》22. Khawatir

9.6K 480 24
                                    

Budayakan vote sebelum membaca😄😄😄
Jangan lupa komen di setiap barisnya😊

🍁🍁🍁

"Jangan tanya seberapa khawatir aku kepadamu. Tapi, tanyalah adakah kata seberapa dalam khawatirku."

-Two The Most Wanted-

🍁🍁🍁

Buram. Itu yang Retta rasakan. Ia mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya. Retta mengangkat kepalanya sedikit, namun pening membuat Retta meringis tertahan.

Retta membulatkan matanya saat sadar jika ia sekarang tidak berada di dalam mobil Dino. Retta mencoba mengingat, pemandangan seseorang bertubuh besarlah yang terakhir dilihatnya. Setelahnya ia tak tau lagi. Retta mengedarkan matanya ke penjuru ruangan yang kira-kira berukuran enam meter persegi. Cukup gelap, cuma ada satu lampu yaitu di langit-langit atas kepala Retta, lampunya pun sudah redup.

Pengap, itulah kondisinya sekarang. Ia baru menyadari ternyata mulutnya ditutup memakai lakban hitam, pantas saja ia tidak bisa mengeluarkan suaranya. Ia memandangi kondisi tubuhnya yang ternyata berantakan. Kedua tangannya di ikat ke belakang, tubuhnya di dudukkan di kursi, serta mulut yang terlakban. Sangat menyedihkan.

Air mata tanpa sengaja mengaliri pipinya yang sekarang sudah kusam. Ia mencoba menggerakkan tangan untuk mencoba melepas ikatan kuat walau ia tau itu sangat sia-sia. Tidak ada yang dapat diminta pertolongan. Hanya satu nama yang terlintas dipikirannya saat ini...

Vanno, gue takut.

🍁🍁🍁

Vanno melajukan mobilnya ke alamat yang tadi orang tak dikenal itu suruh, sebut saja si penculik Retta. Mobil Vanno berhenti di depan sebuah rumah besar namun terlihat sangat tua dan gelap. Vanno mengecek sekali lagi alamat yang di berikan oleh si penculik Retta. Benar. Wilayah dan nomor rumah pun benar. Vanno masih bisa melihat nomor rumah di pagar dengan cat yang sudah pudar.

Vanno turun dari mobilnya. Ia melihat keadaan rumah di hadapannya ini yang lebih tepat disebut rumah angker. Gelap sekali tidak ada lampu, hanya cahaya bulan yang menyinari dari atas sana. Dindingnya pun sudah ada yang lumutan. Tidak ada rasa takut ketika Vanno melihat hal ini padahal jam ditangannya sudah menunjukkan pukul sebelas malam lewat beberapa menit. Vanno berjalan cepat menuju pintu.

"Argh!" Ia meringis hampir terjatuh. Ia mengeluarkan ponselnya dan menyalakan senter dari ponselnya itu. Ternyata Vanno tertendang anak tangga. Ia tak melihat jika menuju pintu ada tangganya. Ada tiga anak tangga yang harus dilewati di sana. Vanno pun berjalan dengan langkah yang lebih pelan dan senter dari ponselnya sebagai penerangan.

Ia membuka pintu utama yang tidak dikunci itu. Keadaan dalamm rumah lebih gelap dari luar. Di dalam rumah tidak ada sama sekali penerangan dan Vanno menyenter ke seluruh penjuru. Ada beberapa perabotan rumah yang ditutupi kain putih. Ia berlari kecil mencari ruangan yang bisa saja ada Retta yang tersekap di dalamnya. Ia membuka pintu yang pertama kali ia lihat. Entahlah itu pintu ruangan apa, pintu itu tidak dikunci dan Vanno memeriksa ruangan tersebut. Kosong.

Vanno mencari lagi pintu-pintu yang berkemungkinan Retta ada di dalamnya. Ia membuka satu persatu pintu itu. Semuanya tidak terkunci dan kondisi ruangan-ruangan itu kosong semua.

🍁🍁🍁

Retta mencoba memberontak dari ikatan kuat itu. Matanya nyalang mencari sesuatu yang di ruangan itu yang dapat ia gunakan untuk membantunya keluar. Namun, ikatan di tangannya ini sangat menjadi penghalangnya untuk kabur.

Two The Most WantedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang