BAB 1 GENERAL MANAGER

176 4 10
                                    

Washington, 2017


"Bagaimana? Dewi? Apa laporan keuangan untuk investasi kita tahun ini sudah selesai kamu salin?" Pertanyaan yang akan menjadi puncak kematian bagi Dewi. Bagaimana tidak? Ia harus menyiapkan salinan untuk seluruh laporan keuangan gila itu dalam kurun waktu yang bisa dibilang relatif upnormal.

"Hmm anu Bu, laporan yang ibu perintahkan kesaya itu terlalu berat jika dikerjakan dalam waktu 2 jam karena mesin copy kita sedang mengalami kerusakan teknis Bu" Rahang Divia mengeras setelah mendengar pernyataan Dewi.

"Apa maksud kamu? Jadi laporan itu belum selesai hingga kini? Tidak usah bertindak gila, Dewi. Kita akan bertemu investor jam 2 siang ini dan kamu terlalu gila jika mengatakan laporan itu belum selesai" Tatapan tajam dan dingin Divia sukses membuat bibir Dewi yang awalnya merah merona berubah menjadi pucat pasi akibat sederet kalimat yang diucapkan Divia. Meski sudah mengenal Divia dan bekerja menjadi asistennya selama bertahun tahun, hingga kini Dewi tidak dapat memusnahkan ketakutannya menghadapi Divia yang terkenal sebagai wanita yang penuh amarah namun tegas itu.

Seketika suasana di ruangan itu hening mencekam...

"Baiklah Dewi, jika kamu berniat membuat mood saya hancur pagi ini, selamat kamu berhasil!, sekarang kamu keluar dan sampaikan kepada sekretaris pak Irwan untuk membatalkan perjanjian yang kita tetapkan bersama investor Rusia itu dan katakan padanya bahwa kita akan melakukan investasi kembali 2 hari setelahnya" Tegas Divia sambil mengutak ngatik MacBook didepannya.

"Baik Bu, sekali lagi saya mohon maaf sebesar-besarnya. Permisi"

Dengan langkah tergesa-gesa gadis 23 tahun itu berjalan menuju ruang sekretaris pribadi pak Irwan, pemilik perusahaan yang telah berdiri selama berpuluh-puluh tahun dalam 3 generasi berturut- turut itu.

***

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 10, dan Divia masih sangat sibuk berkutat dengan MacBook yang telah mengisi sebagian cerita dari kisah hidupnya.

Dara 27 tahun itu kerap kali mengabaikan ketukan pintu yang sering terdengar dari balik ruangan kaca yang mengelilingi ruangan miliknya. Biasanya ia akan membukakan pintu setelah 15 menit kemudian dengan alasan untuk menguji tingkat kesabaran staffnya. Sungguh, siapa sangka dibalik sifatnya yang dingin dan judes ia memiliki kebiasaan yang aneh dan lucu ...

Ya... Lucu ....

Terlalu lucu untuk OB/OG yang menolak untuk mengantarkan minuman keruangannya dengan berbagai macam alasan mulai dari kebelet, sudah ada job lain, dan lain lain. Karena mereka tau kebiasaan unik Divia akan membuat mereka mati karena terserang rematik.

Begitu juga dengan staff nya yang lain,mereka lebih memilih untuk menghubunginya melalui jaringan telefon dibandingkan harus menahan pegal selama 15 menit untuk menunggu General Manager mereka itu membukakan pintu.

Namun tetap saja, kebiasaan itu akan hilang jika dalam keadaan mendesak.

Kring....

"Selamat siang,bicaralah seperlunya karena saya tidak memiliki banyak waktu."

Bummm .....

Dunia terasa berhenti berputar saat Divia mendengar suara lawan bicaranya diseberang sana.

"selamat siang kembali, ibu General Manager yang terhormat. Maaf mengganggu waktunya sebentar" Kalimat itu seakan menjadi tombak yang menghantam tubuh nya.

My General ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang