"Air mata"

1K 72 2
                                        

Pagi-pagi sepertinya ini. Enaknya mendapat ciuman lembut dikening. Mendapat pujian indah dari kedua orang tua. Namun,tidak untuk Nabilah. Sekarang,dia terduduk menatapi kursi meja makan. Disini dia duduk bersama kedua orang tuanya. Namun,mereka sibuk menatap Laptop masing-masing.

"Mah,Pah. Aku berangkat dulu,yah."

Nabilah mencium punggung kedua orang tuanya satu-persatu. Kedua orang tua Nabilah tidak ada yang menjawab,mereka hanya mengangguk dan berdehem saja. Nabilah menghela napas berat,ini bukan kali pertama ia dicuekin. Namun,apa boleh buat ! Kedua orang tua Nabilah menjadi sibuk pun untuk kehidupan Nabilah.

"Kang Asep! Ayo,aku udah siap." Nabilah memasuki Mobil yang telah terbuka. Lalu,mobil itu pun tertutup dengan sendirinya.

Diperjalanan,Nabilah hanya ditemani Televisi. Televisi yang berada dimobil,ia sengaja meminta itu,karena ia tidak ingin hanya diam saja. Apalagi sendirian,bosan.

Nabilah menatap layar televisi itu dengan tatapan malas. Entah kenapa hari ini ia memang sedang butuh hiburan. Kapan lagi dia akan memiliki Teman ? Teman yang bisa membuatnya tertawa dan menangis bahagia ?

Nabilah mengingat Masa Lalu-nya. Jikala ia bermain dengan gadis kecil yang seumuran dengannya. Dia adalah orang pertama yang tertawa dan menangis saat Nabilah terjatuh. Dia juga yang pertama mendengar semua cerita Nabilah. Hingga pada suatu hari,dia harus pergi karena pendidikan.

"Non,sudah sampai." Suara kang Asep melalui sebuah Monitor khusus.

"Nanti,gk usah jempu saya. Saya ada pelajaran tambahan." Nabilah mendekatkan bibirnya ke arah Monitor khusus.

"Baik,non."

Pintu mobil terbuka dengan sendirinya. Nabilah menghela napas panjang. Semoga,hari ini ia memiliki teman baru ! Teman yang akan siap tertawa dan menangis saat ia terjatuh.

Nabilah menghentikan langkahnya. Mengeratkan genggamannya dikedua tali Tas miliknya. Matanya menerawang ke depan.

"Dokter cantik?" Guman Nabilah.

Nabilah tersenyum simpul. Jikala pagi yang amat mendung baginya,tiba-tiba dikejutkan dengan kedatangan Melody- Si Dokter Cantik-. Nabilah berlari kecil untuk mendekati Melody yang tengah berkumpul dengan sepupu-sepupunya.

"Lho,kamu.." Melody menunjuk Nabilah yang baru saja datang. "Nabilah kan ? Oh,jadi ini atlet terbaik kata Kinal." Melody merangkul pundak Nabilah.

"Hehe,kakak bisa aja. Enggak kok,kak Kinal yang terbaik !" Nabilah merendahkan diri. Bagaimana pun ia hanyalah anak didik bukan pelatih.

"Hey,yoyo dedek Imut,kuh!" Shania mencubit kedua pipi Nabilah,gemas. Membuat Nabilah sedikit meringis kesakitan.

"Ihk,anak orang,Nju." Tegur Shani. Namun,setelah Shania menjauh,dia justru malah mencubit kedua pipi Nabilah tak kalah gemas.

"Eish,ini dedek aku!" Melody menarik tubuh Nabilah kepelukannya.

"Ehk,kak. Itu anak didik aku tau!" Kata Kinal tak mau kalah.

Melody pun semakin mengeratkan pelukannya. Membuat Nabilah tertawa dalam diam.

Nabilah bersyukur. Akhirnya ia mendapatkan pelukan juga ! Setelah dulu hilang entah kemana ?

"Yaudah,dedek belajar yang bener,oke." Melody melepaskan pelukannya "Oh iya,kalo latihan jangan capek-capek. Minta break sama Kinal,oke." Melody menunjukan jempolnya.

"Siap Dokter cantik!" Celetuk Nabilah yang mengundang tawa dari mereka.

"Yaudah,kakak kerja dulu yah. Kalian awas harus belajar dengan,baik!" Perintah Melody,pelan namun terdengar tegas.

Nabilah Ratna AyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang