Prolog

69 11 4
                                    

Dia berbeda, tak serupa dengan yang kubayangkan, tak seburuk yang kukira, dan cukup baik dibanding yang kubayangkan.

Dia seorang laki-laki, berperawakan tinggi, berkumis tipis, berambut pendek, sedikit berotot, dan mendekati ideal, ditambah lagi dengan wajahnya yang, seperti familier bagi beberapa orang, termasuk aku. Entah kapan dan di mana kita bertemu, tetapi wajahnya seolah-olah familier sekali di kehidupanku, tak tahu kehidupan yang lalu atau masa depan, namun rasanya kuingin dia ada di kehidupan masa depanku, bukan hanya ada, tapi bersamaku.

Dia terlihat sempurna walaupun tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, tak tahu perasaanku saja atau mungkin memang itu yang dirasa banyak orang juga, dia atlet, atlet pertama yang kukenal, orang pertama yang kulihat, dan orang pertama yang kuperhatikan, bukan tanpa alasan, satu alasannya, yaitu karena dia berbeda dengan yang lain.

Dia terlihat bahagia, ceria, gembira, dan terlihat tak ada kesedihan sedikitpun padanya, kukira memang benar, tapi perkiraanku salah, itu pun membuatku semakin penasaran olehnya. Memang benar, 'berawal dari penasaran menjadi rasa' dan selayaknya lagu Vadie Akbar yang berjudul Tanya Jadi Rasa.

Tatap-penasaran-mencari tahu-rasa, hanya dua akhirnya, rasa yang terbalaskan atau rasa yang tak terbalas.

Cerita baru semoga lancar sampai tamat, jangan lupa vote, comment, and share yaa. Makasih

Barra #2017Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang