Kihyun

62 4 4
                                    

Aku Kihyun, umur 23 tahun yang tahun ini akan lulus. Aku mengenal Jieun sekitar 10 tahun yang lalu. Saat aku baru menginjak sekolah menengah pertama dan Jieun lebih muda 2 tahun dariku.

Dulu, aku hanya bermain dengan Joheon. Tapi terkadang aku juga akrab dengan Jieun. Kuakui dia anak yang sangat cantik dan baik. Senyumnya yang seperti sabit itu seakan tak pernah luntur sedikitpun. Sering sekali aku melihatnya menangis tapi masih dengan senyumnya lalu saat Joheon datang ia akan berhenti menangis dan kembali ceria. Sejak dulu, aku sudah kagum dengannya.

Beberapa tahun kemudian, kulihat Jieun ditarik ibunya menaiki mobil. Lalu Joheon mengejar mobil itu sambil menangis. Aku hanya diam, berdiri didepan jendela kamarku sambil menatap mereka. Aku takut untuk ikut campur.

Joheon jadi sering murung setelahnya. Kadang juga ia menangis didepanku sampai menghabiskan tisu dikamarku. Kakak laki-lakiku jadi sering menuduh hal-hal aneh padaku.
Sore ini sangat dingin, karena salju sebentar lagi akan turun. Aku mengendarai sepedaku dengan cepat setelah membeli beberapa cemilan. Lalu sialnya, badai salju turun begitu saja. Aku menepi dihalte depan rumah sakit jiwa. Aku mengeratkan jaket yang kupakai saking dinginnya.

Mataku menyipit ketika melihat seorang perempuan tengah menangis ketakutan didepan rumah sakit itu. Kulihat tidak ada satupun yang berani mendekatinya. Lalu datang seorang suster menenangkannya dan satpam yang mencoba menelfon seseorang.

"mirip Jieun" gumamku.

Suster itu kewalahan sendiri saat perempuan itu mengamuk. Mendorong si suster juga satpam yang ingin memisahkan. Mataku mendelik ketika menyadari bahwa itu benar Jieun saat tiba-tiba Joheon datang sambil memeluknya.

"Jieun tenanglah"

"Hyuna!aku Hyuna! Jieun telah mati! Jieun harus mati!" teriak Jieun.

Seperti biasa, aku hanya dapat diam sambil menatap mereka. Aku ingin sekali kesana dan ikut menenangkan Jieun. Tapi, aku tidak punya hak sama sekali. Aku menghela nafas pelan lalu menunduk.

"maafkan aku Jieun, tidak dapat menempati janjiku"

Sejak saat itu, aku sering melewati rumah sakit jiwa itu dan beberapa kali melihat Jieun disana. Pernah sekali aku berkunjung kesana lalu menanyakan apa yang terjadi pada Jieun. Tapi suster itu bilang, ini adalah privasi pasien.

Lalu tepat saat hari pertama aku dan Joheon masuk universitas, kulihat Jieun datang menemui Joheon yang tengah bersamaku. Lalu menyapaku dan memelukku.

"Kihyun, aku rindu sekali!"

"panggil dia oppa" kata joheon. Aku tertawa lalu mengacak rambutnya pelan.

"tidak apa. Aku juga merindukanmu Ji"

"aku lebih" katanya disertai senyum yang selama ini kurindukan.

***

Lalu datang Hyungwon. Lelaki itu terus menerus menemui Jieun. Membuat Jieun tersenyum kembali saat menangis. Menghabiskan waktu bersama Jieun. Dan yang paling membuatku iri adalah, dicintai Jieun.

Tidak ada lagi Jieun yang merengek padaku. Menangis didepanku atau hal lain yang membuatku kembali merindukannya.

Dan dua tahun kemudian aku mendengar bahwa dia putus dengan Hyungwon. Tepat saat aku sedang berusaha menyelesaikan skripsiku. Entah keberanian darimana aku kembali menemuinya. Dikantin saat ia tengah berdebat dengan Eunha.

Iya aku tau, dia Alter ego. Bahkan disaat Jooheon belum mengetahuinya. Aku selalu tau apa yang terjadi pada Jieun, tapi aku hanya bisa diam dan memedamnya sendiri.

Sebelum datang Hyungwon, aku selalu ada untuknya saat ia berlari keluar dari rumah sakit itu atau dari rumahnya. Aku yang akan mengejarnya.

Tapi sepertinya ia hanya tidak mengerti perasaan apa yang sedang kuungkapkan padanya. Dia hanya menganggapku sebagai, sahabat kakaknya.

Perlakuan selama bertahun-tahun ini dimatanya dianggap apa?

///

Bodoamat be Liyanicyena

Kuat hati yang digombalin mantan terus

▪Parasite - [Monsta X]▪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang