》15. Jadian ?

13K 592 6
                                    

Budayakan vote sebelum membaca, ya😄😄😄

🍁🍁🍁

"Biarlah kamu menganggapku seorang tokoh antagonis di ceritamu. Itu aku lakukan semata-mata karena aku tak ingin kamu bersama dengannya. Tetaplah denganku."

-Two The Most Wanted-

🍁🍁🍁

Retta bangun dari tidurnya, matanya memgerjap-ngerjap menyesuaikan cahaya dari jendela yang tirainya sudah dibuka oleh Bi Marni. Retta mencoba bangun dari rebahannya namun badannya serasa sakit semua, entahlah Retta juga tidak tau kenapa. Mungkin efek dari kelelahan atau demamnya.

Retta mencoba sekali lagi, malah kepalanya yang berdenyut-denyut membuat gadis itu meringis kecil. Retta duduk dan menyandarkan tubuhnya. Ia memegangi kepalanya yang masih sakit, gadis itu melirik jam weker di nakas, '06.00', satu jam lagi gerbang sekolah ditutup.

Kemudian, seorang cowok yang siapa lagi kalau bukan Vanno masuk ke kamar Retta. Cowok itu tersenyum tipis dan menghampiri Retta lalu duduk di pinggir kasur.

Tanpa ba-bi-bu, Vanno mengarahkan punggung tangannya ke dahi Retta. Dapat dirasakan suhu panasnya berkurang.

Melihat Retta yang memegangi kepalanya dengan mata terpejam tanpa menghiraukan Vanno, membuat cowok itu khawatir. "Kepala lo sakit?"

Retta mengangguk.

"Yaudah, gak usah sekolah."

Retta membuka matanya. "Gak. Gue tetap mau sekolah. Lagian ini cuma sakit kepala doang, kok."

Vanno memutar kedua bola matanya dengan malas. "Kalo lo kenapa-napa di sana, siapa yang repot? Gue juga, kan."

"Yaudah. Ga usah lo repot-repot. Lagian gue punya tiga sahabat yang bakal ada terus buat gue."

"Dan lo mau ngerepotin mereka, gitu?" Tanya Vanno dengan alis naik sebelah.

"Ya, enggak gitu juga kali." Jawab Retta gelagapan.

"Gue gak nerima penolakan. Badan lo masih panas, walaupun gak sepanas kemarin." Jawab Vanno dengan nada mengakhiri perdebatan ini.

Retta mengerucutkan bibirnya sebal.

Vanno tak peduli pada Retta yang keras kepala itu. Pokoknya, gadis itu tidak boleh sekolah sebelum benar-benar sembuh. Vanno berjalan tanpa dosa meninggalkan Retta yang bersedekap dada, ngambek. Gadis itu ingin sekali sekolah, tapi kondisinya tidak memungkinkan. Ia akui omongan Vanno ada benarnya, ia tidak boleh merepotkan orang lain. Tapi, ia malas mengakui jika ia sebenarnya setuju akan hal itu.

Saat sudah sampai diambang pintu kamar Retta, Vanno berbalik. "Oh, iya. Lo harus mandi biar seger. Nanti gue bawain makanan sama obat."

Setelah itu, cowok dengan badan tegap dan wajah di atas rata-rata itu berbalik dan meninggalkan Retta, tak lupa menutup pintu.

🍁🍁🍁

Vanno memasuki kamar Retta saat gadis itu sedang menyisir rambutnya. "Lo udah mandi?" Tanya Vanno.

"Tanpa lo tanya pun, lo udah tau jawabannya."

Vanno terkekeh. "Yaudah, kalo gitu lo ke bawah buat sarapan. Atau mau gue bawain kesini?"

Two The Most WantedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang