🐻 Tujuh

5.7K 1.1K 52
                                    

Mendung.

Jam udah menunjukan pukul duabelas siang. Perut kamu udah mulai keroncongan minta di isi, tapi sosok yang kamu cari daritadi sama sekali tidak terlihat batang hidung nya. Padahal porsi badan orang yang kamu cari itu kelebihan dosis.

"Cei nungguin gue nih ye,"

Suara yang kamu kenal berhasil membuat kamu menoleh dan mencibir pelan. Younghoon kalo ngomong suka bener.

"Kurang-kurangin pede nya, sor. Umur gak ada yang tahu," Jawab kamu asal. Bukan nya mendapat jawaban asal dari Younghoon, lelaki itu malah menatap langit dengan tatapan sendu.

"Umur memang gak ada yang tahu kecuali maha Pencipta. Maka nya gue sering banget bersyukur diberi umur panjang," Dan ucapan itu sukses bikin hati kamu gak nyaman. Keinget ucapan Changbin tadi pagi tentang mama Younghoon yang udah meninggal.

"Iya, panjang. Kaya tinggi badan lu, panjang."

Younghoon melirik kearah kamu lalu balik menatap rintikan air yang mulai membasahi bumi. "Gegara lu gaje maka nya hujan, bear."

"Sebahagia lu aja deh, Sor."

"Ngomong-ngomong soal bahagia," Younghoon menampung rintikan air tadi di telapak tangan nya hingga menggenang. "Gue ada satu tempat yang selalu bikin hati gue nyaman dan bahagia. Lu mau ikut kesana gak ?"

Kamu menatap genangan air ditangan Younghoon. "Bukan tempat macam macam kan ?" Dan memercikan air tadi tepat kearah Younghoon, membuat sang empu menatap mu jengkel.

"Gak lah,"

Dia menjatuhkan genangan tadi, menarik tudung hoodie kebesaran nya. Menatap kamu sebelum menyeret kamu ke parkiran ditengah guyuran hujan.

Kamu protes, untung saja tadi kamu pakai jaket kalo tidak Younghoon mungkin sudah habis kamu bantai. Yah, walau hasilnya kamu bakalan kesakitan karena mukul anak taekwondo.

"Sabar sabar jangan menghujat jangan menghujat," Gumam kamu setelah duduk tenang di kursi penumpang. Younghoon di samping kamu cuma nyengir, tangan nya yang besar dengan lincah memainkan stir dan membawa kalian berdua menerobos guyuran hujan.

"Mau kemana si, sor ?"

Kamu memainkan air yang mengembun di kaca mobil. Menulis sembarang angka yang kamu suka, menatap jalanan yang tenang. Hujan di luar sana mulai reda, menyisakan gerimis kecil dan Younghoon membuka jendela nya begitu juga kamu. Udara segar langsung masuk kedalam pori pori wajah dan kamu menyukai sensasi itu.

Mobil hitam pekat itu berbelok kearah perkarang besar dengan pohon rindang menutupi sepanjang jalan. Udara semakin sejuk ditambah tadi baru saja hujan membuat perasaan kamu semakin tenang dan nyaman.

"Keluar,"

Kamu menurut, mengikuti langkah Younghoon yang tenang. Kamu menatap sekeliling dengan tanda tanya besar hingga semua jawaban kamu terjawab melihat gerbang megah yang sudah mulai lusuh dan berlumut.

Pemakaman.

Mendadak hati kamu tidak nyaman. Younghoon melirik mu, berjalan pelan hingga langkah kalian sejajar dan tangan besarnya menggenggam pelan tangan kamu. Dia tersenyum teduh saat kamu menatap nya.

"Ini tempat yang gue maksud."

Younghoon membawa kamu ke sebuah makam didepan pohon Kamboja. Terlihat terawat dengan bunga bunga segar yang menghiasi nya. Younghoon berjongkok, tangan nya yang bebas mengelus lembut batu nisan yang mulai memudar.

"Assalamualaikum bun, Younghoon datang lagi." Lelaki kelebihan kalsium itu nyengir di ujung kalimat. "Tapi Younghoon ga bawa apa apa buat bunda, apalagi bunga kesukaan bunda." Younghoon memberi jeda sejenak, kamu ikut jongkok di samping lelaki itu. "Maaf ya, bun. Tapi sebagai gantinya Younghoon bawa orang yang nyebelin banget, bun."

Kamu mendelik tajam kearah Younghoon yang sama sekali tidak melepaskan tatapan dan genggam nya.

"Younghoon pengen ngenalin dia sama bunda, soalnya bun..." Younghoon melirik kamu sekilas. "Dia spesial,"

20 April 2k18

Im Your Boy : Kim Younghoon ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang