5. Kekasih Aaro

29.4K 2.8K 119
                                    

Zahra mendesah dengan bahu terkulai. Hari ini adalah hari bersejarah yang tidak akan pernah ia lupakan seumur hidupnya. Akhirnya, ia dan ibunya bisa meninggalkan kelab yang merupakan impian dan cita-cita mereka sejak lama. Meski tidak tinggal bersama, tapi Zahra tetap merasa bersyukur karena setelah ini, ibunya tak perlu lagi menderita dan mendapat perlakuan buruk dari orang-orang di kelab.

Awalnya, Zahra merasa berat untuk berpisah dengan ibunya. Ia menangis dan memaksa untuk ikut tinggal bersama dengan ibunya, tapi ibunya menolak dengan alasan Zahra sudah memilik suami dan wajib mengikuti suaminya. Selain itu, ruko yang disediakan oleh keluarga Blackstone untuk ditempati ibunya juga jaraknya terlalu jauh dengan kampus Zahra.

Zahra mengedarkan pandangannya ke segala penjuru kamar. Saat ini, ia sudah berada di kamar Aaro atau bisa dibilang sekarang ini juga kamarnya. Sesaat tadi dirinya sempat mengira bahwa Aaro menunjukkan ruangan yang salah karena begitu pintu dibuka, pemandangan yang ia saksikan di dalam lebih mirip hutan daripada kamar. Ranjang di tengah ruangan memiliki empat tiang berbentuk batang pohon dengan ukiran beruang yang mirip sekali dengan aslinya sedang memeluk keempat tiang pohon itu. Atap tempat tidur pun dihiasi dengan tanaman rambat dengan beberapa sulur yang menjuntai ke tepi-tepi tempat tidur.

Selain tempat tidur, furniture lainnya pun tak kalah unik. Meja belajar dengan bentuk kepala king cobra, area belajar yang juga dilengkapi rumput sintetis dan pohon palem juga lemari baju yang diukir seperti kulit buaya membuat kamar itu benar-benar seperti hutan rimba. Bahkan pintu masuk ke kamar mandi pun dibuat seperti lorong masuk ke dalam gua dengan pencahayaan remang-remang membuat Zahra bergidik.

Saat tengah asyik melamun, Zahra dikejutkan oleh suara auman harimau yang menggema dengan keras di seluruh penjuru kamar. Dengan mata terbelalak lebar, ia menoleh ke kanan dan kiri untuk mencari asal suara, khawatir jika ternyata Aaro memang memelihara harimau sungguhan di kamarnya. Kemudian Auman itu terdengar lagi. Kali ini Zahra bisa langsung menemukan sumber suara itu yang ternyata berasal dari jam dinding yang berbentuk kepala harimau besar dengan mata yang menyorot tajam mirip sekali dengan aslinya. Rupanya jam itu selalu berbunyi setiap jarum panjang tepat berada di angka dua belas seperti saat ini, jam itu sudah menunjukkan waktu pukul empat tepat.

Zahra buru-buru menyelesaikan menata pakaiannya yang tidak banyak di lemari Aaro karena sudah berjanji untuk membantu Bunda Aaro untuk menyiapkan makan malam. Bajunya yang sedikit terlihat menggelikan di lemari yang begitu besar. Ia mengikik sendiri sambil merapikan kardus bekas tempat barang-barang yang ia bawa dari kelab tadi.

Saat hendak meninggalkan kamar, Zahra menangkap bunyi melengking nyaring-seperti suara burung Chardonneret Elegant-dari arah meja belajar Aaro. Ia mendekat dan melihat ternyata suara itu berasal dari ponsel Aaro yang terus berbunyi karena ada panggilan masuk. Panggilan itu berhenti beberapa saat sebelum kembali berdering nyaring.

Zahra bimbang, haruskah ia mengangkat panggilan itu atau tidak usah sama sekali. Ia melihat nama yang tertera di layar untuk melihat siapa yang menghubungi tanpa menyentuh ponsel itu-My Half. Entah mengapa nama yang tertera di layar ponsel itu mengusik perasaannya.

Setelah tiga kali berhenti dan kembali berdering, akhirnya Zahra memutuskan untuk menerima panggilan itu. Siapa tahu penting, pikirnya.

Zahra mengambil ponsel Aaro dan menggeser layar untuk menerima panggilan. Belum sempat dirinya berkata 'halo', suara perempuan dari arah seberang sudah memberondong dengan berbagai pertanyaan.

"Kak, benar Kakak sudah menikah? Kenapa tidak memberitahu Lee, kenapa?!"

"Ehh ... maaf, Aaro sedang di bawah." Zahra memotong pertanyaan gadis di seberangnya.

"Ohh, kalau begitu ini dengan siapa?!"

"A-aku ...." Zahra berpikir sejenak karena bingung harus menjawab bagaimana. Ia belum berunding dengan Aaro mengenai status mereka saat ini apakah boleh disebar atau antara mereka saja. "Aku bukan siapa-siapa," gumamnya pelan. Ia memilih jawaban yang aman daripada salah bicara. Dalam hatinya pun merasa setengah menyesal karena sudah lancang mengangkat panggilan itu karena sepertinya, lawan bicaranya adalah orang begitu dekat dengan Aaro dilihat dari caranya bertanya dan berbicara.

Terjebak Cinta Aaro (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang