Tiga

447 113 19
                                    

Kebetulan.

Kalau terlalu segan untuk memanggilnya dengan sebutan takdir.

Taehyung tidak segan, sebenarnya, hanya saja ini kelewat kebetulan untuk jadi sebuah takdir.

"Tuan?"

Taehyung menoleh ketika suara ramah terdengar, mendapati sosok pelayan perempuan muda di balik mesin kasir tengah menatapnya dengan kerut di kening.

Setelahnya Taehyung menyadari ada jarak lebar antara tempatnya berdiri dengan tempat pemesanan. Baris acuan Taehyung mengantre sudah tidak ada, dan ketika Taehyung menoleh ke belakang, pria itu mendapati wajah-wajah kesal dari orang-orang yang mengantre di belakangnya.

Segera Taehyung melangkah maju setelah membungkuk tanda permintaan maaf pada orang-orang di belakangnya.

"Satu Caramel Macchiato."

Taehyung berkata sebelum pelayan itu sempat bertanya, kemudian kembali mengalihkan pandangannya pada dinding kaca besar yang membatasi kafe dengan dunia luar yang sudah gelap. Di sebuah kursi di sisi dinding kaca besar, duduk sendirian sosok familiar yang Taehyung kira tak akan bertemu lagi dengannya.

Joy, dia ada di sana.

Taehyung tentu tidak bisa melupakan orang-orang yang telah menolongnya meskipun sudah berbulan-bulan yang lalu--Joy, Hanabi, Gadis Jepang yang tersipu, wanita yang tidak terlalu tua, dan Pemuda Jepang yang hoodie-nya masih tersimpan rapi di sudut lemari Taehyung.

Pria itu dapat dengan cepat mengenali sosok Joy begitu ia masuk ke dalam kafe dan secara spontan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kafe.

Wanita itu terlihat duduk sendirian di kursinya, terlihat sibuk dengan ponsel pintar di tangannya. Cangkir putih dengan uap yang masih mengepul terlihat berada di atas meja pendek di depannya.

Taehyung penasaran apa wanita itu masih mengenalinya atau tidak. Walaupun kedengarannya tidak mungkin melupakan seorang idol terkenal yang datang tiba-tiba dan membuat repot seantero rumah.

Kemudian Taehyung ingat bagaimana sikap dingin dan blak-blakan Joy terhadapnya berbulan-bulan lalu.

Ada pepatah berkata seseorang seharusnya mengingat siapa yang telah membuatnya menderita. Maka seharusnya Joy--dan orang-orang lain yang menolongnya di Jepang--mengingatnya.

Duh.

Taehyung mendesah pelan. Ia jadi tidak tahu apakah ia harus menghampiri Joy atau berlalu seperti tidak mengenali wanita itu.

Mungkin Joy mengingatnya dengan cara yang tidak menyenangkan, dan wanita itu tidak akan bersikap baik apabila Taehyung menghampirinya.

Hanya saja tidak menghampiri orang yang menolongnya kedengarannya sangat buruk. Malah seharusnya ia memberikan mereka beberapa hadiah sebagai tanda terima kasih. Dan pria itu harus mengembalikan hoodie milik Pemuda Jepang itu.

Pada akhirnya Taehyung menghela napas panjang. Baiklah, ia sudah memutuskan. Ia harus menghampiri Joy.

"Tuan, Anda membuat antrean panjang di belakang Anda."

<<>>

Apa? Dia belum datang?

Belum.

Tapi pria itu bilang akan segera sampai.

Penipu.

Sebentar, Joyie, aku akan menghubunginya lagi.

Aku pulang kalau dia tidak datang dalam 5 menit.

Park Sooyoung menghela napas bosan, mengempaskan punggungnya ke sandaran kursi yang ia duduki. Wanita itu menatap jam yang tertera pada sudut atas layar ponselnya yang menyala, kemudian kembali menghela napas.

Sekarang sudah pukul 8.14 sore, itu artinya ia sudah menunggu di tempat ini selama 14 menit.

Tidak lama, memang, tapi perjanjiannya mereka akan bertemu pukul 8 malam. Tepat. Dan sayangnya Sooyoung adalah seseorang dengan kadar toleransi di bawah rata-rata.

Ia yang dibutuhkan, dan ia juga yang harus menunggu. Bagus.

Sooyoung sudah berkata pada Tetsuya kalau ia akan pergi apabila yang ditunggunya tidak juga datang dalam kurun 5 menit. Persetan dengan konsekuensi yang akan ia terima nantinya. Kalau itu hanya uang, sama sekali bukan masalah.

Wanita itu mengumpat pelan ketika jam pada ponselnya telah menunjukkan pukul 8.20 dan masih tidak ada orang yang menghampirinya. Bahkan Tetsuya tidak bisa dihubungi lagi.

Sooyoung baru akan beranjak dari kursinya ketika terdengar suara ribut dari sisi lain kafe, menangkap atensinya. Keriuhan terjadi di antrean pemesanan yang terlihat nyaris mencapai pintu masuk kafe.

Nyaris seluruh pengantre terlihat kesal dan menatap jengkel pada sosok serbahitam di baris paling depan. Sementara sosok tersebut hanya membungkukkan badannya berkali-kali terlihat meminta maaf sembari berjalan keluar dari barisan dengan pesanannya.

Sooyoung memutar bola matanya malas. Ada-ada saja. Kemudian wanita itu kembali melanjutkan geraknya beranjak dari kursi dan berjalan pergi menuju pintu kafe.

Sekali lagi, persetan dengan konsekuensi yang akan ia terima nantinya. Mungkin lain kali ia harus menuliskan syarat dan ketentuan bagi orang-orang yang ingi--

"Joy, tunggu."

Joy?

Praktis Sooyoung menghentikan langkahnya ketika mendengar namanya disebut. Wanita itu mengarahkan atensinya pada sumber suara.

Terlihat sosok serbahitam tadi tengah berjalan ke arahnya dengan gerakan cepat. Sooyoung mengerutkan keningnya.

Ah, jadi itu Tuan Park.

<<>>

Jadi, frekuensi normal buat update di WattPad itu biasanya berapa hari ya? Atau berapa minggu? Atau berapa bulan?

The Nightingale [VJoy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang