Satu

939 128 12
                                    


Nekat.

Pada akhirnya Kim Taehyung menyadarinya ketika pria jangkung itu sudah pergi terlalu jauh dari tempat seharusnya ia berada.

Sebenarnya tidak seberapa jauh, mungkin hanya beberapa blok--ia tahu kakinya tidak akan sanggup berlari sejauh puluhan kilometer. Hanya saja suasana yang sangat amat berbeda seolah mengamini anggapan Taehyung bahwa ia telah berada jauh dari venue konser.

Hiruk pikuk yang dengan susah payah Taehyung terjang beberapa saat lalu seolah hanya ilusi belaka ketika pria itu menyadari tempatnya berada sekarang. Euforia gadis-gadis muda dan lengkingan maut mereka lenyap, hilang tanpa bekas. Terang benderang lampu sorot dan kilatan blitz kamera wartawan hilang ditelan gelap.

Well, yeah, pendar semu tulisan latin berukuran sedang bertuliskan 'Halcyon' di atas sebuah gedung kusam tanpa pintu tak jauh dari pohon tempatnya bersandar saat ini, juga papan nama dengan tulisan kanji diterangi beberapa buah lampu kuning samar di gedung seberang gedung Halcyon, yang bagian depannya dibatasi jendela kaca besar dengan tulisan gambar cangkir kopi hangat dan angka 24. Keduanya sama sekali tidak membantu mengatasi gelapnya kawasan ini.

Mungkin ia salah memilih tempat untuk melarikan diri. Taehyung mendesah pelan, melepaskan punggungnya dari batang pohon yang ditanam di pinggir jalanan. Serius, seharusnya ia kabur ke tempat yang lebih baik daripada kawasan serupa kota hantu ini, yang sebelumnya tak pernah Taehyung sangka eksistensinya di dalam kota sebesar Tokyo.

Lantas kemana lagi. Bagian lain dari dirinya melemparkan protes. Ke pusat perbelanjaan yang terang dan ramai dan hangat di tengah-tengah kota? Kemana akal sehatmu?

Taehyung menghembuskan napas panjang. Toh ia sudah berada di sini saat ini. Ia tidak mungkin kembali ke venue konser, berkata pada manajernya, dan teman-temannya, dan para penggemarnya kalau ia tidak jadi melancarkan niatnya mangkir dari tanggung jawab besar sebagai seorang idola yang tengah mengadakan konser.

Lihat sisi baiknya, Kim Taehyung, lihat sisi baiknya. Pria itu mengepalkan tangannya dan kembali menghembuakan napas--kali ini dengan bersemangat, sedikit berlebihan. Di sini sunyi. Tenang. Damai. Sama seperti yang kauharapkan, Kim Taehyung.

Tepat setelah pria itu selesai meyakinkan diri bahwa kenekatannya bukan sesuatu yang salah, sorot lampu terang benderang diikuti deruman suara mesin mobil datang mendekat. Pria itu menelan ludah, tanpa berpikir panjang berjalan cepat menuju celah kecil yang gelap di antara gedung Halcyon dan gedung bata kusam dan tak terawat.

Berbagai pikiran menghantuinya sekarang. Taehyung ingat benar saat beberapa tahun lalu Park Jimin, teman satu grupbya yang kala itu pergi kencan dengan kekasihnya di Las Vegas pada siang hari dan terlalu mabuk untuk menghadiri konser di malam harinya, disidang habis-habisan oleh CEO agensi mereka setelah pencarian besar-besaran--yang tentu saja dilakukan secara diam-diam tanpa diketahui penggemar mereka--ke seluruh penjuru Las Vegas.

Mungkin mereka sudah menyadari keabsenannya di ruang make up dan kini mengirim orang berbadan besar untuk menyeretnya kembali ke venue konser. Orang-orang berbadan besar cukup sulit dikalahkan dengan kemampuan judo-nya yang masih seperempat.

Lampu sorot terlihat makin jelas di jalanan yang gelap dan terus mendekat. Jantungnya seperti akan melompat keluar dari rongga dadanya saat lampu sorot berhenti bergerak maju dan terlihat sebuah mobil hitam gelap dengan bagian depan panjang seperti sebuah sedan berhenti tak jauh dari pohon tempatnya berdiri beberapa waktu lalu.

Taehyung mendesah jengkel dan brrhati-hati berjalan mundur semakin jauh ke dalam celah ketika suara mesin mobil menghilang--mobil itu benar-benar berhenti di sana. Mundur makin cepat ketika suara pintu mobil terbuka terdengar dan ketukan berirama cepat dari alas kaki dan tanah terdengar. Terus mungur hingga--

The Nightingale [VJoy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang