Part 3

358 2 0
                                    

****

*Justin Bieber POV*

            Tumben sekali Theo datang pagi-pagi hanya untuk menemuiku dan membawakanku sarapan. Melihat wajahnya yang tampan membuatku merasa bersalah dengan kejadian tadi malam. Theo pasti akan sangat sakit hati dengan apa yang terjadi tadi malam jika aku memberitahunya. Dan aku tahu, Alex tidak mungkin memberitahu kejadian tadi malam pada penggemar terberatnya. Aku tidak ingin menyakiti hati lelaki yang sangat kucintai ketika ia mendengar bahwa idolanya pernah tidur denganku. Pertama kalinya dalam hidupku, aku menyukai perempuan. Alex adalah gadisku –gadis pertamaku. Ia tampak muda dan seksi. Tapi aku masih akan tetap memilih Theo dibanding dirinya.

            Dan tentang majalah. Sialan sekali dengan editor majalah itu. Untung saja Theo tidak marah karena kata-kata majalah itu. Dia bilang kalau aku itu baik telah menolong idolanya yang benar-benar mabuk. Dia hanya tahu bagian itu, tapi dia tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya saat aku membawa Alex ke dalam mobil.

            Sekarang, aku melihat malaikat indahku yang sedang meminum susu yang ia beli tadi. Ia duduk bersebelahan dengan Blake yang juga ikut sarapan bersama kami. Sebentar lagi pengambilan adegan akan segera dimulai. Aku dan kekasihku sedang berada di lantai bawah, tepatnya di ruang tamunya. Semua kru sudah siap di tempatnya. Tinggal Taylor, pengawalku, yang sedang dirias oleh Fransesco dan juga Mrs. Jones.

            “Ada apa Justin?” tanya Theo menyadari kalau pagi ini aku tampak begitu pendiam. Aku menatapnya dan tersenyum lalu menggelengkan kepalaku. Aku tidak ingin ia berpikir yang tidak-tidak tentangku dan Alexis. Rasanya aku ingin bertemu dengan gadis itu sekarang. Pasti dia sudah sangat cantik di atas sana.

            “Tidak ada. Apa kau ingin menungguku sampai selesai?” tanyaku. Aku tahu sebenarnya aku tidak akan pernah bisa pulang ke rumah untuk bermalam dengannya. Karena jadwal padatku setiap harinya selama delapan bulan ke depan bersama dengan Alex.

            “Tidak. Aku juga memiliki pekerjaan sayang, aku selalu merindukanmu. Tapi aku tahu sibuk. Jadi, tidak apa-apa jika kau tidak bisa pulang. Apa kau ingin aku datang nanti malam untuk menginap di atas mobilmu?” tanyanya mengerling padaku. Aku suka rasa kepercayaan dirinya. Dia tidak malu dengan apa yang ada pada dirinya sendiri. Entah, aku menyukainya. Mencintainya, lebih tepatnya.

            “Jika kau tidak sibuk, aku ingin kau datang,” ujarku memegang tangannya. Ia meremas tanganku dan memejamkan matanya lalu berdiri di depanku. Aku yang terduduk di atas sofa langsung mendongak untuk melihatnya. Kali ini ia mengambil kedua tanganku dan menggoyang-goyangkannya seperti anak kecil yang meminta es krim kepada ayahnya. Aku memberikan senyuman terbaikku padanya. Melihatnya seperti ini membuatku sedikit terpuruk, kelihatan sekali ia kesepian karena tidak ada aku di rumah. Kemudian ia menunduk dan mencium pipiku, tidak pada bibirku.

            “Aku akan merindukanmu, aku harus pergi ke kantor sekarang,” ujarnya memelukku dengan erat. Dengan cepat aku berdiri untuk memeluknya dengan nyaman. Dapat kurasakan nafasnya yang terhembus di atas bahuku dan ia semakin mengeratkan pelukannya.

            “Aku juga,” balasku beberapa detik kemudian. Lalu ia melepaskan pelukannya dan memegang tanganku kembali.

            “Jaga dirimu baik-baik. Jangan nakal dan aku mencintaimu,” ujarnya mencium bibirku kilat dan lalu menepuk pundakku dengan lembut. Ia membawa kotak makanan yang tadi ia bawa dan pergi dari hadapanku.

            “Aku juga,” balasku dengan suara yang kecil saat ia keluar dari rumah Christian Grey ini.

            “Semuanya baik-baik saja?” tanya Blake yang bangkit dari sofa dan menghampiriku. Kuanggukan kepalaku dan tersenyum lemah padanya. Aku hanya tidak ingin Theo sakit hati dengan perbuatanku semalam. Hanya itu.

Rolling The CameraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang