8

14 0 0
                                    

Aroma kopi menguar disudut ruangan yang kini terpenuhi setiap insan yang memanjakan diri dengan bersantai seperti hal nya gue dan pemuda tampan yang kini menyesap mocca nya.

"Bang."

"Hm? Kenapa?" tanyanya saat satu panggilan gue lontarkan

"Kita gak mungkin..."

"Balikan? Kenapa?" ucapnya memotong perkataan gue dan kembali menyesap mocca nya

"Gue gak cinta lagi sama loe."

"Kalo kamu ngelawak aku ketawa nih."

"Ish Bang serius, gue Udah punya pacar." gumam gue

"...pacar?"

"Iya... sorry."

"Aku bakal rebut kamu Kalo dia nyakitin kamu Ay." tegasnya

"Apaan sih loe Bang, ngawur loe ah."

"Gue serius Ay."

"Loe gak bisa seenak jidatnya ngomong gitu Bang."

"..."

"Bang Akbar."

"Gue bahagia Kalo loe bahagia Ay, tapi Kalo loe beneran disakitin sama pacar loe, gue bakal maksa loe buat nikah sama gue."

"Wah lawak loe Bang, gak lucu sumpah, loe ngancem adek loe sendiri." ujar gue dan menyesap latte dihadapanku

"Gue serius Ay."

"Serah loe ah."

Kali ini gue bingung juga sama laki laki didepan gue, karena gue tahu tabiatnya, gue tahu dia gak pernah main main sama ucapannya, ah gue makin pusing.

"Bang gue pulang ya, ada tugas buat besok."

"Mau gue anter?"

"Naik taxi ajalah, loe pulang ke Bandung lagi sana."

"Gue pulang ke rumah, mau ketemu Ayah sama Ibu."

"Ya Udah gue duluan ya, bye Bang Akbar."










Selepas dari Caffe, gue Bener Bener belum masuk Rumah, gue masih duduj ditaman kompleks perumahan yang sedikit agak ramai, gue sebenernya was was sama Bang Akbar, dia gak boleh sampe nekat, karena gue tahu dia gak pernah main main sama ucapannya, gue jadi bingung sendiri kalo gini urusannya.

"WOYYY!!!"

"AHHHHHHH...." teriak gue, sumpah ngagetin Ini curut,

"Ngapain disini? Udah malem pulang sana."

"Nyari angin, loe baru pulang?"

"Hmm, abis ada urusan."

"Urusan sama cewek baru ya?"

"Maksud loe apa Raya?"

Bahkan sekarang panggilan gue berubah jadi Raya, gak ada Ay atau Raya

"Udah ah gue mau pulang bye."

"Loe belum jelasin, loe kenapa?" cegahnya sambil pegang tangan gue

"Gak."

"Loe cemburu? Liat gue sama April? Liat gue jalan bareng April?"

"Enggak."

"Loe cemburu, kenapa? Gue gak..."

"Gue gak mau denger udah ah, besok loe jangan jemput gue Ken."

"Loe salah paham."

"Salah paham apa? Gue lewat depan loe, apa loe narik gue? Nyapa gue? Enggak kan? Loe lagi seru sama wajah Kak April."

"..."

"Iya gue salah paham, gue salah, Udah ah cape gue." gumam gue dan segera berlari menuju Rumah yang gak seberapa jauh tapi cukup bikin gue sesek, ya kali gue lari sambil nangis sesenggukan, kaya drama banget dah hidup gue

"Loh adek kenapa?" itu Bunda yang kini natep gue diambang pintu kamarnya, ya karena gue Udah sampe Rumah

"Gak Bund, adek gak apa apa, adek langsung tidur ya."

"Tapi adek belum mak..."

"Adek gak lapar, Udah Bund, adek mau tidur, night Bunda."

Masa bodo gue gak peduli, gue gak peduli, gue gak bakal masuk kuliah Besok, gue males ketemu setan satu itu males banget, males.








"Aku bakal rebut kamu Kalo dia nyakitin kamu Ay."

"Apaan sih loe Bang, ngawur loe ah."

"Gue serius Ay."

"Loe gak bisa seenak jidatnya ngomong gitu Bang."

"..."

"Bang Akbar."

"Gue bahagia Kalo loe bahagia Ay, tapi Kalo loe beneran disakitin sama pacar loe, gue bakal maksa loe buat nikah sama gue."

"Wah lawak loe Bang, gak lucu sumpah, loe ngancem adek loe sendiri." ujar gue dan menyesap latte dihadapanku

"Gue serius Ay."















"Sialan, gue lupa Bang Akbar cenayang." umpat gue, dan gue gak tahu meseti gimana kali Ini























































***
Y_min931
190418-20.25





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 19, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Let Me KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang