget.

Seshyline menekan tulisan "Yes.", ia menoleh dan memberi iphone nya ke Edward sambil tersenyum.

"Ini e-mailku."

**

Email // h.s {sequel of: Moon}Where stories live. Discover now