***
*Alexis Bledel POV*
Aku disuruh oleh Gavin untuk latihan bercinta di dalam kamar Christian Grey bersama Justin? Karena kami akan benar-benar melakukannya. Ini sangat ..aku sangat terekspos. Kupikir ada pemeran pengganti tapi .. sialan, aku tidak bisa menolak karena kontrak tertulis dengan peraturannya. Sial, sial, sial! Aku ingin menjerit sekarang.
Aku menatap ke arah kaca yang benar-benar besar sambil menatapi kota. Tubuhku sekarang benar-benar telanjang dibalik jubah mandi berwarna putih yang kupakai sambil menunggu Justin yang sebentar lagi menunggu.
“Apa kau percaya apa yang baru saja Gavin katakan?” Justin bertanya, muncul dari balik pintu kamar dan aku berbalik. Dia tersenyum. Sialan, aku pikir dia menolak. Aku tahu aku pernah melakukannya bersama Justin di dunia nyata, tapi akting? Oh, astaga. Aku bisa lupa diri.
“Aku benar-benar tidak sabar!” Justin bersemangat dan langsung melemparkan dirinya di atas tempat tidur dan menarik pinggangku sehingga aku ikut terbaring dengannya. Ia tertawa dan mencium leherku. SIAL!
****
*Still Alexis Bledel POV*
Dengan kasar Justin menarik tali jubah kamar mandiku. Dan sedetik kemudian tubuhku sudah terbuka untuknya. Ia berada di atasku, hampir menindihku –tapi tidak, ia hanya bersimpuh di depanku. Ia menyeringai padaku dengan nafas yang terengah-engah dan mulai menindihku. Ia hanya memakai boxer berwarna abu-abu dan aku bisa merasakan sesuatu yang keras di bawah sana saat ia menindih tubuhku. Tangannya berada pada di ketiakku dan mengangkatku agar aku setengah terduduk, kedua jempolnya tak sengaja menyentuh sisi dadaku yang menyembul di depan wajahnya. Ia menahan tubuhku dengan tangannya yang siku-siku berada di atas kasur untuk menahan berat badanku.
Kupejamkan mataku saat bibirnya dengan pelan menyentuh tengah dadaku lalu mengeluarkan sedikit ujung lidahnya, membuatku bergetar di bawahnya dan mendongakan kepalaku ke belakang. Aku merintih pelan dan ia tertawa pelan di sana. Kemudian lidahnya tidak sama sekali menyentuh dadaku, malah ia mulai menjilat tulang-tulang di sekitar leherku dan menciumnya lalu menghisapnya membuat jari kakiku meremas karena getaran yang ia berikan.
“Sial,” aku mengerang pelan saat lidahnya mulai menjilat leherku yang terbuka untuknya. Kembali ia menghisapnya dan aku mendesah pelan. Tanganku masih berada di kepalanya dan menarik rambutnya dengan kasar ke belakang. Dia mengerang.
“Jangan liar dulu sayang,” ia menyarankan padaku dan mulai mendudukan tubuhku dengan benar ke kepala tempat tidur. Salah satu tangannya melepaskan jubah mandiku dengan cepat dan ia melemparkannya ke sembarang tempat. Aku benar-benar telanjang di hadapannya. Ia mengerjapkan matanya berkali-kali seolah-olah ia tidak percaya kalau aku benar-benar telanjang di depannya. Aku bisa melihatnya yang menelan ludahnya dengan susah. Jakunnya naik-turun dan kemudian air liurnya sedikit keluar dari sudut bibirnya. Tergiur? Bagus. “Ini lebih baik,” ujarnya kemudian bibirnya mulai menyentuh sisi-sisi dadaku tanpa menyentuh putingnya. Dan itu membuatku gila.
“Justin!” aku menjerit, memohon padanya untuk menjilati dadaku dengan keras. Salah satu tangannya sudah meremas salah satu dadaku dan mulutnya mulai menghisap puting dadaku yang lain. Aku mengerang, keras dan mendongakan kepalaku ke belakang lagi. Aku ingin menangis, kenikmatan ini seperti tidak ada habis-habisnya. Kedua kakiku yang terbuka lebar langsung terkekuk saat tangannya mulai menggoda perutku dan mengelusnya. Dia tertawa. Kemudian jari-jari panjangnya mulai meraba-raba milikku yang sudah benar-benar basah itu.
“Selalu siap, hanya untukku. Benar sayang?” tanyanya mulai mengelus jarinya di sekitar bawah sana dan membuatku menganggukan kepalaku dan ujung lidahnya kembali memainkan ujung putting dadaku. Aku menarik rambut Justin dengan kasar lagi sehingga ia mengerang.