"Hoaemmm.." Untuk kesekian kalinya Laura menguap dengan mata sayu dan wajah datarnya.
Gue sama Jessy juga sama. Kita lagi bersandar di dinding kostnya Laura.
"Pakcik,bosan banget yah. Beli cemilan yuk," Ajak gue sembari duduk tegak . Laura cuma menatap gue dengan tatapan tak bermakna, yang gue jamin gak bakalan ada satupun orang yang ngerti. Dia selalu terlihat mengantuk. Matanya yang sedikit cipit dan tubuhnya yang mungil membuat gue sama Jessy gak pernah kepikiran buat ngejahilin dia.
"Maksudnya?" Tanyanya polos. Gue gak ngelihat tanda-tanda kalau dia ngerti sama ucapan gue.
"Beli gorengan yuk, daripada bosan begini." Sahut Jessy dengan keadaan badan setengah duduk setengah tidur itu.
Gue melihat kedua sahabat gue ini. Kedua cewek yang gak pernah terlihat punya gairah hidup, ataupun kedua cewek yang sedang kebosanan dengan tatapan kosong dan pikiran alien pastinya.
"Gue lagi mager," Ucap Laura lalu merebahkan tubuhnya. Gue sama Jessy malah melongo. Gak tau mau ngapain. Yah kekgini memang,kita gak bakalan sedih kalau udah sama sahabat. Tapi kalau udah bosan, bahkan song Joong Ki lewatpun tak ada yang menggubris. Heran gue.
"Kalian pernah gak, kepikiran buat les bahasa Inggris?" Akhirnya Jessy membuka pembicaraan. Dan lebih syukurnya lagi,tumben banget dia nanya yang agak gimana gitu.
"Kenapa emangnya lek?" Tanya gue balik. Jujur,kali ini Jessy membuat otak gue berputar gak percaya, bahwa dia baru nanya hal yang bijaksana diantara kami.
"Yah gak papa sih,cuma gue inget aja. Nilai bahasa Inggris gue tadi," Ucap Jessy sambil menghela nafas berat. Gue tau dia lagi stresss dengan nilai ulangan dia yang hanya mendapat tongkat merah dari Mam Meris,guru bahasa Inggris kami.
"Yaudahlah lek, dibawa santai aja. Namanya hidup, terkadang kita dibawah, terkadang kita diatas. Hidup itu berputar seperti roda." Ucap gue antusias dengan senyuman indah untuk menyemangati Jessy.
"Iya lek,makasih ya. Tapi sayangnya,hidup gue gak kayak roda yang berputar. Melainkan ban pecah yang mesti diseret-seret supaya bisa berjalan." Ucapnya konyol,sangat susah dicerna sama anak dibawah umur.
"Maksudnya lek? Gue gak ngerti deh."
"Yah gitu,hidup gue itu gak pernah diatas. Cuma datar aja terus,dan serasa seperti paksaan. Macam halnya dengan nilai ulangan gue. Gak pernah berubah lek, sebatang lidi mulu. Gak pernah ada telurnya atau cacing. Dia kesepian dan merasa sedih." Ucap Jessy panjang lebar. Gue makin gak ngerti sama maksudnya, akhirnya gue memilih cuma senyum, mengangguk pelan dan langsung merebahkan diri. Supaya pembahasan ini gak berkepanjangan.
"Pakcik?"
Hening.
Satu menit kemudian...
Hening. Si Jessy ngambil tas trus menyenderkan kepalanya di atas tas itu.
Dua menit kemudian...
Hening. Yang terdengar hanyalah suara ngorok dari mulutnya si Laura. Untung-untung si Jessy gak kentut.
Tiba-tiba Laura terbangun. Trus dia ngelihat kita berdua lagi golek-golek.
"Gimana kalau kita les bahasa Inggris?" Tiba-tiba gak ada angin,gak ada hujan,gak ada gempa atau tsunami,si Laura menanya kami dengan wajah polosnya. Pertanyaannya ituloh, membuat gue pengen gantung kaki pada saat itu juga.
"Keknya tadi Jessy udah menyinggung tentang itu deh, pakcik." Ucap gue lalu duduk dan bersandar pada dinding.
"Ah,masa? Kok gue gak denger? Ah, perasaan pakcik kali. Gue ingat kita tadi rencana mau beli mobil. Mana ada membahas tentang les." Sanggah Laura begitu mematikannya. Dia yang ngomong,gue yang mau matinya.
Tapi tunggu! Apa dia bilang? Mobil?Kapan pula kami membicarakan mengenai mobil? Trus dia juga bilang kami gak ada membahas tentang les? Oh Tuhan,tolong sembuhkan pendengaran sahabatku ini.
"Kapan pula kita mau beli mobil dek?" Si Jessy akhirnya angkat bicara. Posisinya dia lagi tutup mata sambil golek-golek.
"Mobil? Siapa yang beli mobil?" Tanya Laura kebingungan.
"Loh," Ucap gue sama Jessy serentak. Ada rasa bingung bercampur gila dari pertanyaan dia. Gue udah gak tau jelasin gimana jalan cerita ketiga cewek konyol ini. Termasuk,gue.
"Kita udah sampai dimana sih?" Tanya gue bingung. Sumpah! Gue gak tau orientasi, komplikasi atau resolusi dari percakapan diantara kami bertiga.
"Tadi awalnya beberapa detik yang lalu sebelum ini,"
"Stop! Kok bahasa Lo agak gak beraturan gitu sih?" Gue udah memanas. Berawal dari si Laura yang bilang mau beli mobil, ditambah si Jessy yang ngomong kayak orang Inggris makan nasi Padang dicampur bon cabe level seratus.
"Ahhhhhh,gue bingung sama Lo berdua." Gue narik rambut gue frustasi.
"Oke,biar gue lurusin. Pertama pakcik mau tidur,trus kita pengen beli CEMILAN, selanjutnya si lek katanya pengen LES BAHASA INGGRIS,trus kita golek-golek dan pakcik bangun trus ngomong pengen LES,trus gue bilang si Jessy tadi udah BILANG KAYAK GITU,trus pakcik bilang kalau kita mau beli MOBIL,dan terakhir di Jessy tiba-tiba aja lidahnya KELILIT. Oke,ada pertanyaan?" Final,gue ngomong berapi-api.
Gue memandang wajah Laura,dia masih datar. Trus gue mandang si Jessy,dia masih tutup mata sambil golek-golek. Dan terakhir,gue mandangin muka gue dari pantulan kaca jendela kostnya Laura. Begitu seram bak jin ijo mau nyulik ratu Cina. Begitu menakutkan.
"Oke,gue udah ngerti. Sekarang,kita ada gak niat pengen les?" Akhirnya Jessy duduk lalu membuka pembicaraan. Gue menghela nafas panjang. Syukurlah Jessy udah ngerti. Sekarang tinggal si Laura.
"Ngerti pakcik?" Tanya gue penuh harapan semoga dia bisa paham.
Tik..Tikk..tik..Tik...
Gue sama Jessy masih nunggu jawaban dari dia. Tuhan,semoga dia bisa,
"Iya,gue ngerti. Kalau kita pengen les,les dimana?"
"HOREEEEEEEEEE....
YUHUUUUU..." Gue spontan kegirangan. Rasanya kayak dapetin juara olimpiade tingkat internasional."Yah kita sih,gimana kalau kita les di kota. Yang di simpang empat,depan lesnya si Vita?" Ucap gue antusias.
"Ohhh,iya. Gue tau. Katanya bagus juga sih,disana. Ada tes TOEFL nya lagi." Ucap Jessy juga.
"Berarti pulang sekolah kita langsung kesana aja. Kapan? Kapan kita terjun kesana dan kapan kita mulai lesnya?" Si Laura jaringannya lagi 4g lte.
"Yaudah,kita tanya orang tua kita ajalah dulu." Sambung Jessy.
Akhirnya,lancar juga sahabat gue ini. Memang terkadang gitu sih,pasti dalam satu hari itu ada yang lancar,ada yang mendadak budeg,atau ada yang mendadak gila. Tapi gak masalah,selagi belum berurusan sama pihak kepolisian,gak jadi masalah sama kita-kita.
"Oh iya,gue lupa ngasih tau sama kalian berdua." Ucap Jessy bahagia.
"Apaan?" Tanya Laura lembut. Jujur,diantara kami bertiga,Laura itu sebenarnya orangnya lembut,perhatian,trus pintar. Tapi karena pengaruh cuaca dan faktor tertentu, terkadang dia juga sama konyolnya seperti Jessy. Hahah,iya,iya. Gue juga.
"Kalau sebenarnya,gue itu..."
"Apa?"
___________________________________
Hai kakakkkkk..
Gimana? Udah dapet emosinya?😂😂😂
Wkwkwkwk..😅😅
Ikutin terus ceritanya ya?
Salam,
3_idiotgirls
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Idiot Girls ✔
Short Story"Lek,ambilin buku gue yang terletak didepan Lo,dong" "Apa? kuku? Maksud Lo gunting kuku?" "Bukan....pakcik,tolong ambilin buku gue dong," "Apa pakcik? Bubur?" Stresss.... Mungkin itu kata yang cocok buat nge-ekspresiin keadaan hati gue kala...