Kamu diam mendengar Younghoon dengan begitu santai nya mengatakan kamu spesial didepan Bunda nya. Ditambah laki laki itu tersenyum lembut seolah olah kamu memang begitu spesial buat Younghoon.
Sial. Kenapa gue malah deg degan. Batin kamu mengalihkan pandangan kemana saja asal jangan melihat kearah Younghoon yang masih asik berbicara dengan Bunda nya.
"Bun, Younghoon pulang dulu ya ? Kaya nya mau hujan lagi. Bunda baik baik disana Younghoon janji bakalan sering main kesini sama nih anak." Younghoon dorong bahu kamu sebelum mengecup pelan batu nisan dan bangkit.
"Bentar, sor."
Younghoon tersenyum melihat kamu yang mulai memanjatkan doa untuk bunda nya. Setelah selesai kamu mengikuti langkah Younghoon dalam diam meninggalkan pemakaman.
"Lu mau tahu gak kenapa bunda pergi lebih cepat ?"
Kamu diam. Dalam hati sebenarnya ingin mengiyakan pertanyaan Younghoon tapi otak kamu menolak karena itu kurang sopan. Belum lagi kalian hanya berjarak tidak jauh dari makan bunda nya.
"Orang orang cuma tahu bunda pergi karena sakit." Lelaki itu memandang langit yang kembali mendung. "Tapi sebenarnya bunda memang sakit sih," Kalo saja kamu tidak ingat kalian lagi di pemakaman mungkin badan Younghoon udah memar karena kamu tonjok saking kesal nya.
"Tubuh bunda emang udah lemah sejak gue lahir." Younghoon melanjutkan ucapan nya. "Tiap hari bunda selalu senyum sama gue, kasih semangat sama gue buat jalanin hidup. Bunda juga yang selalu bilang sama gue walau kita di khianati sama orang kita gausah balas perbuatannya. Biar Tuhan saja, maka dari itu gue jadi tipikal orang yang mudah percaya sama perkataan orang—"
"Dan juga mudah di kibulin sama orang." Potong kamu bikin Younghoon tertawa kecil.
"Benar sekali." Younghoon membukakan pintu mobil untuk kamu. "Tapi gue bersyukur sama sifat gue yang mudah percaya sama orang lain. Gue jadi dapat timbal balik nya, orang jadi percaya sama gue. Orang orang jadi menaruh kepercayaan mereka sama gue. Gue seneng."
Younghoon memandang keluar jendela. Tanpa minat menghidupkan mesin mobil, lelaki itu masih bercerita dan tentu saja kamu dengan setia mendengar setiap kata yang keluar dari laki laki yang baru kamu kenal beberapa minggu yang lalu itu.
"Jadi, gue pengen menaruh kepercayaan gue sama lu, bear." Younghoon natap kamu dalam. "Bunda, sejak gue lahir udah kena Leukemia." Mata kamu sukses melotot mendengar nya, sungguh. Penyakit itu tidak pernah terlintas didalam kepala kamu. Kamu cuma berpikir kalo bunda nya Younghoon meninggal karena penyakit orang tua.
"Bunda udah berjuang dari lama sampai bunda gak sanggup menahan penyakit nya lagi." Lelaki itu berbalik menatap keluar jendela yang mulai di hiasi rintikan hujan. "Dan hari ini bunda pergi dari sisi gue sama bokap tiga tahun yang lalu,"
Kamu bisa memastikan pendengaran kamu tidak salah walau hujan mulai membasahi bumi sekarang. Kalo suara anak laki laki di samping mu berubah, bergetar.
Mata Younghoon masih setia menatap gerbang pemakaman itu. Senyum tipis hadir di sudut bibir nya, "Tiga tahun berlalu begitu saja dan tanpa gue sadari gue udah ..." Younghoon tidak melanjutkan kata kata nya. Mata bening itu memejam pelan sebelum sebulir air mata menetes membuat kamu terhenyak.
"Apasih gue jadi melow gini, sori." Younghoon tertawa sumbang. Tangan besar nya bergegas menghapus air mata yang tanpa izin keluar. "Kita pulang," Dan mobil mulai keluar dari area pemakaman.
"Yang tahu penyakit bunda cuma keluarga, sahabat sahabat gue dan lu, bear." Younghoon melirik kearah kamu lalu melemparkan senyum teduh. "Jangan tanya kenapa gue kasih tahu elu, gue juga gak tahu."
"Gue juga gak minat nanya sama lu kok,"
Younghoon lagi lagi tertawa mendengar nada bicara kamu yang ketus.
Tanpa Younghoon sadari itu hanya pertahanan diri kamu. Pertahanan untuk tidak memeluk laki laki rapuh di samping kamu sekarang.
24 April 2k18

KAMU SEDANG MEMBACA
Im Your Boy : Kim Younghoon ✔
Historia Corta[Book #3] When Kim Younghoon Falling in Love with You ♡