BAB 2 PENCOPET KECIL

61 2 8
                                    

Akhirnya ...
Divia bisa mendesah lega setelah wanita barbar itu angkat kaki dari ruangan. Dan kini, Divia mencapai titik jenuh menghadapi MacBook itu.

***

Setelah jam makan siang berlalu, ia berniat membeli kopi di cafe sebelah, karna sepertinya wanita itu akan berpetualang malam hari ini bersama Macbook kesayangannya, jadi ia membutuhkan secangkir kafein untuk menetralkan rasa kantuk yang akan menyerangnya nanti.

Ia memilih berjalan kaki saja, sebab akan memakan waktu lama jika ia menggunakan jasa taksi online seperti biasanya.

Ditengah perjalanan menuju kedai kopi yang terletak tidak jauh dari kantor,ia melihat seorang anak laki-laki remaja yang berlari seakan ingin menghampirinya.

Dan ternyata benar...

"Miss! Tolong saya! Saya dikejar oleh segerombol penjahat jauh disana!" Ucap anak itu sambil menunjuk-nunjuk kearah lorong gelap nan sempit, dengan samar ia melihat dua orang pria lain yang lebih tua dari anak itu sedang mendekat kearahnya sambil berteriak tidak jelas.

Divia yang kebingungan hanya menatap manik wajah anak itu dengan dingin seperti biasanya. Tidak disangka remaja berusia kurang lebih 16 tahun itu menggapai pergelangan tangannya dan meletakan handphone secara paksa.

"Tolong telefon orang tua saya dan katakan padanya untuk menjemput saya segera!"
, Kepanikan anak laki-laki itu membuat Divia bingung harus berbuat apa, Divia membuka lock screen handphone itu seperti yang diminta anak remaja tadi. Ternyata terkunci...

Ketika Divia ingin menanyakan kata sandi untuk membuka handphone, anak itu hanya meninggalkan bayangan tanpa jejak...

Mata biru miliknya sibuk mencari keberadaan anak aneh itu, sial... Anak itu sudah jauh berlari.

Dengan tenang, Divia memutuskan untuk menelfon polisi menggunakan handphone nya saja, setelah dial tersambung, Divia dikejutkan oleh tangan seseorang yang meraih lengannya untuk menghentikan kegiatannya.

Bukan tangan seorang pencopet lainnya yang sedang berkontribusi untuk menyerangnya, melainkan tangan kekar milik seorang pria ... Tampan ...

Hening ...

Tangan pria itu masih melekat dipergelangan tangan mulus itu dan tanpa sengaja kedua bola mata indah mereka saling bertemu.

Pertemuan yang sangat tidak tepat dan sangat disayangkan...

"Bahkan hingga detik ini saya tidak percaya bahwa wanita sepertimu tega menyuruh anak tak berdosa itu untuk menjadi pencopet. Sudah berapa lama kamu mengemban pekerjaan di bidang mafia ini? Sepertinya kamu sangat lihai dalam melakukan ini semua , pastinya kamu sudah berpengalaman, Dan... Oh tuhan aku hampir tertipu dengan busanamu yang elegan ini" David berhasil mengubah suasana canggung menjadi kondisi yang menyeramkan. Apa apaan ini?
Sial...

Divia terperangkap jebakan anak sialan itu ...

"Lepaskan,tangan,saya" 3 kata sederhana itu sukses membuat harga diri seorang David lenyap tak bersisa,spontan David menarik kembali tangannya sehingga tangan Divia terkulai ke samping tubuh mungilnya.

"I'm sorry" jawab David singkat namun berusaha menyembunyikan rasa malunya.

Divia yang lelah ingin segera mengakhiri pertemuan konyol ini dan mencari kedamaian hidupnya kembali hanya menatap sengit bola mata David yang berwarna abu-abu gelap itu.

"Saya tidak tau harus bagaimana menjelaskan nya, tapi yang perlu anda ketahui, terlalu gila bagi saya untuk melakukan hal konyol semacam itu" David mengangguk kikuk seakan Divia adalah senior yang menangkap basah dirinya ketika sedang mabuk disaat jam penerbangan.

My General ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang