Ana cukup kaget dengan pemandangan yg kini ada didepannya.Dammit..
Ana tidak menyukai apa yg ia lihat saat ini.
Mereka berdua begitu mesrah. Bahkan sangat intim. Entah siapa yg memulai perhatian terlebih dulu, tapi Sam begitu sangat manis terhadap Berlian.
Tidak ada kecanggungan bahkan malu lagi dari sikap keduanya.
Sam mengipas-ngipas rambut Berlian dengan kelima jarinya. Sesekali juga Sam meniup-niup wajah Berlian cukup dekat.
Berlianpun menikmatinya, dan sepertinya juga Sam juga tidak keberatan melakukan hal itu.
Sesekali juga keduanya saling melempar canda dan tawa.
Kalo dilihat-lihat, mereka seperti sepasang kekasih.
Oh no!
"Pemandangan yg gak enak banget disaksiin." cetus Ojy tersenyum miris.
Meta menepuk pelan bahu Ana dan tersenyum tipis. "Sabar yah." katanya.
Ana tersenyum tipis, bahkan ini seperti bukan sebuah senyuman. "Ayo bikin tenda. Udah siang nih, kan ntar sore kita harus nyari kayu bakar buat Api Unggun." ucapnya meninggalkan tempat tragis menurut Ana.
Meta dan Ojy hanya mengekor di belakang Ana.
Jujur, keduanya pun bisa merasakan apa yg Ana rasakan saat ini. Kesedihan Ana, kesedihan keduanya juga. Dan kebahagiaan Ana, kebahagiaan juga buat keduanya.
Andai Ana bisa mencintai Gabriel ataupun Tomy, mungkin tidak akan kejadian seperti ini.
Sakit hati memang tidak bisa ditebak kapan terjadi.
---
"Ngelamun ajah. Ntar kesambet."
Ana hafal dengan suara ini. Bahkan, Ana sangat merindukan pemilik suara ini.
Ana menolehkan pandangnya dan mendapati seseorang yg kini sudah mendudukan tubuhnya disamping Ana.
Samuel...
"Gak ikut cari kayu bakar?" tanyanya.
Ana menggeleng keras. "Lo sendiri?"
Sam tersenyum kecil, yg mungkin Ana tidak melihat senyuman itu. Sam tersenyum karenanya. Sayang sekali Ana tidak melihat ciptaan Tuhan yg sangat tampan.
"Kan gue panitia. Mangkanya gue tegur, lo kenapa gak ikut cari kayu bakar?" kini gelagat dan cara berbicara Sam, terdengar layaknya seorang yg memiliki gelar tinggi tengah menegur bawahannya.
Sam memang tegas.
Sudah diakui di sekolah juga, Sam memang tegas
"Lo mau marahin gue?" Ana kini menatap Sam. Walau gimanapun, Ana tidak boleh seperti ini terus. Menyembunyikan perasaannya pada Sam.
Sam harus tau. Apapun yg terjadi pada akhirnya, Ana siap menerimanya.
"Gue gak akan tega, marahin cewek kayak lo." ucapnya tersenyum kembali. Kali ini, tatapan keduanya kembali bertemu.
Ana masih terdiam. Menatapnya dalam diam.
"Lo gak nanya, kenapa gue gak tega?" Ana masih menatap Sam intens. Ana mengangguk pelan, "kenapa?" tanyanya polos.
"Karena kita teman." jawabnya membuat Ana sukses membulatkan kedua matanya. "Teman?"
Sam mengangguk keras. Tapi entah kenapa, jawaban Sam cukup membuat hati Ana sakit. Kata Teman, itu sudah mewakilkan perasaan Sam yg sebenarnya. Dan mungkin benar, selamanya Ana hanya akan menjadi teman bagi Sam.
Ana tersenyum getir, dan mengulurkan tangannya menjabat tangan Sam. "Yah, just friend."
"Karena kita sekarang menjadi teman, gue harap lo gak canggung lagi sama gue." katanya tersenyum sumringah.
Berbeda dengan Ana.
Ana tersenyum tipis, bahkan sangat tipis. "Yay, cause we're just friend.." ucapnya sangat berat, ketika harus mengucapkan kata 'Teman'.
Tapi, mungkin dengan menjadi Teman, setidaknya Ana bisa lebih dekat lagi dengan Sam. Dan itu cukup membuat Ana senang, meskipun kenyataannya Ana bersembunyi dibalik kata 'Teman'.
"Eum, gimana hubungan lo sama Gabriel?"
Ana menatap Sam, kenapa Sam bisa mengira kalo Ana sudah jadian dengan Gabriel.? Dapat gosip darimana Sam?. "Gue salah ngomong yah?" tanyanya. "Maaf.." sambungnya lagi.
Ana tertawa kecil. Ternyata ini sifat Asli Sam. Banyak bicara, membuat Sam terlihat sangat menggemaskan. Bahkan, Ana tidak menyangka kalo ternyata Sam itu cerewet.
Dibalik kata nerd, Sam ternyata hobi juga berbicara. Disini yg banyak bicara lebih tepatnya adalah Sam.
"Kok ketawa?" tanyanya polos.
Ana baru menyadarinya, ternyata Sam memiliki tahi lalat yg sangat kecil diatas bibirnya. Pantas dia cerewet.
"Lo bisa cerewet juga yah?" ucapnya tertawa kecil.
Sam menatap Ana dengan tatapan yg sulit diartikan. Ia menunjuk dirinya sendiri "gue?"
"Menurut lo?" sambungnya.
Ana menghela nafas panjang. Apa ini waktunya untuk Ana menyatakan semuanya. Isi hati dan perasaannya.
Tapi apa ini salah?
Seharusnya Sam yg menyatakan semuanya. Bukan sebaliknya. Karena dimana-mana, seorang laki-laki lah yg memulai hubungan terlebih dulu, bukan malah perempuan.
"Kenapa?" tanya Sam.
"Sepertinya anak-anak yg lain udah pada dateng deh. Apa gak sebaiknya kita kesana ajah menyusul mereka?" Ana mengalihkan pembicaraan keduanya. Dan Sam pun paham akan hal itu
Oh god, Ana pandai sekali menyembunyikan perasaannya..
Ana hendak berdiri dari duduknya. Tiba-tiba ajah Sam menarik pergelangan tangan Ana dan membuatnya kembali terduduk. "Kalo ada yg mau disampein, omongin ajah. Kita kan udah jadi teman." katanya nyaris membuat jantung Ana lepas dari tempat nya.
Sam menatapnya dalam-dalam. Tanpa berkedip dan terlihat keseriusan didalam wajahnya.
Jantung Ana berdetak lebih cepat dari biasanya.
Kenapa ini Tuhan?