3. Iri padamu

11 3 0
                                    

"Bian?"

Aria masuk tanpa permisi ke kamar kembarannya. Dia tidak melihat Bianca di ruangan ini, mungkin sedang berada di balkon kamarnya dan sibuk dengan ponselnya dan teman-temannya. Ariana mendesah kasar lalu berjalan kembali ke kamarnya yang ada disebelah ruangan ini.

Langkahnya terasa berat, dia ingin mengatakan sesuatu pada Bianca tapi terlalu takut untuk membicarakannya. Pengecut! Itulah dia pikirkan tentang dirinya sendiri.

'Ceklek' pintu itu telah dibuka. Ariana disambut dengan hangat oleh kamar bernuansa biru laut yang menenangkan.

Dia menghempaskan tubuhnya kasar ke tempat tidur. Dia benar-benar tidak suka dirinya yang seperti ini. Selalu merasa iri pada Bianca yang punya banyak teman dan bisa menghabiskan banyak waktu bersama mereka. dia iri karna Bianca punya segalanya yang menjadi impiannya sejak dulu.

Bianca mempunyai bakat alami di bidang tarik suara, dia juga punya banyak teman dan dia juga mempunyai kemampuan bela diri yang hebat. Ariana sering mengkhayal dia akan seperti kembarannya itu. Tapi sayang tubuhnya lebih lemah ketimbang Bianca. Dia juga di-cap sebagai 'sang dewi segalanya' hingga tidak ada yang mau berteman dengannya, tapi lihat Bianca! Awalnya Ariana muda berpikir bahwa mereka iri karena Ariana cantik sedangkan mereka biasa-biasa saja. Tapi lihat Bianca! Dia bahkan dengan mudah mendapat teman padahal wajahnya juga cantik.

Jujur saja Ariana iri pada Bianca. Sifatnya yang tenang dan pandai mengendalikan diri itu membuatnya kagum dan malu sendiri. Apa yang kurang dari dirinya? Dia hanya butuh teman, itu saja! Walaupun kembarannya itu selalu ada saat dia membutuhkannya tapi tetap saja.. dia merasa nilai sosialnya big zero.

"Kalau saja aku punya teman seperti Lacey dan Seika yang selalu menghabiskan waktu bersama dengan Bian.. aku mau seperti mereka." gumam Ariana pada dirinya sendiri sembari memainkan ujung bantalnya.

"Aria! Tadi kau mencari-ku ya?" tanya Bianca yang kepalanya tiba-tiba muncul di ambang pintu kamar sang dewi Aphrodite.

"Hmm,"

Bianca terkekeh pelan lalu masuk ke kamar Aria.

Bian memposisikan dirinya duduk di tepi ranjang Aria. Melirik kakaknya yang sedang sibuk dengan film di laptopnya.

"Aku sudah disini, jadi apa yang mau kau bicarakan?" tanya Bianca setelah hampir lima menit menunggu Aria berbicara.

Aria tampak menutup laptopnya dan langsung berbalik menatap mata kembarannya.

"Aku bosaan!! Ayo pergi!" ajak Aria.

Alis Bianca tertaut, bukannya dia tidak mau! Tapi apa dia tidak melihat ini jam berapa? Ayah mereka yang sangat taat pada jam malam itu akan mengamuk dan mengurung mereka berdua dikamar seperti yang lalu-lalu.

"Tidak, Ariana Aphrodite! Aku tidak mau di hukum ayah lagi karna kelakuanmu, oke!"

Ariana yang tadi bersemangat lalu mendadak tak berdaya lagi dan akhirnya memilih terkapar di atas tempat tidur kembali.

"huft.. Aku sangat bosan di rumah terus. Apa kau tidak bosan?!" gelengan kepala Bianca membuatnya tambah bosan dan semuanya jadi tampak membosankan.

Sifat penurut inilah yang ayahnya sukai dari Bianca. Menurut ayah mereka, Bianca adalah anak yang penurut dan tidak banyak membantah, persis seperti yang dia inginkan. Hanya saja ada satu hal yang tidak pernah Bianca turuti dari ayah mereka yaitu gaya berpakaian, selain itu seorang Bianca Andromeda Ivergard pasti akan menurut. Sangat tipe anak idaman sekali. Itu yang membuat Ariana iri kepada Bianca. ketika sang Ratu Andromeda tidak ada, ayah mereka akan selalu membanggakan Bianca dan segala sifat yang diinginkan ayahnya dalam diri Bianca dan apa yang dia miliki sebagai seorang Ariana Aphrodite Ivergard.

Bianca sudah sibuk lagi dengan ponselnya, Ariana bingung sendiri. Kenapa saudari kandunganya itu lebih memilih ponsel saat ada dia berada dihadapan matanya sendiri.

"Kau mau mengabaikan kakakmu sendiri, Bian?" sedikit nada sarkasme itu membuat kepala Bianca kembali terarah padanya.

"Apa?" heran Bian. Kakaknya yang satu ini sangat membuatnya bingung. Dia dikacangin selama beberapa menit dan Bianca tidak boleh membalasnya.. Sister Compleks tingkat akut!!

"Hei, nona Ivergard. katakan padaku tadi kau bilang apa pada Gavin!"

Kedua netra berbeda warna itu menunjukkan sorot mata yang kontras, yang satu penuh dengan kobaran api semangat dan yang satunya tersorot hawa dingin yang seketika membuat keadaan sekitarnya seakan berhenti, membeku.

"Ke-kenapa kau bahas dia lagi?" bukannya menjawab, kini Bianca malah mengembalikan pertanyaan ke Aria.

Aria melemparkan bantal ke wajah Bian namun dengan mudah ditangkisnya.

"Aku hanya penasaran. Kau sudah setahun berteman dengannya dan aku baru tau kalau kau tahan dengan sifatnya yang kekanakan dan Posesif menjijikkan itu! Aku saja yang baru satu bulan sudah tidak kuat, aku tidak bisa membayangkan bagaimana sabarnya dirimu." Ariana.. ya, dia seperti itu. Sosok bebas dan tidak mau dikekang oleh siapapun, berbuat semaunya dan melakukan semuanya sesuai apa yang dia inginkan.

Bianca mengendikkan bahunya. Sosok Bianca yang terlihat sedikit tomboy namun sebenarnya bahkan lebih sopan dari Ariana menurut gadis bermanik amber itu membuat semuanya tampak serba salah. Dia ingin tahu bagaimana reaksi Bianca saat bertatap muka dengan Gavin lagi, tapi di satu sisi dia juga bersalah karena Ariana tau.. dia telah merusak hubungan Kembarannya dan itu baru dia ketahui dua minggu yang lalu.

Tubuh Bianca digoncangkan Ariana, bahkan tangannya terpaksa harus mencengkeram lengan Ariana kuat agar keseimbangannya tetap terjaga. "Biaaann!!" sudah Bianca duga Ariana akan merengek.

"Baik-baik! Aku ceritakan tapi hentikan ini Aria!!" Ariana dengan wajah sumringah memasang telinga dengan baik. Dia siap mendengar cerita dari Bianca yang tidak pandai berbohong dihadapannya itu.

"Cepatlah!" desak Ariana. Bianca mulai risih dan akhirnya menghembuskan nafas sebelum membuka mulutnya untuk bercerita.

"Aku dan Gavin hanya saling menyapa sejenak lalu aku pergi. Hanya itu," jawab Bianca. Ariana melotot, cerita Bianca bahkan tidak sampai satu paragraf! Hanya satu baris!!

"Itu bukan cerita, Bianca Andromeda!!" Bianca hanya menyeringai jail.

"Karna tidak ada yang lainnya. Hanya itu, puas? Tentu saja kau harus puas dengan cerita itu! Sekian. Daah~" Bianca dengan sigap langsung turun dari tempat tidur dan berlari keluar kamar Ariana sebelum gadis sulung Ivergard itu..

"BIANCAA!!!" berteriak..

Ariana sudah menduganya. Kepribadian Bianca yang lebih tertutup pada apapun masalah pribadinya itu membuat Ariana jengkel sendiri.

Pemilik manik kelerang amber itu tidak menyukai Gavin dan hanya membuatnya sebagai koleksi itu sudah pasti, tapi dia tidak tau.. kalau Gavin Enderson adalah orang yang telah mencuri hati adiknya sendiri, itulah yang memotivasi Ariana untuk membuat laki-laki itu lepas darinya.

"Aku iri padamu, Bianca.." gumam Ariana pelan sembari menatap pintu kamarnya yang tertutup.

"Aku iri pada sosok ratu Andromeda yang ada pada dirimu."

work_st�4�I��

Main CharacterWhere stories live. Discover now