Senja dan Sepotong Kisah Manis Bersama Hujan
[1.1]=SANDARA=
Mobil sedan berwarna hitam itu meluncur dengan kecepatan dibawah rata-rata. Ikut berdesakan dengan kendaraan lainnya yang saling membunyikan klakson. Seakan tidak peduli dengan pengendara lain, mereka berusaha dahulu mendahului. Tujuan mereka semua sama, yaitu mengejar waktu yang sejatinya akan terus berjalan, tidak akan berhenti apalagi berbalik kembali.
Seorang laki-laki berkulit putih dengan sedikit jenggot tipis di janggut nya ambil suara, memecah keheningan dalam mobil.
"MasyaAllah, kalau begini terus, sih, dunia akan semakin memanas dengan cepat. Wong setiap pagi kayak gini, "
Gadis dengan seragam warna putih abu-abu, jilbab lebar lengkap dengan cadar warna putih yang duduk di samping laki-laki itu menengok, lalu menutup mushaf nya yang berwarna merah hati.
"Ya mau bagaimana lagi, Mas? Namanya juga di kota. Gak ada yang bisa merubah kondisi ini kecuali kalau seluruh penduduk kota ini dipindahkan ke Palestina buat bantu memerangi rezim Israel, "
"Iya, memang. Tapi, kan, harusnya mereka gak perlu over seperti itu. Saling balap-balapan, memenuhi ruang atmosfer dengan asap kendaraan mereka yang membuat paru-paru sakit, juga suara mesin yang menderu-deru dan klakson yang memekakkan telinga. "
"Kalau menurut Dara, mereka semua sebenarnya enggan untuk melakukan hal seperti itu, Mas. Tapi karena kondisi dan situasi, jadi, ya, mereka harus melakukan itu. Mas Haris bilang gitu karna Mas Haris gak merasakan jadi mereka. "
"Eh, ini Mas Haris lagi ikut berdesakan seperti mereka semua, loh, Ra, kenapa kamu bilang begitu? "
"Iya, meskipun sama berdesakan, tapi kasusnya tetap beda. Mas Haris cuma nganterin Dara ke sekolah. Bukan untuk kerja seperti mereka, "
Gadis yang menyebut dirinya Dara itu merapikan cadar nya sambil menambahi, "Mas Haris kudu bener-bener bersyukur, punya klinik sendiri yang semisal telat gak ada yang hukum, juga dekat. Jalan kaki juga sampai. "
Haris terkekeh pelan, "Hehe, syukran katsiran, ya ukhti saghir [1], sudah mengingatkan Mas, "
"Laa syukran 'alal wajib, [2]"
Haris menepikan mobilnya di depan gerbang sekolah. "Belajar yang sungguh-sungguh, kuatkan hatimu, dan jangan lupa untuk meluruskan kembali niatmu dalam menuntut ilmu karena Allah semata, " Ucapnya sambil mengelus puncak kepala Dara dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya dicium oleh adiknya.
"Iya, Mas, insyaAllah. Assalamu'alaikum warahmatullah, "
"Wa'alaikumussalam warahmatullah.. "
🎊
Dara memasukkan ranselnya ke dalam laci meja. Di luar kelas tampak ramai. Para siswa berduyun-duyun memadati koridor sekolah. Berisik.
"Dew di luar ada apa, sih? "
Gadis yang duduk di samping Dara menoleh. Meletakkan handphone nya di atas meja setelah mem-pause video oppa oppa ganteng kesayangannya.
"Itu, Si Salwa, nembak Barata. Kakak kelas kita yang mirip Sehun. Tahu, kan? "
"Enggak. Cuma kayaknya aku pernah dengar namanya. Tapi lupa dimana, " Jawab Dara sekenanya. Ia memang tidak terlalu tertarik dengan hal semacam itu. Buat apa pacaran, kalau mudzorot nya lebih besar daripada manfaat? Begitu tutur Dara.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANDARA
EspiritualDalam kondisi dunia yang seperti ini, pastinya, berusaha tetap berada di jalan yang lurus itu tidaklah mudah. Banyak sekali godaan syaitan yang terkutuk itu. Manusia semakin pintar, setan pun semakin gencar membisikkan kejahatan kepada manusia. Jad...