Gadis berambut coklat kemerahan itu duduk sembari menopangkan dagunya pada tangan kirinya sedangkan tangan kanannya sibuk memainkan ponselnya. Tampak tak perduli dengan kedua temannya yang sibuk bergosip duduk tepat diseberangnya.
"Ada apa, Bian? Kau tampak tak bersemangat hari ini." cletuk teman gadis yang dipanggil Bian, dia memiliki wajah bulat dengan pipi chuby, bermata lebar dan beriris mata biru dan nampak proporsional di wajah cantiknya yang terbingkai poni rambut berwarna pirang.
"Tidak ada. Hanya sedang malas saja." jawab Bian santai, namun orang ketiga di meja lingkar itu paham kalau ada sesuatu yang disembunyikan Bian.
"Jangan berbohong, kau tau kau tidak pernah bisa berbohong dariku, Bianca,"
Bianca tersenyum samar. "Ya, aku memang sudah hampir tujuh tahun tidak pernah bisa berbohong didepanmu, Seika," Binca menghembuskan nafas pelan lalu menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.
Perempuan berambut coklat lurus dan beriris mata coklat khas Asia itu menatap iris mata hazel milik Bianca dengan penuh rasa ingin tahu yang besar, sama halnya dengan gadis pirang disebelahnya.
"Aku mengalah lagi, sekarang Gavin." jawab Bianca karena risih dengan tatapan ingin tahu kedua temannya.
Si pirang menganga dengan tidak elite-nya, mungkin saking terkejutnya.
"KAU MENGALAH PADA ARIANA LAGI!! KAU MEMBIARKAN GAVIN BERSAMA ARIANA!!"
"Lacey, bisakah kau turunkan satu oktaf saja suaramu? Telingaku bisa tuli kalau kau berteriak sekeras itu lagi," gerutu Seika.
Tatapan mata dari Lacey ke Seika memberi kode pada Bianca kalau sebentar lagi akan ada hal yang membuatnya harus pergi ke dokter THT jika dia tidak segera pergi.
"Terserahlah, aku pulang dulu." cletuk bianca karena sepertinya perang dunia ketiga akan dimulai setelah ini. Dia harus menyelamatkan diri sebelum harus memilih satu dari kedua kubu. Kubu Lacey atau kubu Seika.
"HEI! BIANCA IVERGARD, JANGAN KABUR! KAU BELUM MENJELASKAN APAPUN PADA KAMI!!" terlambat! Bianca sudah terlanjur kabur dari TKP.
Gadis bernama lengkap Bianca Andromeda Ivergard itu berjalan menuju motor matic-nya yang masih terparkir manis di Basement kampus.
'Tep' tepukan pada bahunya membuat Bianca terkejut dan spontan membalikkan tubuhnya.
"Bian, aku lelah mencarimu! Ternyata kau ada disini!" gerutu perempuan yang tadi menepuk pundaknya.
Jika dilihat lebih seksama mereka memiliki kemiripan 75 persen. Dia adalah kakak kembaran Bianca, Ariana Aphrodite Ivergard.
Mereka berdua sama-sama memiliki bentuk wajah oval telur dan sama-sama memiliki tinggi badan 165 cm, bentuk tubuh mereka berdua-pun sama. Yang membedakan hanya warna mata keduanya. Warna mata Ariana adalah amber, sedangkan Bianca hazel.
"Tumben kau mencariku, ada apa?" tanya Bianca dengan nada santai namun tetap terdengar kalau dia penasaran.
"Aku pulang pakai motormu, kau naik mobilku ya!" tentu saja ucapan Ariana membuat Bianca menaikkan sebelah alisnya.
Kembarannya yang satu itu selalu pergi menggunakan mobil FIAT 500L Thalassa putih miliknya, kenapa dia memilih pulang naik motor daripada menaiki mobil hadiah dari kakek mereka itu?
"Owh, ayolah Bian! Aku harus lolos dari Gavin! Dia menungguku tepat didepan mobilku!" Ariana semakin mendesaknya, ini juga aneh menurut Bianca.
"Aria, bisakah kau pelan-pelan sedikit? Aku tidak bisa memahami satu katapun dari bahasa planetmu itu!"

YOU ARE READING
Main Character
Novela JuvenilBagaimana rasanya hidup di dalam bayang-bayang saudari-mu sendiri? terjebak dalam situasi 'hidup' untuk melindungi saudarinya dan 'mati' untuk menjaga nyawa saudarinya tetap hidup. Bianca Ivergard, dia-lah orang yang harus selalu hidup untuk saudari...