Matchmaker_2

1.7K 122 18
                                    

"Lihat," bisik Clarrie pada Maddie.

Maddie yang memang sudah melihat Genta terlebih dahulu hanya mengangguk.

"Liat apaan sih?" tanya David kepo. Untung Genta sudah pergi jadi David tidak melihat siapa yang di lihat oleh Maddie dan juga Clarrie.

"Nggak ada." jawab Maddie dan Clarrie bersamaan.

David memberengut kesal.

"Jadi?" ucap Langa.

"Apa?" kali ini Maddie, Clarri dan juga David mengatakan hal yang sama.

Langa berdecak. "Matchmaker rose." seru David.

"Tinggal daftar. Cari situsnya kan gampang." kata David.

"Bener juga. Gue mau daftar." kata Langa semangat.

"Lo mau cari cewek kayak gimana emang?" tanya Clarrie.

"Yang jelas gak kayak lo." Clarri menepuk bahu Langa keras membuat Langa mengaduh.

"Nih, gue gak demen cewek bar-bar kayak lo. Wajah aja bule, ayu." kesal Langa. Bukannya marah Clarrie malah tertawa.

"Kita pergi." kata Maddie pada Clarrie.

"Eh mau kemana?" tanya David.

"Bukan urusan lo. Ayo." kata Clarrie menarik lengan Maddie.

"Dasar kalian aneh." teriak David.

"Week." kata Maddie dan Clarrie menjulurkan lidahnya untuk mengejek David. Mereka tertawa kemudian berlari ke arah parkiran.

Brugh.

Maddie menabrak seseorang dan ia hampir saja terjatuh, beruntung pria yang di tabraknya segera menariknya. Maddie tahu ia telah menabrak seorang pria karna kepalanya membentur dada bidang pria itu. Aroma maskulin yang sangat memanjakan hidungnya membuatnya hampir terlena dalam pelukan pria itu.

"Lo gak pa-pa?" Suara itu sontak membuat Maddie menarik dirinya cepat dan menatap pria itu.

"Ma.af." ucap Maddie gugup.

"Gak pa-pa. Lain kali perhatiin langkah lo." ucap pria itu tersenyum dan meninggalkan Maddie dengan jantung yang berdetak kencang.

"Segitunya," ucap Clarrie memperhatikan Maddie sejak awal.

"Genta Clarr." ucap Maddie masih menatap punggung Genta yang kini telah hilang sepenuhnya karena pria sudah masuk ke dalam mobilnya. Seorang gadia dengan pakaian seksi mengikuti Genta masuk ke dalam mobil. Gadis itu duduk di kursi penumpang di sebelah Genta.

"Cewek baru." ucap Clarrie.

Maddie mengangguk. "Stefiana Mardi. Usia sembilan belas tahun. Putri bungsu Alamsyah Mardi. Pengusaha terkenal. Belum jelas hubungannya dengan Genta tapi..." Maddie tidak melanjutkan ucapannya.

"Tapi tidak jelas karena Genta tidak membenarkan ataupun menampik gosip kedekatan mereka." lanjut Clarrie.

"Ayo." ajak Clarrie menarik Maddie menuju mobilnya. Clarrie tahu bagaimana perasaan Maddie pada Genta. Clarrie ingin membantu tapi Maddie menolak. Katanya, suatu saat nanti pasti ada waktu untuknya. Clarrie hanya bisa menyemangati sahabatnya, ia yakin Maddie tahu apa yang bisa di lakukannya.

***

"Kita kemana?" tanya Stefi pada Genta yang tengah menyetir.

"Gue laper." jawab Genta.

"Kita makan di mana?" tanya Stefi antusias.

"Gue mau makan masakan mama. Lo mau gue anter pulang duluan?" tanya Genta pada Stefi.

Stefi menggeleng cepat. "Gue ikut ke rumah lo. Gue juga mau makan masakannya tante. Lagipula mama juga mau datamg nanti sore." kata Stefi cepat sebelum Genta menyampaikan keberatannya.

Genta mengangguk, kembali fokus pada jalanan di depannya.

"Oh ya, yang nabrak lo tadi itu siapa?" tanya Stefie.

"Gak tahu." jawab Genta singkat.

"Kirain lo kenal, soalnya tu cewek gie liat kenal deh sama lo. Tatapan cewek itu aneh, jangan-jangan dia suka sama lo?" kata Stefi.

"Terserah dia sih ya, lo kan cakep, pinter lagi, gak salah banyak cewek yang suka sama lo." kata Stefi. Stefi memutar tubuhnya ke samping, oa menatap Genta yang menoleh padanya sebentar. Hanya sebentar karena ia kembali fokus ke depan.

"Ngomong-ngomong, lo...udah punya cewek gak sih?" tanya Stefi.

"Bukan urusan lo." Jawab Genta datar.

Genta bukannya tidak tahu ulah Stefi yang menyebarkan isu tentang kedekatan mereka di kampus. Tapi selama ia belum terganggu ia anggap tidak masalah.

Mobil Genta memasuki halaman rumahnya yang besar. Dia keluar terlebih dahulu, meninggalkan Stefi yang memberengut kesal karena Genta tidak membukakannya pintu mobil.

"Assalamualaikum," Genta mengucapkan salam begitu masuk ke dalam rumah. Ia langsung menemui mamanya di dapur.

"Assalamualaikum ma." ucap Genta mencium pipi mamanya.

"Waalaikumsalam sayang. Mandi dulu setelah itu makan." ucap mamanya.

"Iya ma." ucap Genta. Setelah itu ia pergi ke kamarnya.

Stefi masuk ke dalam dapur, ia melihat ke sekelilingnya mencari sosok Genta.

"Genta mau mandi dulu." ucap Hanah mamanya Genta pada Stefi.

"Tante," ucap Stefi malu. Hanah menggelengkan kepala melihat Stefi.

"Mamamu jadi kemari nanti sore?" tanya Hannah. Stefi menggeleng. "Mama mau nemenin nenek ke dokter, jadi gak bisa dateng tante." kata Stefi. Sore ini ada arisan di rumah Genta. Mamanya Stefi dan Hannah memang bersahabat baik.

Di kamarnya, Genta meletakkan ranselnya di lantai. Ia duduk di pimggir ranjang dan membuka kedsnya. Setelah itu ia melepas kancing kemejanya satu persatu. Saat akan melepaskan kemejanya, Genta mencium kemejanya. Wangi lembut dan segar tercium di hidungnya. Genta menghirup wangi itu dalam-dalam, ia menyukainya meski ia tidak tahu wangi apa itu. Genta tidak hapal merk-merk parfum wanita.

"Ini pasti wangi gadis itu." ucap Genta tersenyum sembari mengingat kejadian di parkiran tadi. Genta berdiri, mengambil gantungan baju kemudian memasukkan kemejanya itu, bukannya membuangnya ke keranjang baju kotor, Genta malah menggantungnya di balik pintu. Genta bersiul santai menuju kamar mandi.

***

Iya...iya...iya lama

Aku tahu. Maaf. Itu aja hahaha

Mianhe

Luv u yah

Follow IG ya : Dewie Sofia

Matchmaker (Crazy In Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang