》20. Ulang Tahun Tito

11.9K 472 4
                                    

Budayakan Vote sebelum membaca😄😄😄

🍁🍁🍁

"Kadang ku iri melihatmu bisa tertawa lepas dengan mereka, tapi berbanding terbalik denganku yang selalu membuatmu marah dan kesal."

-Two The Most Wanted-

🍁🍁🍁

Sudah setengah jam Vanno duduk di ruang keluarga, niatnya menunggu tapi sekarang ia lebih memilih menonton televisi yang sekarang menampilkan acara komedi. Ia menghidupkan layar ponselnya untuk melihat jam, pukul '20.35'. Padahal, jam tangannya tersampir di pergelangan, begitulah Vanno kadang lupa kalo jam tangannya ada, dan sekarang hanya pajangan di tangan.

Bunyi hak sepatu terdengar dari arah tangga. Refleks Vanno menengok, detik itu juga waktu serasa melambat dan berhenti. Mungkin sekarang wajah Vanno terlihat konyol karena tercengang dengan gadis yang ada di hadapannya itu.

Gadis itu, Retta. Berjalan dengan anggunnya menuju Vanno. Berbalut dress tanpa lengan warna navy yang sangat anggun sekali, rambut indahnya di gulung jadi satu dan tersisa beberapa helai yang mungkin disengaja untuk ditinggal. Helaian itu di curly dan nampak sangat cantik sekali.

"Hei!" Tangan Retta dikibaskan tepat di depan wajah Vanno sehingga cowok itu tersadar.

Vanno mengerjap, lalu mengucek  kedua matanya. Ia mendongak, ternyata Retta sudah tepat di depannya berkisar jarak lima puluh senti meter. Ia bangun dari duduknya. Lalu, berlalu dari hadapan Retta begitu saja. Lantas, Retta bingung dibuatnya. Ia merasa tak terhiraukan.

"Kenapa, sih, tuh cowok?" Retta jadi kesal sendiri.

Ia pun berjalan mengikuti Vanno yang sudah keluar dari rumahnya. Mungkin menuju garasi untuk mengambil mobil.

Tanpa sepengatahuan Retta, Vanno merutuki dirinya sendiri karena berlaku konyol tadi. Tak bisa dipungkiri gadis itu sungguh sangat cantik sekali malam ini. Biasanya juga cantik, namun malam ini terlihat berbeda. Cantiknya gadis itu bertambah berkali-kali lipat. Jantungnya saja sudah berdegup kencang, entah mengapa ia gugup sekali.

Ia sampai di depan pintu mobil sport miliknya lalu masuk ke dalamnya, tak lama kemudian Retta masuk dengan memasang wajah kesal. Vanno menatap lurus ke depan, sebenarnya ia ingin sekali merekam wajah lucu itu di otaknya agar bisa ia ingat sepanjang tidur malamnya, namun melirik saja ia sudah merasa jantungnya jatuh ke perut.

"Lo kenapa, sih?"

"Nggak apa-apa." Jawab Vanno singkat dan datar. "Udahkan, gak ada yang ketinggalan gituh?"

"Gak." Jawab Retta ketus.

"Yaudah. Berangkat."

Vanno menjalankan mobilnya melewati gerbang rumah bak istana itu.

🍁🍁🍁

Tak ada pembicaraan selama perjalanan menuju rumah Tito. Hening begitu saja. Retta menyandarkan tubuhnya dan melihat keadaan kota dari balik kaca jendela. Kelap-kelip dari berbagai sudut membingkai kota Jakarta, gedung-gedung pencakar langit dan lampu lalu lintas dilewati. Malam ini tidak terlalu macet sehingga akan cepat sampai menuju rumah Tito.

Two The Most WantedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang