Chapter 1 - The Beginning

7.7K 704 45
                                    

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Di dasar Sungai Nil, ada lapisan lumpur yang terbentuk dari air yang bergejolak dengan cepat dan memercikkan buih-buih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Di dasar Sungai Nil, ada lapisan lumpur yang terbentuk dari air yang bergejolak dengan cepat dan memercikkan buih-buih. Dalam kekacauan dan kegelapan yang ada terbentuklah seorang laki-laki. Pria tua berkulit cokelat itu memiliki tubuh seperti manusia layaknya dan berjanggut hitam.

Dia berjalan keluar dari dalam air dan menuju dataran. Manik hitam pria itu melihat sekitar. Sepi. Tidak ada siapapun. Atum menjejakkan kakinya yang telanjang di atas tanah yang lembab dan terus melangkah. Pria itu mendongak dan mengamati langit biru dengan ekspresi kagum.

Udara hangat Bulan Desember berembus lembut untuk menyapa sang dewa yang pertama kali tercipta. Pria itu tiba-tiba merasakan gatal pada lubang hidungnya dan bersin seketika.

Mata Atum melebar. Dari air ludahnya tiba-tiba terbentuk sepasang dewa. Perempuan yang berasal dari air dan laki-laki yang bersumber dari udara.

Senyum bahagia terbentuk pada wajah pria tua itu. Dia memiliki keturunan, teman, dan tidak lagi sendirian.

"Shu," ucap Atum menunjuk ke arah anak laki-lakinya yang memiliki wajah serupa. Namun, lebih muda dari Dewa Pencipta.

Shu menunduk dan mengamati tubuhnya lalu melihat ke arah pria yang baru saja memanggilnya. Manik hitamnya menunjukkan ekspresi kebingungan.  Tiba-tiba angin berputar mengelilingi laki-laki muda itu sebelum menghilang ke langit.

"Shu." Atum kembali menyebut nama pemuda setinggi 180 cm itu dengan menyeringai lebar. "Shu, Dewa Udara."

"Shu." Suara seorang perempuan membuat mereka berdua menoleh. Putri pertama Atum melihat keluarganya dengan tatapan penuh ingin tahu.

Mata Atum melembut mengamati anak keduanya yang berwajah singa betina. Perempuan berkulit kuning itu mendongak ke atas dan menengadahkan telapak tangan. Air hujan turun seketika.

Putri Atum refleks menutup mata saat butiran air jatuh menetes di atas kening. Dia tanpa sadar menurunkan tangan dan hujan berhenti seketika.

"Tefnut, Dewi Hujan," ucap Atum dengan rasa bangga. Dia memiliki sepasang anak yang luar biasa hebat.

Shu dan Tefnut saling menatap sebelum perhatian  menoleh kepada dewa yang menciptakan mereka. Atum menunjuk dirinya sendiri dengan ibu jari kanan. "Atum, Dewa Pencipta. Ayah kalian."

Shu tiba-tiba tertawa kecil. Manik hitamnya berbinar jenaka. "Atum."

Udara bergerak pelan mempermainkan rambut mereka bertiga sesuai dengan perasaan hati Shu. Tefnut menoleh ke arah saudara kembarnya dan tersenyum. Dia menyukai suara tawa Shu.

Atum menghela napas lega. Dewa Pencipta merasa bahagia. Kedua anaknya memiliki kepribadian yang ramah dan manis.

Suara menderu terdengar sayup-sayup. Atum memutar tubuh dan melihat hamparan pasir cokelat keemasan yang letaknya cukup jauh dari tempat mereka berdiri. Rasa penasaran mengisi hati Dewa Pencipta. "Aku akan melihat ke sana. Kalian tunggu di sini."

Tefnut mencoba ikut melangkah untuk mengekor ayahnya. Namun, Atum menoleh melalui bahu dan menggelengkan kepala. "Jangan. Aku harus memeriksa. Kau tunggu di sini bersama Shu."

Gadis berkepala singa itu menghentikan langkah. Namun, manik hitamnya menunjukkan rasa takut. Dia tidak mengenal tempat ini. Dirinya bahkan baru saja diciptakan!

Tiba-tiba sentuhan lembut pada lengan kanan dirasakan oleh Tefnut. Dewi Hujan menengok dan perempuan muda itu melihat saudaranya tersenyum menenangkan.

"Tefnut, ada aku." Pemuda itu mengaitkan jemari tangan mereka. "Jangan takut."

Debar jantung Tefnut melambat. Gadis itu akhirnya membiarkan ayah mereka untuk pergi melihat dunia baru.

Manik hitam Shu mengamati salah satu pohon berbatang kurus yang tidak jauh dari mereka. Pemuda itu tiba-tiba tersenyum kecil. Sebuah ide terbentuk pada benaknya.

"Tefnut, lihat," ucap Dewa Angin menarik pelan jemari saudarinya. Gadis itu menoleh ketika Shu mengembuskan udara dari mulut ke arah dedaunan yang berada di puncak pohon.

Suara gemeresak lembut masuk ke dalam pendengaran Dewi Hujan. Mata Tefnut melebar sesaat ketika pohon itu bergoyang seakan sedang menari.

Shu mencuri pandang ke arah saudarinya untuk mengetahui reaksi gadis itu. Tidak berapa lama Tefnut tertawa kecil. Dia menyukai apa yang telah dirinya lihat.

Pemuda itu menyeringai. Suara tawa saudarinya terdengar menyenangkan. Tiba-tiba mata Dewi Kelembaban melihat sosok seekor binatang berukuran kecil hitam  yang berjalan menyusuri tanah cokelat lembab yang tertutup oleh rerumputan hijau.

"Shu, lihat," ucap Tefnut dengan ekspresi tertarik. Hewan bermata hijau yang sedang melintas menoleh ke arah mereka dan mengeong seakan meminta perhatian.

Rasa penasaran juga mengisi hati Dewa Udara. Pemuda itu perlahan mengembuskan angin untuk membelai bulu abu-abu kucing itu dari jauh. Suara dengkuran nikmat terdengar dari sang binatang yang merunduk dan menutup mata sejenak sebelum kembali berjalan.

Tefnut kembali tertawa. Tanpa sadar mereka melangkah untuk mengikuti hewan berkaki empat itu dan semakin menjauh dari tepi sungai.

*****

Atum menjejakkan sepasang kakinya ke hamparan pasir hangat yang menyebar di sekitar. Pria itu sibuk menamai jenis binatang dan tumbuhan yang ada di sekitarnya.

"Kurma," ucap Dewa Pencipta menunjuk pohon berbatang kurus. Lalu matanya beralih ke arah seekor binatang cukup besar yang bagian kepalanya tertutup surai. "Singa."

Pria itu menghabiskan banyak waktu hingga terang langit semakin redup. Atum menghela napas ketika suara kaok burung mengisi keheningan di sekitarnya. Sudah waktunya dia kembali untuk menemui anak-anaknya.

Dirinya telah menemukan tempat yang nyaman dan berniat membawa putra dan putrinya untuk menetap di tempat itu.

Pembaca yang baik hati, tolong tekan tanda bintang.^^

[ Karena penulis memiliki banyak tugas yang harus diselesaikan, Mitologi Mesir akan sangat slow update. Mohon sabar menunggu ]

6 April 2018

Wulan Benitobonita





Dewa-Dewi Mesir [ Buku 1 The Egypt Mythology Series ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang