Semua Manusia itu Diuji

28 4 1
                                    

Semua Manusia itu Diuji
[1.2]





=SANDARA=

Lampu warna-warni yang menyala bergantian, suara musik yang diputar dengan keras, ditambah bau alkohol yang menguar dimana-mana, adalah tempat yang Bara tuju. Ia menjadi salah satu bartender di tempat itu.

Lahir ditengah-tengah keluarga yang minim pengetahuan agama membuatnya hidup seperti orang barat. Bebas. Tidak ada larangan apapun, asal tidak mencoret nama baik Atmaja. Hanya itu. Perkara dosa bukanlah hal penting bagi mereka. Karena hal yang penting menurut mereka adalah harta. Di dunia ini, uang adalah segala-galanya. Jabatan, kenikmatan hidup, pamor, kekuasaan, semuanya bisa dibeli dengan uang.

Tapi Bara tidak memandang harta sebagai kuasa tertinggi. Karena ia melihat dengan kedua mata kepalanya sendiri, bahwa ternyata, uang yang menghancurkan segalanya.  Mungkin kenikmatan hidup memang bisa dibeli dengan uang, tapi kebahagiaan? Tidak. Tidak bisa dibeli dengan apapun, kecuali dengan waktu dan perasaan.

Malam ini klub tampak sedikit ramai. Hans, teman Bara yang juga seorang bartender itu terlihat sibuk meladeni para pengunjung yang meminta wine. Sebetulnya, kebanyakan adalah gadis berpakaian serba mini yang memenuhi meja bartender. Pastinya, hanya untuk menikmati setiap jengkal wajah tampan milik Hans.

Setelah memakai seragam kerja, Bara segera bergabung dengan Hans. Ikut meladeni pesanan pengunjung malam ini.

"Ck! Lo kenapa baru datang, sih, Ra? Sumpah, gue capek ngurusin para cecurut yang pada godain gue, " Hans mengelap keringatnya dengan tisu.

"Sorry, malahan gue lupa kalau ada kerja, "

"Hah! Jarjit, lo! "

Bara tidak menanggapi umpatan Hans, ia sedang sibuk memberikan botol wine untuk pengantre terakhir.

"Thank you, handsome, " Ucap seorang gadis sambil mengedipkan matanya manja, tangan kanannya menerima botol wine yang disodorkan Bara, sedang tangan kirinya ia gunakan untuk mencolek dagu Bara.

Bara tak acuh dengan perlakuan gadis itu. Meski sedikit risih, tapi ia tidak menunjukkan nya di depan gadis itu.

Kini musik diputar semakin keras dengan nada ya g membuat para pengunjung turun dari kursinya untuk bergerak. Menggoyangkan tubuh mereka.

Handphone Bara berdering, ada nomor tidak dikenal yang meneleponnya.

"Halo? "

"Bara, ibumu masuk rumah sakit, "

"Baik, saya segera datang, "

Tuut, tuut, tuut..

Bara tergesa memasukkan handphone nya ke dalam saku celana nya. Ia menyambar jaketnya terburu, "Gue pulang dulu. Tolong ijinin sama Bos. Nyokap gue masuk rumah sakit, "

Tidak menunggu respon Hans, ia melangkah lebar-lebar menuju parkiran. Mengeluarkan mobil dari parking area, kemudian menjalankan mobilnya dengan cepat. Membelah malam yang gelap dengan segala rahasianya.

Keringat sebesar jagung menetes dari dahi Bara yang putih, tangannya sedikit gemetar memegang stir, hatinya kembali merasakan sakit.

"Jangan, ku mohon jangan, Tuhan. Aku tidak ingin kehilangan untuk kedua kalinya, "

👟👟

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 12, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SANDARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang