GARRAN 1

67 9 4
                                    

Gadis berambut panjang sebahu dengan tas digendongannya berjalan menuruni tangga menuju meja makan.

" Pagi Ma, Pa " sapanya dengan senyum cerah sambil duduk disalah satu kursi.

" pagi juga sayang " ucap kedua orang tuanya.

" hari ini, hari pertama kamu disekolah baru, papa harap kamu senang disekolah baru kamu Rani " ucap Reyhan papa nya, sambil memandang Rani. Dia hanya mangangguk dan tersenyum kapada sang papa sambil memakan sarapannya.

Gadis itu Rani. Ranisha Katherine Wijaya. Gadis yang susah ditebak, dan menyimpan banyak rahasia. Rani dan keluarganya terpaksa pindah dan tinggal di Bandung, sebelumnya mereka tinggal di Bogor. Karena, Reyhan ingin mengurus dan fokus pada perusahaan yang ada di Bandung. Walaupun Rani hidup lebih dari cukup, dan  merupakan anak tunggal dari Rayhan Wiyaja dan Renatha annisa.

Rani diajarkan hidup mandiri dan bukan merupakn gadis yang manja. Tapi, kedua orang tuanya sangat memanjakan Rani. Sehingga dia terlihan seperti anak manja.

Rayhan berdiri dan menatap Rani "Hari ini papa nggak bisa antar kamu kesekolah. Papa udah telat kekantor Nanti pulang dan pergi kamu bisa naik taksi atau angot. Papa belum izinin kamu bawa mobil ya. yasudah papa berangkat dulu, assalmualaikum"

Ya, Rani harus pulang naik taksi, karena supir pribadi keluarganya sedang diberi cuti. Sampai sekarang pun Rani tidak diizinkan membawa mobil. Padahal papa nya sudah membelikan nya. Alasannya karena Reyhan khawatir kepada putri semata wayang nya.

" iya, nggak apa apa pa. " jawab Rani

" Waalaikumsalam" sambungnya sambil tersenyum dan mencium punggung tangan papanya diikuti mamanya.

Setelah menyelesaikan sarapannya, Rani bangkit dari kursi dan menemui mamamnya di ruang tamu. Yang sesang menonton tv.

" ma Rani berangkat ya, assalamualaikum " ucapnya sambil mencium pipi sang mama

" Waalaikumsalam sayang, hati hati " jawab Renatha.

Sambil berjalan kepintu keluar, Rani memutar badan dan mengangkat jempolnya keatas kearah sang mama sambil tersenyum. Membuat Renatha tersenyum tipis.

✴ ✴ ✴

" Garaaa !!! " teriak wanita paruh baya diujung pintu sebuah kamar, yang berantakan sambil berkacak pinggang.

Teriakan tersebut sontak membuat sang punya nama terlonjak kaget dan jatuh dari tempat tidur " aduuh, sakit banget elah " ringisnya sambil memegang kepalanya.

Dia Gara. Agara Giovanno Pramudya, cowo blasteran indonesia jerman, fansnya dimana mana. Dengan mukanya yang tampan diatas rata rata, memiliki rahang kokoh, alis tebal, kulit putih, dan tatapan tajam. Membuat para wanita melihatnya takjub dengan ciptaan Tuhan yang satu ini.

Gara hidup ditengah tengah keluarga yang ekonominya lebih dari cukup. Anak pertama dari pasangan Gilang Pramudya dan Sarah Anita. Walaupun katanya Bunda nya sedikit cerewet, tapi Gara bersyukur hidup dan tumbuh dari keluarga yang saling menyayangi itu.

" mau jadi apa kamu, jam segini baru bangun? Nanti kamu telat. Kamu kan seorang pelajar, yang harus bangun tepat waktu. Bukan seenak jidat kamu, ini juga kamar nya berantakan, ngapain aja sih kamu tadi malam? Perasaan baru kemarin pagi diberesin" ucap Sarah panjang lebar sambil melotot kearah anak sulungnya itu, yang sedang berdiri dihadapannya masih sambil memejamkan mata.

Gara yang malas mendengar omelan bundanya, hanya mampu mendengus dan berjalan melewati Bundanya menuju kamar mandi.

" Gara! Bunda belum selelsai ngomong" sambung Sarah.

" lanjut nanti aja bun, entar abang telat. Kan udah siang " teriak Gara dari dalam kamar mandi.

" Yaudah, bunda sama ayah tunggu di meja makan, kamu jangan lanjut tidur lagi ya bang, awas kamu " teriak Sarah

" insha allah bun, doain aja " ujarnya menyahuti

Sedangkan Sarah, hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan luar biasa putranya, yang bisa berubah menjengkel kan dan dingin dalam satu waktu.

Untung sayang anak batinnya.

Gara menuruni tangga dengan tergesa gesa sambil membawa tas nya dilenagn kiri dan mengancingkan bajunya menggunakan tangan kanan, ia hampir terjatuh ditiga anak tangga terakhir

" alhamdulillah " ucapnya sambil mengelus dada dan nyengir

" abang, hati hati dong.. Pake nyegir lagi. Ceroboh banget " omel Sarah

Gilang menyahuti " sini sarapan dulu bang "

" enggak deh yah. Udah telat ini, makan disekolah aja. "

" siapa suruh bangun kesiangan " sanggah Sarah

" ya ampun Bunda. Iya iya. Abang salah "

Sarah melototkan matanya " memang kamu salah. Kamu mah nggak bener bener "

Gilang hanya melihat adengan pertengkaran istri dan anak sulung mereka dengan gelenh geleng kepala. Walaupun sering adu mulut, tetapi mereka saling sayang san saling jaga.

Sedang kan adik Gara, Gavin Giovanno Pramudya yang umurnya baru 3 tahun, hanya tertawa melihat Gara di marahi oleh Bundanya.

" yaudah deh, abang berangkat ya. Assalamualaikum " ucapnya sambil mencium tangan Sarah dan Gilang, tak lupa menciumi pipi Gavin hingga anak itu menangis.

" Garaaaa!!! Ya ampun " teriak Sarah, membuat Gara keluar rumah sambil berlari dan tertawa.

" anak kamu itu " tunjuk Sarah kepada Gilang

" iya udah tau " Jawab Gilang datar

" sama aja, ngeselin " ucap Sarah sambil membereskan meja makan.

✴ ✴ ✴ ✴ ✴

Jangan lupa vote dan coment ya,
Maaf kalau GJ :D

GARRANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang