"Ssstt, Lum!" bisik gue ke Calum.
"Calum ih"
"Caaaalll"
"Calum!" mampus. Ga sengaja teriak. Calum sih, budek banget.
"Kenapa teriak-teriak, Olivia?" tanya Pak Junaedi dengan muka sangar. Eh, ga deng. Kan emang mukanya sangar setiap saat. Ga pernah senyum. Makanya cepet tua.
"Itu pak, si Calum!"
"LAH APAAN KOK GUE?!" Calum melotot. Halah, sok-sokan melotot law. Giliran ketawa, aja, itu mata udah kayak bentuk clurit.
"Calum, Olivia, maju ke depan!" bentak Pak Junaedi.
"Lo sih, Liv!"
"Abisnya lo budek banget!"
"Ya kan emang ga kedengeran!"
"Ya udah lo budek!"
"UDAH UDAH! KALIAN BERDUA KELUAR!" teriak Pak Junaedi. Teriak-teriak mulu. Pita suara lo putus aja tau rasa.
"Apa sih pak kok keluar?!" mampus gue keceplosan.
"Nada bicara kamu dijaga ya! Ga sopan banget kamu ini"
"Bapak juga tadi teriak-teriak, ga sopan banget pak" bales gue enteng. Bodoamat deh. Kesel banget gue sama si botak.
"PULANG SEKOLAH TEMUI SAYA DIRUANG BK!"
BRAKKK!!!
Apaan sih. Pake banting pintu segala. Emang kalo pintunya rusak mau ganti?
"Gila gila gila liiiiv, berani banget lo sama si botak" kata Calum.
"Tau ah, kantin yuk!" ajak gue ke Calum.
Line!
louis : woy
louis : liv
louis : liverolivia : lo kira gue penyakit
louis : tau ga
olivia : engga
louis : ternyata 3 buah milkita setara dengan segelas susu
olivia : ya serah
"Liv ayo, jadi ga?" tanya Calum.
"Jadi apaan?"
"Jadi jadian. Yuk jadian!" Asal banget emang nih orang kalo ngomong.
"Ya engga lah. Kantin, jadi ga?" tanya Calum sekali lagi.
"Oh, hehehe, yuk jadi!"
🌤🌤🌤🌤
chapter tergaring sepanjang masa.
