Senja dan Sepotong Kisah Manis Bersama Hujan

32 6 5
                                    


Senja dan Sepotong Kisah Manis Bersama Hujan
[1.2]

=SANDARA=

Ada pelajaran penting yang diajarkan hujan. Dia meniti jalan yang panjang dan lama hanya untuk jatuh. Tapi tidak pernah benci dengan takdirnya. Karena ia sadar, perjuangan dan pengorbanannya tidak akan pernah sia-sia. Lihat saja, bagaimana namanya di elu-elukan sebagai sumber kehidupan makhluk hidup, bagaimana namanya di elu-elukan oleh para puitis dan para penulis. Meski tidak semua kisah yang menceritakan tentang dia itu indah. Tidak apa. Dia tidak pernah marah. Seperti sore ini, namanya tersebut dalam syukur Sandara.

"Alhamdulillah 'ala kulli haal, allahumma shayyiban naafi'aan.. "

Dara mendongak. Menatap rintik hujan yang semakin deras menghantam bumi. Ia tersenyum simpul dibalik cadar nya. Entah karena apa, ia begitu menyukai hujan. Meskipun ia tidak, ah mungkin belum dapat menyebut sebuah kenangan manis sebagai sebab mengapa ia suka hujan. Hanya saja, hatinya terasa hangat tiap menatap hujan.

Handphone Dara berbunyi di saku rok nya. Sebuah pesan dari Haris tertampang di sana.

'Assalamu'alaikum, Dara. Maaf, ada pasien mendadak. Kalau kamu masih sabar nungguin Mas, insyaAllah lima belas menit lagi Mas berangkat jemput kamu. Atau kalau enggak, pesan taksi online saja. Nanti Mas Haris yang bayar, '

Beginilah nasib adik dari seorang dokter. Apapun jadi nomor dua kalau sudah menyangkut pasien.

Dara menarik napas, kemudian mengetikkan balasan untuk Haris.

'Wa'alaikumussalam, iya gak apa-apa. Dara nunggu Mas Haris aja. '

Dara memasangkan headset dikedua telinganya. Mendengarkan murattal Al-Qur'an sambil menatap kendaraan yang berlalu-lalang di depan halte tempat ia menunggu Haris.

Sebuah mobil berwarna putih berhenti di depan halte. Lalu kaca mobil itu diturunkan, menampilkan sosok pemuda yang membuat pipi Dara merona tanpa sebab.

"Dara, kok masih di sini? "

Dara mengambil napas banyak-banyak guna menormalkan jantungnya yang mulai palpitasi.

"Iya, Kak Fatih. Mas Haris ada pasien, "

"Oh gitu, " Jawab Fatih setelah itu keluar dari mobilnya dan berlari menerobos hujan. Menuju halte.

"Aku tungguin sampai Mas Haris jemput, ya, "

"E, tapi-"

"Maaf, Ra. Aku tahu, berkhalwat memang dilarang oleh Allahu Jalla wa 'Ala. Tapi coba kamu lihat, hari sudah sore dan tempat ini sangat sepi. Aku nggak berniat apa-apain kamu, kok, Ra." Jelas Fatih. Pastinya tanpa menatap lawan bicara yang sedang menundukkan kepalanya dalam-dalam.

"Ya sudah. Allahu a'lam."

Sebenarnya membiarkan Sandara berdua dengan Fatih bukanlah hal yang tepat. Bagaimana mungkin seseorang bisa menghindari khayalan-khayalan manis bersama seseorang yang dikagumi, sedang mereka tengah berada di tempat yang sama, waktu yang sama, dan ditambah lagi, dibawah guyuran hujan diwaktu sore. Waktu-waktu yang biasanya mengisahkan kisah romantis bersama kekasih hati.

Sandara merapalkan istighfar berkali-kali. Memohon maaf kepada Allah bahwa sore ini dia berkhalwat dengan seorang pemuda yang terkadang, tanpa ia sadari sering menyebutnya dalam sujud terakhirnya di sepertiga malam.

"Astagfirullah, astaghfirullah.. "

Dering ponsel Dara memecah keheningan antara mereka berdua. Sebuah pesan dari Haris masuk ke dalam ponselnya.

'Maaf, Ra. Mas gak bisa jemput. Kondisi pasien tambah parah. Kamu naik taksi online saja, ya '

Membaca itu, Dara menghela napas pasrah. Sebenarnya ia sangat ingin marah dengan Mas nya itu. Tapi mengingat bahwa Rasulullah pernah bersabda jika sesungguhnya surga akan diberikan untuk orang-orang yang bisa menahan emosinya, juga mengingat bahwa Haris berhalangan menjemputnya karena sedang berusaha menolong nyawa manusia.

"Kenapa, Ra? "

"Mas Haris gak bisa jemput, Kak. Kondisi pasien tambah parah, "

"Terus kamu mau gimana? "

"Aku naik taksi online saja, Kak. Udah aku pesan, sebentar lagi sampai. "

Tidak lama setelah itu, taksi yang sudah Dara pesan datang. Fatih berdiri, mengikuti langkah Dara yang mendekati mobil. Lalu bercakap-cakap sebentar dengan sopir.

"Hati-hati, Ra. Maaf tidak bisa mengantarkan kamu. Taksinya sudah ku bayarkan, ya, "

"MasyaAllah, syukran katsir, Kak. Terimakasih sudah menemani Dara. Dara duluan. Ma'a assalaamah, assalamu'alaikum, "

"Fii amanillah, wa'alaikumussalam, "

Dara tidak bisa menyembunyikan perasaan bahagianya. Bahagia tatkala ia tahu bagaimana Fatih menjaga kehormatan nya sebagai seorang wanita muslimah.

Lubuk hatinya berbisik lirih, menyebut dia sebagai tujuan atas pengharapannya.

'Allah, bolehkah aku meminta, jika dia sosok yang baik untukku, maka bolehlah kiranya Engkau menjadikan ia takdir terbaikku di masa depan,'

Kini ia menyadari bahwa hujannya semakin membuatnya bahagia. Ada kisah manis bersama hujan dan senja.

"Subhanallah wal hamdulilah wa laa ilaaha illallaah wallahu akbar. "

=SANDARA=









Duh, jangan-jangan Fatih juga suka sama Dara, nih? Menurut kalian gimana, para readers?

Voment yuk

Berarti banget buat aku

Aku tanpa kalian itu apa? Bagaikan remahan kerupuk

SANDARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang