Sepuluh

73 10 0
                                    

Alarm dari handphoneku memaksa kelopak mataku untuk membukanya. Walaupun dengan perasaan yang sangat berat dan rasanya seperti mengangkat barbel berukuran lima kilogram, aku dengan susah payah membuka mataku. Aku tahu inin agak berlebihan, tapi pada kenyataannya seperti itu.

Oh sial, sekarang baru pukul lima pagi dan itu berarti aku baru satu jam tidur dengan nyenyak. Rasanya ingin mengutuk diriku sendiri karena mengatur alarm pada setiap jam yang dimulai pukul dua belas tepat. Aku melakukan ini karena aku mengidap insomnia dan alarm itu membantuku mengingat waktu agar aku bisa tidur nantinya. Singkatnya alarmku dibuat bukan untuk membangunkanku dari tidur, tetapi menyuruhku untuk tidur.

Kucium aroma strawberry yang langsung menyapaku dan kurasakan bahu seseorang di depanku yang naik turun beraturan. Aku hendak merenggangkan kedua tanganku tapi tidak bisa karena seseorang di depanku ini sedang memelukinya dengan erat.

Aku berusaha mengingatnya walau ada sedikit rasa pusing di kepalaku karena aku akhirnya ingat kalau tadi malam adalah malam tersial yang pernah ada. Aku membuat gadis di depanku ini menangis dan aku pula yang membuatnya tertidur nyenyak seperti aku adalah ibunya yang harus mengurusinya kemana-mana.

Dia selalu mengikutiku kemana-mana, tanpa terkecuali. Aku sudah dekat dengannya sejak kecil, terlalu banyak memori dengannya sampai-sampai aku pernah bosan dengan semua memori itu, sayangnya memang takdirnya sulit untuk dilupakan.

Karena ilusi gilanya itu membuatku harus menjauh dan akhirnya kembali lagi. Biar kuberitahu, dia adalah orang tergila yang pernah kutemui. Dia seseorang yang ekstrim dan dia seseorang yang mutlak. tidak ada yang bisa membantahnya kalau dia sudah mendiskripsikan sesuatu.

Kutatap lagi punggung gadis di depanku ini, rasanya damai kalau melihatnya diam seperti ini. Tidak dengan ocehannya yang dapat membuat panas otak serta telingaku karena kebiasaannya yang tidak bisa diam. Belum lagi kalau dia mengetahuiku akan mengikuti adu balap seperti tadi malam.

Sebenarnya kejadian tadi malam bukanlah yang pertama kalinya, sudah setiap kali aku ingin mengikuti pertandingan dia selalu begitu dan aku selalu seperti ini. Aku hatus bisa membuatnya kembali nyaman, memperbaiki suasana, dan tada! Nanti pagi kami akan bersikap normal seperti biasanya.

Tunggu dulu, kejadian tadi malam itu berbeda. Dia membawa seseorang yang seharusnya tidak perlu disangkutpautkan dengan masalah kami. Dia membawa laki-laki sialan itu masuk ke dalam ruang lingkup kami. Apa dia sengaja membawa Austin untuk masuk dan melihat masalah kami?

Ditambah lagi kejadian satu minggu lalu dimana aku menciumnya secara sengaja dan tiba-tiba, tetapi dengan niatan aku hanya ingin menggodanya sedangkan gadis di depanku ini menginginkan itu lebih dari ciuman yang dibuat-buat. Dia menginginkan ciumanku yang tulus.

Fuck!

Aku mengumpat sambil membelai rambut panjang gadis di depanku. Kupastikan wajahku sudah memerah mengingat Maddi berkata seperti itu dan dia juga rela untuk menjadi tembok yang dimaksudnya itu. Aku bukanlah seseorang yang harus mencerna kata-kata orang dengan dalam dan memerlukan banyak waktu, aku dapat menanganinya dengan mudah sehingga disaat Maddi mengakui dirinya menginginkan ciumanku itu lebih dari apapun dan dia ingin menjadi tembok yang dimaksudnya untuk melindungi dari duniaku yang sialan ini, aku menyadari itu dan memahami itu.

Rasanya aku hendak memejamkan mataku dan kembali tidur, tapi tidak bisa. Kuputuskan untuk memainkan jari-jariku di sela-sela rambut lurus panjangnya. Entahlah aku selalu suka memainkan rambut panjangnya. Kuakui aku lebih menyukai gadis berambut blonde, tapi gadis di depanku ini berbeda untuk perspektif diriku, rambutnya membuatku tertarik untuk kumainkan. Aku tertawa kecil saat memainkan rambutnya. Kupikir lucu saja.

Aku mengenyampingkan rambutnya dan membuat lehernya terpampang jelas walaupun ruangan kamarku yang gelap gulita, tetapi aku dapat melihatnya dengan jelas karena seminggu yang lalu aku sudah lekat-lekat menatapinya.

DECODE [Greyson chance & Maddi Jane]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang