Seoulite #11

2.9K 441 76
                                    

Irene terbangun dan berusaha mengumpulkan semua kesadaran yang ia miliki. Irene merasa tempat ini aneh.

Pertama, ia melihat dinding sebuah ruangan yang ia tempati ini berwarna kombinasi abu dan hitam. Jelas ini bukan kamarnya. Kedua ia merasakan selang infus terpasang di punggung tangannya. Irene bangun dan membenarkan posisinya untuk bersandar dikepala ranjang.

"Kau seperti anak kecil saja!" Mino menghela nafas jengkel.

"MmㅡMino? Kenapa kau ada disini?"

Mino sedang bermain dengan senjata di tangan kirinya.

"Apa kau tidak puas dengan siksaanku hingga kau menyiksa dirimu sendiri?"

Irene menghela nafasnya. Kepalanya masih terasa sakit.

"Kita harus bicara." Ucap Irene pelan

"Kita bicara lain kali. Kau harus beristirahat Irene."

"Sampai kapan kau akan seperti ini? Aku ingin kau berhenti melakukan ini semua." Irene menatap Mino dalam. Ia sangat lemas. Ia bahkan tak punya tenaga lagi untuk berbicara.

"Hanya ada satu cara untuk membuatku berhenti. Bunuh diri lah maka aku akan berhenti. Satu nyawa dibalas dengan satu nyawa, aku pikir itu adil." Ucap Mino dingin.

Irene terdiam.

"Apa kau benar-benar akan berhenti melakukan ini semua jika aku bunuh diri?" Tanya Irene.

"Jika kau mati maka aku akan berhenti. Bagaimana?" Mino mendekat.

"Baiklah, pegang kata-katamu." Irene tak punya pilihan lain. Ia harus menyelamatkan semua ini sebelum Mino merusak keluarganya lebih jauh. Jika dengan kematian semuanya akan berhenti maka ia akan melakukannya.

Tanpa berpikir panjang tangan Irene meraih handgun yang ada di tangan Mino

Ia menarik bagian atas handgun Mino dan mengarahkan ke kepalanya.

Dorrr..

Satu peluru keluar dari senjata itu.
Bunyi pecahan kaca kamar Mino terdengar nyaring ditelinga.

Mino dengan cepat mengambil kembali senjata dari tangan Irene dan mengalihkan tembakan pada jendela kamarnya. "Belum saatnya kau mati, Irene."

Tubuhnya kini mendekap erat pada tubuh Irene. Ia tak pernah menyangka jika Irene benar-benar akan menembak kepalanya sendiri.

"Jangan lakukan hal itu lagi." Tangan Mino memegang tengkuk Irene. Ia benar-benar terlihat khawatir sekarang.

Mino semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh gadis itu.

"Dan jangan berdiri dibawah derasnya air hujan. Karena hujan tidak menyukaimu." Mino menempelkan telapak tangannya ke kepala Irene.

"Kau demam karena hujan." Ucapnya lagi.

Tubuh Irene bergemetar atas sikap nekat nya tadi "Aku baik-baik saja, aku harus segera pergi dari sini. Aku harus bekerja." Irene terus menjawab seperti biasanya.

"Aku tidak mengizinkanmu bekerja."

Irene mengerutkan Keningnya. Apa dia tidak salah dengar?

"Mino.. Kau bukan boss ku! Kau tidak bisa melarangku untuk pergi bekerja."

"Sayangnya aku sudah mengakuisisi sahamku di rumah sakit itu dan menjadikanku sebagai pemegang saham terbesar disana. Jadi secara tidak langsung aku adalah boss dari boss boss bossmu."

"Jadi secara tidak langsung aku adalah pegawai mu?"

"Benar" jawab Mino singkat.

"Mereka akan memecatku jika aku tidak ada di rumah sakit sekarang." Ucap Irene.

SEOULITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang